5. ungkapan

170 31 0
                                    

Set kedua masih berlanjut, dengan keunggulan tim lawan, 21-19. Sementara keadaan semain rusuh, dengan terjadinya kecelakaan nggak sengaja. Kepalanya Yaku kena bola nyasar, akibat smash nya tim lawan. Yang berhasil buat seluruh manusia di GOR bingung kepanikan.

"Buruan bawa ke UKS. Atau nggak kompresan, gitu, bawa kesini." Panik Kuroo.

Yaku pingsan di sana, dan diantara mereka semua ini nggak ada yang ngerti kesehatan samsek. Apalagi Semi, orang luka kejepit pintu aja dibiarin, apalagi kena bola gini. Palingan Semi bilang gini, "alah, di usap usap aja udah. Biar nggak benjol." Gitu.

Sakusa yang disuruh sama Kuroo buat ke UKS akhirnya balik lagi, dengan kompresan, minyak angin, dan plester di tangannya. Nggak tau ini berhasil apa kagak, yang penting dicoba aja dulu. Kata pepatah, nggak akan tau sebelum mencoba.

Lima menit, dan Yaku belum ada tanda-tanda mau bangun. Akhirnya keputusan dibuat, Kuroo mau mulangin Yaku, dan latihan tetap dilanjut. Berhubung rumah Kuroo dan rumah Yaku searah, ngelewatin rumahnya Yaku dulu. Ntar Kuroo bakal dikabarin kalo latihan udah selesai dan Kuroo belum balik lagi ke sekolah. Biar nggak kebablasan terlanjur balik, eeh udah pada pulang.

"Untung aja Yaku mungil, jadi nggak berat-berat banget." Gumam Kuroo di perjalanan. Yaku di gendong belakang, sementara tasnya dan tas Kuroo dicangklong di depan. Agak berat depan, sih. Tapi nggak papa, Kuroo kan Kuwat.

Samar-samar Kuroo bisa dengar dengkuran halus dari tubuh yang dia gendong. Membuat Kuroo mengambil kesimpulan, kalo sebenarnya Yaku udah nggak pingsan lagi. Tapi kebablasan tidur. Dibiarin sama Kuroo, sebagai tanggung jawabnya juga sama keadaan Yaku sekarang. Kalo aja dia nggak cerita soal bakal ngelawan mahasiswa, nggak bakal Yaku ngikut sama dia buat nonton.

"Kalo gw bilang, gw suka sama lu, lu bakal jawab apa?"

"Hah?!"

Nggak ada jawaban, dan hanya angin yang menyapa. Cuma igauan saat tidur, dan itu bisa buat jantung Kuroo serasa mau copot. Dalam hati, Kuroo beneran merasa kalo Yaku suka sama dia, tapi logikanya menolak semua perasaan itu. Sementara pikirannya cuma tertuju pada Kenma seorang. Kenma yang udah sejak kecil kenal dan Deket sama dia, yang sering banget main sama dia, udah berhasil masuk ke hatinya Kuroo.

Meski Kuroo sendiri tau, kalo ada hal yang menghalangi dia sama Kenma bersatu. Berpura-pura nggak tau cuma untuk menolak sadar.

"Enggghh!" Keanya terlalu banyak goncangan saat Kuroo jalan, makanya Yaku kebangun. Agak susah juga, sih, kalo barang bawaannya kea gini. Depan tas, belakang orang.

"Ini gw yang makin tinggi, atau langit yang memendek, ya? Kok keliatan tinggi gini," gumam Yaku tepat di telinga Kuroo. Membuat Kuroo bergidik geli. Bayangin, kalian dibisikin tiba-tiba, apalagi suaranya agak serak-serak gitu.

"Ini rambut apa kain, sih? Ngalangin jalan aja."

"Eh bentar, kaki gw kok nggak Napak, ya. Akkh sialan, kepala gw ikutan sakit. Ini kenapa, sih, sebenarnya?"

"Yak, bisa diem bentar nggak?"

"Lah, suaranya Kuroo. Tapi orangnya mana?" Yaku celingukan, mencari sumber suara Kuroo tadi. Padahal orangnya lagi gendong dia, masih bingung nyariin.

Beberapa saat setelah Yaku sadar dimana keberadaannya Kuroo, bisa kalian lihat semu merah di pipinya. Mungkin malu karena di gendong, atau malu karena udah ngoceh nggak jelas dari tadi. Cuma Yaku yang tau isi pikirannya sendiri.

Di pertengahan jalan, Yaku minta turun. Karena keliatannya kea aneh gitu, meski sempet seneng, karena bisa liat pemandangan orang tinggi. Tapi tetep malu, apalagi bentar lagi taman, yang pasti bakal banyak bocil ingusan di sana. Yaku nggak mau diejek "yahahaha udah gede kok minta digendong" sama bocil

Garis TakdirWhere stories live. Discover now