57. Saatnya pergi

51 10 2
                                    

"Tetep nggak bisa, ya?" tebak cowok dengan perawakan tegap itu.

Seseorang yang diajak berbicara mengangguk lemah, sampai tak terlihat mengangguk. Kepalanya menunduk dalam, hingga hampir menyentuh meja didepannya. Minggu siang yang menyebalkan untuk keduanya. Oikawa dan Iwa harus disadarkan dengan kenyataan bahwa mereka berdua harus segera berpisah.

Semalam, keluarga Iwa mendatangi rumah Akaashi untuk meminta secara baik-baik membatalkan perjodohan antara Oikawa dan Akaashi. Jelas kedatangan mereka membuat orang tua Akaashi bingung. Apa hubungan Oikawa dan Akaashi dengan Iwa, jelas mereka nggak tau. Permintaan mereka berakhir penolakan keras dari pihak Akaashi.

"Memangnya apa peduli kami, itu bukan urusan kami." Begitu kata ayah Akaashi sebelum mengusir Iwa sekeluarga dari rumah mereka.

Jika tingkatan paling tinggi mustahilnya cinta bersatu adalah perbedaan agama, maka restu orang tua ada dibawahnya. Hubungan dua orang akan semakin rumit jika masalah keluarga sudah masuk diantara keduanya.

"Udah saatnya," ucap Iwa tiba-tiba. Oikawa yang tadinya merenung segera menatap kekasihnya itu bertanya. Saatnya untuk apa? pikirnya.

Iwa mengangkat kepalanya lalu berkata, "Makasih udah sempet singgah di hatiku. Walau nggak lama tapi itu berharga banget buat aku." Oikawa yang mengerti akan ucapan itu menggeleng. Bukan ini yang diinginkannya, ia ingin Iwa, bukan perpisahan.

Bulir air segera menetes dari mata keduanya. Diiringi musik mellow yang seakan mengerti keadaan kedua insan tersebut. Menambah kesan kesedihan yang mendera. Senyuman getir ditunjukkan Iwa kepada Oikawa. Senyuman terakhirnya untuk Oikawa sebelum mengakhiri hubungan antara mereka. Tautan tangan yang semula erat perlahan dilepaskan oleh Iwa. Namun tertahan lagi oleh tangan besar Oikawa.

"Please, let me go," pinta Iwa, masih berusaha melepaskan tangannya dari Oikawa. "Sekarang kita udah nggak ada hubungan apapun selain sahabat masa kecil. Jadi tolong, lepasin aku." Oikawa lagi-lagi menggeleng, menampik segala ucapan Iwa barusan.

"Plis, Wa. Jangan gini--"

"Kamu yang jangan gini!" Ucapan Iwa terpotong oleh seruan Oikawa yang tiba-tiba. Iwa terpaku, dadanya kembang kempis lebih cepat karena tak menyangka Oikawa akan meneriakinya seperti ini. 18 tahun dia kenal Oikawa nggak pernah sekalipun Oikawa membentaknya, dan sekarang Iwa tau rasanya dibentak oleh orang yang paling disukainya.

Sakit. Rasa sakitnya bahkan lebih buruk daripada perpisahan itu sendiri. Buliran air kembali jatuh untuk kesekian kalinya. Segera Iwa usap setelah sadar air matanya keluar dengan sendirinya tanpa diminta.

"Jangan ambil keputusan saat marah, kamu sendiri sering bilang ke aku untuk itu. Tapi sekarang malah kamu yang ngelakuin," ucap Oikawa melembutkan nada suaranya.

"Aku nggak marah ... dan aku nggak akan ambil keputusan saat marah. Tapi-," Iwa menjeda kalimatnya untuk menghilangkan sesak yang menyerang. "Tapi apapun keputusan aku ... kamu tetap nggak bisa jadi milikku. Jadi lebih baik kita berpisah disini. Kita bukan lagi sepasang kekasih, tapi cuma orang yang nggak pernah memadu kasih."

"Anggap aja kita orang yang cuma ketemu dijalan, dan nggak saling mengenal. Lupain semua tentang aku, dan aku bakal lupain semua tentang kamu," pungkas Iwa lalu berdiri.

"Sekali lagi makasih, dan maaf karena cuma singgah sementara," ucapnya sebelum pergi dari hadapan Oikawa. Meninggalkan insan yang juga terluka karena rumitnya hidup sendiri. Memberi ruang untuk sekedar berpikir sekali lagi, dan menerima segalanya. Memang tidak semua hal bisa sesuai keinginan.

Ada kalanya rencana yang sudah matang bisa hancur, apalagi rencana yang masih mentah. Tapi ada kalanya juga hal yang nggak terencana malah membuat sesuatu menjadi berhasil dan sempurna. Semua orang punya masalah, semua orang punya lukanya masing-masing. Kita semua sama. Yang membedakannya adalah bagaimana kita menyelesaikan masalah itu. Mau menerima dan menyelesaikannya dengan berani, atau malah lari dan bersembunyi, menunggu masalah lain datang.

Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang