12. be lover?

137 24 0
                                    

"ntar pulang sekolah, temuin gw di UKS. Gw nggak terima penolakan dari lu!"

Kata-kata itu terus berputar di kepala Semi, membuatnya jadi nggak fokus. Jam istirahat pertama tadi, Suga mendapati Semi lagi ngadem di depan perpus. Suga menghampiri Semi cuma buat bertegur sapa. Tapi bukan Suga namanya kalo nggak teliti. Bisa Suga lihat, ada sesuatu berwarna biru di ujung leher Semi, dan itu buat Suga menahan diri.

Dengan nada rendah, Suga bilang buat nemuin dia di UKS ntar sepulang sekolah. Dan bisa Semi tebak bakal terjadi apaan setelahnya. Yang pasti antara membujuk sama menceramahi.

"Huuh." Udah kesekian kalinya Semi menghela napas. Selain karena tentang Suga, mapel hari ini sangat dan sangat menguras pikiran.

FISIKA.

Mapel tergabut pertama di dunia. Yang disukai, sekaligus dibenci sama banyak orang.

"Kalo terjadi kesalahan pengukuran, ada dua kemungkinan. Pertama salah alatnya, dan kedua salah orangnya."

Di depan sana, guru fisika lagi menjelaskan materi. Dan setelah menjelaskan, beliau bilang, kalo besok akan ulangan harian. Baru juga setengah bab, udah di kasih ulangan aja. Fisika bukan ilmu yang dikuasai sama Semi. Walaupun bisa, yang pasti yang mudah-mudah doang, nggak sampe vektor atau kinematik. Itu apaan lagi, kinematik. Matematika aja bikin puyeng.

Semi meringis kecil, saat rasa sakit masuk ke kepalanya. Bukan, bukan karena pelajaran, tapi karena sesuatu yang lain.

Tes

Tes

"Aa Sem, lu mimisan!" Teriak seorang gadis di kelas Semi. Membuat atensi seluruh kelas beralih kepada Semi.

"Hah?"

"Lu mimisan, liat! Meja sama buku lu udah penuh darah gitu!"

Semi melihat ke mejanya, ternyata benar, setengah bukunya udah penuh sama warna merah. Buru-buru Semi menutup hidungnya dan berlari ke toilet. Satu anak anggota PMR dari kelasnya mengikuti, takutnya pingsan di kamar mandi.

"Sialan, pasti gara-gara semalem!"

***

Di kamar mandi, Semi ketemu lagi sama Suga yang baru aja keluar. Semi berhenti sejenak dihadapan Suga, sebelum Suga mendorong Semi masuk ke kamar mandi.

"Bersihin dulu, lalu ikut gw ke UKS!" Tegas Suga. Semi cuma diam sambil bersihin darah di hidungnya. Tapi ternyata mimisannya nggak mau berhenti, dan terpaksa Suga berlari ke kelasnya buat ambil kapas. Untung aja kelas suga nggak terlalu jauh dari toilet.

"Mulai hari ini, lu tinggal di rumah gw aja, ya, Sem. Gw khawatir sama lu!"

"Terus, lu minta gw ninggalin mama sendirian, gitu. Sama orang nggak waras itu? Lebih baik gw mati di tangannya daripada gw harus ninggalin mama sendiri."

"Tante bisa lu ajak, Sem. Daddy juga nggak masalah, terlebih Tante itu adeknya sendiri."

"Gw bakal selesaiin masalah gw sendiri. Gw nggak butuh bantuan lu."

"Sem, sekali aja, lu dengerin gw. Jangan bikin gw khawatir sama lu! Gw sayang sama lu, Sem."

"Kalo nggak mau khawatir, jangan peduliin gw! Gw sebenarnya nggak butuh itu! Yang gw butuhin itu uang, biar gw bisa bahagia. Lu nggak mau, kan, ngasih uang lu ke gw, jadi jangan khawatir."

"Walaupun lu suruh gw nggak khawatir, naluri seorang kakak nggak bisa boong, Sem. Please, lu mau ya?"

Semi tetap menggeleng. "Gw nggak bisa."

Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang