64. Semuanya usai

70 5 0
                                    

Part kali ini akan sangat dan sangat panjang, siap-siap mual yaa
Oh yaa kolom komen harus diramein lhoo soalnya ini chp terakhir sisen 1

8 bulan kemudian

"Siswi atas nama Kita Shinsuke, kelas 12 IPA 1, dengan rata-rata nilai 93,3."

Tepuk tangan mengiringi langkah Shinsuke untuk mengambil gulungan kosong yang digunakan sebagai formalitas saat wisuda. Setelah tali toga dipindahkan dari kiri ke kanan, Shinsuke turun dengan senyum yang tak luntur dari bibir mungilnya. Wajahnya dihiasi oleh make up cantik dan rambut keperakannya ditata sedemikian rupa untuk menyokong penampilan Shinsuke menjadi semakin menawan.

Suna yang menyaksikan acara perpisahan dari jauh tak terasa meneteskan air matanya. Entah kenapa, perpisahan sekolah ini serasa bukan perpisahan sekolah untuk Suna. Terasa lebih berat untuk Suna lihat walau dari jauh seperi sekarang. Disampingnya ada Sakusa dan Osamu yang juga melihat prosesi wisuda kelas 12 angkatan 49 SMA Haikyuu.

Hari ini hanya ada Osamu, karena Atsumu sedang sakit. Jadi anak itu tak bisa ikut melihat saat kakak kelas mereka mengenakan baju toga yang menandakan bahwa mereka sudah lulus. Lepas dari masa terakhir sekolah menengah. Lepas dari seragam yang mengikat mereka selama tiga tahun terakhir. Hari ini mereka benar-benar lepas dari masa abu putih mereka.

"Abis ini kita yang pake baju toga itu. Lalu kita bakal melangkah lebih lebar lagi buat masa depan yang kita pilih," celetuk Suna menginterupsi Osamu dan Sakusa bersamaan. Keduanya sempat menoleh ke Suna lalu kembali lagi ke arah panggung.

Sakusa mengulas senyum tipis lalu berkata, "Iya, dan itu nggak akan lama lagi."

"Btw soal masa depan, cita-cita kalian apa?" tanya Osamu. Pasalnya selama dua tahun ia mengenal Suna dan Sakusa, Osamu sama sekali belum tau tentang cita-cita kedua makhluk itu. Yang Osamu tau, mereka suka banget mandi keringet gara-gara latihan voli. Kalau Osamu mah lebih baik tidur di rumah.

"Rahasia."

"Dih, main rahasia-rahasia segala. Kea mau jadi mafia aja lo, Sak," sewot Suna karena merasa aneh dengan jawaban Sakusa. Sementara Sakusa hanya melirik sebentar ke Suna lalu fokus ke acara wisuda.

"Beneran mau jadi mafia tuh bocah."

"Lupain soal Sakusa. Lo mau jadi apa, Sun?" tanya Osamu lagi. Kali ini suaranya lebih bersemangat, karena Osamu selalu penasaran dengan anak tukang gosip ini. Osamu tebak pasti pekerjaan yang Suna inginkan nggak jauh-jauh dari pergosipan juga. Seperti jurnalis, wartawan, dan semacamnya.

Suna menerawang sebentar pada langit biru diatasnya, diikuti oleh Osamu dan Sakusa juga sebelum menjawab. Indah, cerah dan menyilaukan. Suna harap dirinya bisa seperti langit itu sendiri.

"Gue mau jadi sutradara," jawab Suna mantab.

"Hah?"

Osamu dan Sakusa kaget bersamaan. Sepertinya Sakusa juga berfikir kalau Suna ingin menjadi tukang gosip. Memang, keahlian Suna dalam bergosip nggak bisa diragukan lagi. Bahkan sampai teman-temannya mengira Suna akan menjadi tukang gosip beneran.

"Kenapa? Ada yang salah?" tanya Suna.

Langsung Osamu dan Sakusa menggeleng bersamaan lagi. Jangan sampai Suna tau apa yang mereka pikirkan. Ya, walau Suna kelihatannya nggak akan marah, tapi mereka tetap nggak akan memberitahu Suna.

"Sejak kecil gue selalu pengen jadi sutradara. Nggak tau alasannya, tapi gue keanya udah jatuh cinta sama pekerjaan itu."

"Gue tebak pasti karena gajinya paling gede," sahut Osamu.

"Itu keanya termasuk sih. Tapi alasan pastinya sampe sekarang gue belum bisa nemuin."

Osamu dan Sakusa mengangguk mendengar cerita Suna. Mereka masih tak menyangka, Suna yang mereka kenal suka gosip ternyata tertarik dengan dunia perfilman. Terlebih yang bekerja di balik layar. Osamu nggak menduga banget sih.

Garis TakdirWhere stories live. Discover now