53. Rasa yang berbeda, dalam diri yang sama

54 9 0
                                    

Kuroo sahabat guwehh

'Gue nggak tau salah gue atau bukan, cuma perasaan gue doang atau bukan kalo Akaashi agak lain.'
'Kea beda gitu aja, wajahnya, senyumnya, bahkan sampe tingkahnya juga beda banget.'
'Ini gue yang salah liat atau emang bener gitu, sih?'

Bisa nggak sih, kalo mau ngechat gue salam dulu baru nyerocos?'
'Gue serasa akun ngeluh lama-lama ngadepin lo, Bok!'

'Lo juga ngerasain 'kan, Kur. Bahkan kemaren juga kita mergokin dia yang sempoyongan kayak orang mabok gitu.'
'Ehh tiba-tiba abis sempoyongan malah  pingsan dianya. Mana mimisan juga lagi. Kan gue jadi khawatir sama dia.'

'Keanya gue nggak guna punya nomer nih orang. Nggak guna beneran.'

'Kira-kira Akaashi kenapa ya, Kur?'
'Kemaren malem gue sempet hubungin dia, cuma yang ngangkat bukan Akaashi sendiri, yang ngangkat nyokapnya. Terus gue tanya 'kan Akaashi dimana, gue nggak disautin, gila.'
'Parahnya lagi, gue dibentak dikit sama camer gue. Gila sakit ati gue, walau nggak terlalu sakit, sih.'
'Cuma satu anehnya, Kur. Gue denger sesegukan gitu pas telpon gue didiemin. Nggak tau yang nangis siapa, tapi moga aja bukan Akaashi gue.'

Kali ini Kuroo diamkan chat-chat yang masuk dari nomor Bokuto. Buat apa juga ditanggapin, dianya aja nggak perhatiin gue, kok. Agaknya itu yang membuat Kuroo mendiamkan chat Bokuto. Terlebih lagi cowok itu benar-benar mengganggunya beberapa hari terakhir. Memang Bokuto sering mengganggunya, tapi kali ini vibe nya berbeda dengan sebelumnya. Terkesan lebih dan sangat menganggu.

Kemaren saja pagi-pagi buta Bokuto sudah puluhan kali menelponi nomor Kuroo hanya untuk menanyakan tempat sikat giginya. Yang padahal mereka itu beda rumah, beda keluarga, beda kamar dan beda kebutuhan. Tapi malah menanyakan hal itu ke Kuroo alih-alih ibunya sendiri. Memang semakin hari ingatan Bokuto harus dipertanyakan. Takut-takut ternyata dia punya masalah dengan mengingat.

Tingg

Sebuah pesan masuk, Kuroo memilih mengabaikan ponselnya yang sudah dia letakkan asal di atas kasur. Tubuh Kuroo lelah sekali rasanya malam ini, seakan tenaganya terkuras habis oleh seseorang yang memenuhi kepalanya saat ini. Siapa lagi kalau bukan pacar barunya, Yaku Morisuke.

Tingg

Satu lagi masuk, dan Kuroo mulai terganggu lagi. Menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi nyatanya sangat nyaman untuk saat ini. Menatap pada langit-langit kamarnya yang kosong, dan hanya ada putih belaka yang bisa dilihatnya. Sesekali Kuroo akan terkekeh pelan lalu tersipu malu, entah karena memikirkan apa. Tapi itu pemandangan yang cukup menarik.

Ayaya I'm your little butterfly, ayaya-

Dering ponselnya berbunyi, menandakan ada seseorang yang menelponnya. Kuroo sempat kaget dan hampir saja terjungkal saat dering ponselnya berbunyi, karena dia memasang notifikasi dering cukup keras. Maklum, remaja jompo, apa-apa nggak kedengeran, kecuali soal duit, makanya volume dering dia keraskan. Dengan bersungut-sungut Kuroo ambil lagi ponselnya dan langsung mengangkat telpon tanpa melihat siapa yang menelpon lebih dulu.

"Jangan ganggu gue, Bok! Gue lagi capek mikir!!"

"Hah?"

Garis TakdirWhere stories live. Discover now