31. "Gw cinta sama lu!"

97 15 11
                                    

Pukul 11.29, lokasi di taman deket sungai gede. Tempat yang jadi titik temu antara Bokuto dan Oikawa. Tempat yang spesial buat Bokuto, dimana disini dia pertama kali ungkapin perasaannya ke Akaashi. Di tempat ini pula perasaannya ditolak mentah-mentah oleh Akaashi.

Alasannya cukup familiar buat kalian. Beda keyakinan. Dan sekarang, bukan cuma tuhan doang yang menentang hubungan mereka. Manusia sekalipun ingin banget melihat mereka hancur dalam keterpurukan. Apa sebegitu terlarangnya cinta yang Bokuto punya?

Taman modern dengan desain seperti cafe outdoor. Di taman itu, ada tiga orang yang sedang nunggu satu orang lagi datang. Nggak ada satupun suara keluar dari mulut ketiganya. Canggung menyapa bak mereka nggak pernah kenal sama sekali sebelumnya. Sampe bermenit-menit, akhirnya sosok yang ditunggu datang.

Akaashi datang dengan menenteng sebuah paper bag kecil ditangan kirinya, dan tas kecil di tangan kanannya. Saat Akaashi udah datang sekalipun Bokuto tetap nggak bersuara.

"Maaf telat, aku harus cari sesuatu dulu tadi," Kata Akaashi. Dia duduk di depan Bokuto, dan disamping kakak sepupunya, Iwaizumi.

Hening beberapa saat, sebelum Bokuto akhirnya membuka suara. Dan itu berhasil bikin Iwa dan Akaashi menunduk ketakutan. Seakan pressure yang Bokuto keluarin itu terasa banget.

"Maksud dari perkataan lu kemaren apa?" Tanya Bokuto ke Akaashi dengan nada suara rendah.

Akaashi diam nggak berkutik. Baru kali ini dia liat Bokuto sedingin ini. Seakan orang di depannya ini bukan Bokuto. Bokuto bukan orang yang gampang marah, dia nggak akan marah walau dijelekin sekalipun. Bukan berarti dia nggak pernah marah. Tapi kali ini, Bokuto beneran marah. Bisa dilihat dari matanya yang memerah.

Mungkin dia tipikal orang yang bakal marah kalo menyangkut orang yang berharga baginya. Emang, yang paling serem tuh marahnya orang humoris.

"Jawab, ngapain diem aja?"

Akaashi tersentak, lalu reflek mendongak. Menatap pada mata Bokuto yang kelihatan berkaca-kaca. Nggak tau sugesti darimana, Akaashi jadi ikutan nangis. Ingatan saat dia dan Bokuto yang tertawa bahagia terputar lagi dikepalanya. Kea, baru aja kemaren dia ngalamin itu, tapi hari ini udah berbeda banget 180 derajat.

"Gw cinta sama lu, tapi kenapa lu malah milih sama dia?!" Kata Bokuto, dia menunjuk kearah Oikawa.

"Apa karena kita beda? Apa karena itu?" Meluncur sudah satu tetes air mata dari mata emas Bokuto. "Kenapa sampe segitunya gw harus terluka gara-gara cinta."

Bukan cinta yang bikin Bokuto terluka, tapi dirinya sendiri yang terlalu berharap ke Akaashi. Padahal dia tau, kalo mereka itu cuma ditemukan, bukan untuk disatukan.

"Bok, biar gw jelasin. Lu tenang dulu," Kata Oikawa mencoba nenangin Bokuto. Karena saat ini mereka jadi pusat perhatian beberapa pengunjung.

"Lu mau jelasin apa? Gw tanyanya sama dia, lu nggak usah ikut campur dulu!"

Plakk

Karena geram, Iwa akhirnya menampar pipi kiri Bokuto. Membuat Bokuto dan Oikawa tersentak. Yang ditampar cuma satu orang, tapi dua lainnya ikut kaget.

"Disini, bukan cuma lu yang tersakiti! Dengerin dulu, baru lu marah-marah," Kata Iwa. Dia menunjuk kearah Bokuto dengan tatapan mata dingin.

"Oke sekarang jelasin!" Bokuto mendudukan dirinya di kursi yang dia dudukin tadi. Bukan karena Bokuto takut, mungkin lebih ke mencoba tenangin diri sendiri juga.

Oikawa dan Akaashi mulai menjelaskan hal yang sebenarnya terjadi. Perjodohan mereka, yang diatur secara sepihak oleh orang tua masing-masing. Sampe rencana pertunangan yang bakal dilakuin beberapa bulan lagi.

Garis TakdirWhere stories live. Discover now