44. Semi yang Semu

66 13 0
                                    

Matahari menghilang, telah kembali ke peraduannya di sisi barat dunia. Burung malam mulai berkicau, hawa dingin mulai menyeruak dan bintang mulai menunjukkan sinarnya.

Di tengah kegelapan malam itu, nampak seorang remaja yang sedang berjalan pelan tanpa tujuan. Dia hanya ingin meluruskan otot-otot badannya yang kaku karena terus duduk di belakang meja. Mengistirahatkan matanya dari layar laptop yang semakin lama akan merusak matanya.

Remaja itu hanya memakai kaos oblong putih, celana training sekolah lamanya, dan sebuah kacamata bertengger apik di atas tulang hidungnya. Udara cukup dingin mengingat sore tadi hujan mengguyur cukup deras. Namun dingin bukan masalah untuknya. Bahkan dia menyukai dingin, walau tak sebesar dia tak menyukai panas.

Ayolah, tak ada orang yang benar-benar menyukai dingin dan membenci panas. Kau butuh setidaknya sedikit kehangatan agar bisa hidup. Jangan lupakan itu.

Sebenarnya pemuda yang tak lain adalah Ushijima masih merasa kesal dengan ayahnya. Debat mereka kemarin malam masih belum bisa dia menangkan secara telak. Hanya di awang-awang saja. Bantuan Inuoka juga belum sepenuhnya membantu Ushijima untuk membatalkan rencana perjodohannya.

Orang tua udik macam apa lagi yang masih menjodohkan anaknya dengan anak kenalannya. Ini sudah bukan jamannya bukan?

"Kurang apa lagi Shirabu untukmu? Apa dia kurang cantik? Ayah rasa dia sangat cantik."

"Aku tau dia cantik, tapi bukan karena itu aku menolaknya."

"Lalu kenapa? Apa karena sifatnya yang sedikit kasar karena selalu memasang wajah kesal? Dia memang seperti itu."

"Sekali lagi aku bilang bukan karena itu aku menolaknya."

"Lalu karena apa lagi?!"

Ushijima hanya bisa diam. Dia masih bingung bagaimana cara memberitahu ayahnya bahwa keluarga itu ingin menggulingkan keluarga mereka. Satu-satunya tujuan mereka ingin menikahkan Ushijima dengan putri mereka adalah karena uang.

Siapa juga yang tak tergoda oleh lembaran yang bisa membeli semua gang kau inginkan itu. Kurasa tak ada orang yang bisa.

"Aku tak bisa memberi tahu alasannya. Tapi yang pasti aku menolak secara tegas keputusan ayah. Apapun gang ayah perbuat aku tak peduli dan tak akan menurut." Ancam Ushijima saat ayahnya tak menanggapi serius perkataannya.

"Lalu apa maumu? Membatalkannya begitu saja tanpa alasan!?" Tanya ayahnya yang mulai kehilangan kesabaran. Efek kelelahan bekerja membuat pria paruh baya itu menjadi mudah emosi.

"Aku tak pernah bilang menyetujui perjodohan ini, bukan. Jadi ayah tak bisa bilang membatalkan," Jawab ushijima lantang. Entah dapat keberanian dari mana anak ini bisa berbicara lantang kepada ayahnya yang notabenenya sangat dia takuti.

Ayahnya mengusap wajah kasar lalu mendesah panjang sekali. Dia menatap ke arah sepatu mengkilapnya dengan tatapan sendu.

"Ayah juga tak pernah bilang meminta persetujuan mu. Ayah hanya bilang jika kalian akan menikah. Itu saja."

"Tapi aku tak mau, ayah!!" Ushijima meninggikan suaranya.

"Jaga nada suaramu Wakatoshi!!" Ayahnya juga ikut meninggikan suaranya karena merasa tertantang.

"Aku tak akan meninggikan suaraku jika ayah tak membuatku jengkel."

"Lalu apa mau mu Wakatoshi!?" Tanya ayahnya pasrah.

Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang