20. meng-heboh

96 16 4
                                    

Yang author saranin ternyata dilakuin beneran sama Tanaka. Dan ternyata ampuh juga, bukti nyatanya ada di Oikawa. Kalo tadi Oikawa udah mencak-mencak nggak jelas, setelah dikepruk pake kursi, Alhamdulillah baikan. Cuma masih nangis doang.

Kalo ditanya siapa yang paling berani diantara mereka, jawabannya nggak ada, takut semua mereka. Termasuk dua orang bisa ngeliat 'mereka'. Sakusa, yang nggak suka bisa ngeliat begituan berusaha nggak peduli, tapi tetep aja, bakal diganggu terus-terusan. Sementara Ushijima, dia udah biasa, terlalu biasa sama begituan, tapi tetep aja takut. Seakan bayangan ibunya ikut terlihat saat dia liat arwah. Dan untuk duo perak, mereka itu nggak pure indigo, tapi nggak tau kenapa, bisa ikut ngelihat. Semacam feeling, mungkin.

"Jadi, nggak bisa keluar beneran, ini?" Tanya Suna memastikan.

Tsukishima mengangguk singkat, lalu duduk di samping Kageyama. Kageyama lalu mengelus punggung Tsukishima halus sambil berkata, "nggak papa, pasti bisa, kok."

Jangan salah paham dulu, Kageyama yang ini bukan Kageyama. Kageyama yang asli ada di alam bawah sadar, dan yang sedang bicara ini Shibayama Yuki. Arwah gadis yang tadi megangin jerseynya Oikawa dan dituduh nyubit Oikawa. Sementara yang ngerasukin Tsukishima, kemaren udah di kenalin, kan. Namanya Inuoka Sou. Dua arwah gadis yang tersesat nyari alamat. Nggak canda.

Mereka berdua emang arwah tersesat, tapi bukan karena cari alamat. Tapi karena nggak sengaja aja gitu, mampir.

"Terus, sekarang gimana?" Nggak lucu, kan, tiba-tiba Tsukishima pulang sifatnya jadi kepenuhan gula, padahal aslinya gudang garam. Apalagi Kageyama, yang awalnya goblok jadi pinter.

Mereka semua merenung sejenak, mikirin jalan keluar terbaik disaat krisis kea gini. Pasalnya ini juga udah malem, walaupun udah izin orang tua, tetep aja harus pulang, kan. Kalo nggak pulang yang ada besok ada laporan anak hilang lagi.

Di sela keheningan itu, tiba-tiba Tanaka berucap. "Bawa ke masjid aja, gimana?"

"Terus, kalo udah sampe di sana mau lu apain? Mau lu rukyah sendiri, gitu?" Sewot Suna.

"Minta bantuan dulu, Sun. Mungkin aja masih ada orang di masjid." Sanggah Tanaka. Tumben bener, biasanya ngaco.

Hal itu disetujui sama Daichi, tapi ditolak sama yang bersangkutan. Katanya nggak mau di rukyah karena panas. Padahal belum tau rasanya di rukyah, udah nolak aja.

"Nggak bakal panas, kalo lu nggak ngelawan. Coba aja dulu, siapa tau mati beneran," kata Oikawa meyakinkan.

"Dia emang udah mati, bang."

"Bukan, bukan dia. Kageyama yang gw maksud."

"Psikopat, lu, wa?!"

"Khekeke, gw mau darah. Kasih darah lu semua ke gw!"

Kuroo menoyor kepala Oikawa dengan kuat, sampe Oikawa kepental kebelakang. "Itu vampir, tolol. Kalo psikopat tuh gini," Kuroo mengambil pensil dari tasnya, dan merangkul Bokuto--yang udah sadar duluan--di sampingnya, "jangan bergerak, atau orang ini bakal mati."

Kini giliran Bokuto yang menoyor kepala Kuroo. Nggak ada yang bener, peran jadi psikopatnya. Belajar dulu Sono, kalo udah bener jangan balik, ntar leher kena gorok lagi.

"Ini beneran ke masjid?" Tanya Shibayama-yang masuk ke Kageyama-karena liat mereka semua udah pada siap-siap.

"Iya, lah. Ini udah malem, takut ntar dicariin sama orang tua kita," kata Daichi mewakili.

Bukannya ikut, mereka berdua-Tsukishima dan Kageyama-malah berebutan masuk ke gudang. Mau sembunyi ceritanya, tapi berhubung gudang gelap, nggak jadi masuk dan duduk di pojok ruangan. Masih takut panas kalo di rukyah.

Garis TakdirOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz