7. kebohongan

156 34 1
                                    

Di kediaman Kozume, ada satu orang yang bukan anggota keluarga sedang rebahan di kamar anak tunggal keluarga. Keberadaannya seakan dianggap angin, dialah Kuroo Tetsuro. Anak tetangga yang lagi numpang WiFi, karena orang tuanya nggak ngebolehin pasang WiFi. Kalo nggak punya kuota, WiFi tetangga kan, ada. Hari Sabtu ini klub voli nggak latihan, karena ada beberapa personil yang sibuk sama urusannya masing-masing. Jadilah, Kuroo buat keputusan tersebut.

Di dalam kamar Kenma, ada banyak banget barang elektronik. Mulai dari laptop, komputer, penyedot debu, televisi, kipas, ini kamar atau toko elektronik, lengkap banget. Pokok barang yang sekiranya Kenma butuh, bakal dibawa ke kamar. Nggak peduli kamarnya jadi sempit, yang penting dia nggak harus bolak-balik naik-turun cuma buat ngambil makanan atau cemilan.

"Ken, ada cola, nggak?"

"Cari aja di kulkas, kalo nggak ada, di bawah mungkin ada." Nah, kan, sampe ada kulkas juga. Ini kamar apa bukan, sih.

Kuroo bangun dari acara rebahannya dan berjalan ke lemari es, yang ada di pojok ruangan dekat kamar mandi. Membukanya dan mendapati beberapa minuman bersoda di dalam kulkas itu. Bahkan ada yang mengandung alkohol. Membuat Kuroo bergidik ngeri.

"Yang ada alkohonya, juga kamu minum, Ken?" Tanya Kuroo pada akhirnya. Dia mengambil sebotol minuman kaleng soda berwarna cokelat dan meminumnya.

Kenma yang ditanyai menjawabnya dengan lirih, atau mungkin emang segitu volume suaranya.

"Kadang. Kalo gw stres gara-gara kalah main game, atau terlalu di kekang sama mapa, bakal gw minum sampe tiga botol," jawab Kenma tanpa mengalihkan matanya dari layar monitor. Tiba-tiba cuma hitam yang bisa Kenma lihat. Dia mendongak dan melihat Kuroo yang berkacak pinggang dengan kabel komputer di tangan kirinya.

"Kenapa? Apa lagi, kali ini?"

"Gw nggak begadang, tadi malem. Dan lu tau sendiri gw baru bangun pas lu sampe. Udah gw turutin yang lu bilang, sekarang apa lagi?"

Kuroo meletakkan kabel yang dia pegang dan perlahan mendekat ke arah Kenma. Dia duduk tepat dibelakang tubuh mungil Kenma yang terbungkus selimut. Merengkuh tubuh kecil itu dalam pelukannya dan menenggelamkan wajahnya di ceruk leher Kenma yang terbungkus selimut.

"Gw harap, semua yang udah terjadi selama ini itu cuma mimpi belaka. Dan gw Cepet bangun dari mimpi yang lama ini." Gumam Kuroo, yang dapat di dengar jelas oleh Kenma.

"Lu kenapa, sih. Jadi makin aneh, gini?"

"Ken, gw mau nanya." Kuroo memutar tubuh Kenma secara paksa. Sehingga mereka berhadap-hadapan sekarang.

"Gw, di matamu itu apa?"

"Manusia."

"Gw serius, Ken. Gw tanya, gw di matamu, itu apa?"

"Lu Kuroo Tetsuro, orang yang udah gw anggep sebagai kakak gw sendiri. Dan lu nyebelin, cerewet kea mak-mak, kadang nggak ngotak, tukang Cepu dan masih banyak lagi," jawab Kenma. Kuroo menghela napas, lalu menatap gadis di depannya lekat.

"Gw minta satu hal, boleh?"

"Tergantung, itu bakal sulit atau nggak."

"Nggak akan sulit, gw cuma minta satu hal. Yaitu, tolong, tolong lihat gw bukan sebagai kakak, tapi sebagai laki-laki. Cuma itu. Bisa?"

Kenma terdiam, dia sedikit tau arah pembicaraan mereka. Lalu dengan berat hati berkata yang sebenarnya. Meski pahit, sebuah pil harus tetap di minum, jika kau ingin sehat. Seperti itulah kebenaran yang bakal Kenma katakan. Kebenaran pahit yang coba Kuroo sangkal dengan sekuat hatinya.

"Lu tau gw bakal jawab apa?" Kuroo menggeleng sebagai jawaban.

"Tapi lu tau, kan. Kalo Rosario ini nggak bakal bisa nyatu sama tasbih lu?" Tanya Kenma sembari mengeluarkan kalung salib dari balik bajunya. Membuat Kuroo terdiam seribu bahasa.

Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang