Sebuah Bagian Penutup

46 5 0
                                    

Apa kalian nggak penasaran sama kisah SunaKita yang dichapter sebelumnya seperti sedang retak? Juga kisah DaiSuga yang tak ada perkembangan yang berarti? Jikalau iya, di sini kalian akan mendapat jawabannya.

°

°

°

Sekali peluru keluar dari moncong senapan, peluru itu tak akan bisa kembali lagi.

Seminggu setelah acara menginap di rumah Ushijima, Shinsuke mengajak Suna ke tempat mereka pertama kali menjalin hubungan. Halaman belakang sekolah. Sudah ia pikirkan baik-baik hal ini, dan hasilnya adalah sama. Shinsuke memang tak mendapat apapun dari hubungan ini.

Senin siang saat istirahat makan siang, Shinsuke meminta Suna untuk ke halaman belakang sekolah. Suna—yang entah keajaiban dari mana-baru membuka ponsel—segera berlari ke halaman belakang. Sekarang kelasnya sudah tidak di belakang, jadi Suna harus berlari untuk sampai tepat waktu.

Saat sampai Suna terengah-engah sambil bertopang pada tembok. Ia bisa melihat Shinsuke berdiri membelakanginya. Dengan rok putih sebatas betis, baju coklat muda dan rambut keperakannya yang diurai tertiup angin. Suna jadi ingin memeluk Shinsuke dari belakang kalau begini.

"Shin," panggil Suna.

Shinsuke berbalik dan dihadapkan dengan dada Suna. Mungkin karena selama ini Shinsuke tak memperhatikan, tapi perbedaan tinggi mereka terlampau jauh. Padahal dulu Shinsuke kira dia sebatas telinga Suna, tapi sekarang sudah sebatas dagu Suna. Ini Suna yang tumbuh atau dirinya yang menyusut.

Shinsuke mendongak untuk melihat mata Suna. Ia tersenyum setelahnya. Mata sipit cowok itu berbinar layaknya anak anjing. Tangan Shinsuke kemudian naik untuk mengelus surai tenda Suna.

"Kenapa, Shin?" tanya Suna setelah Shinsuke menurunkan kembali tangannya.

Shinsuke rasa dia melewati batasnya sendiri. Sebelum kemari ia sudah berjanji untuk tidak melakukan physical touch dengan Suna, tapi dia melanggarnya sendiri. Sekarang bagaimana bisa Shinsuke mengatakan keinginannya.

Shinsuke menggeleng sebentar lalu berhenti. Matanya perlahan merendah bersamaan dengan kepalanya menunduk. Apa-apaan dengan rasa sakit di dadanya ini? Sesak sekali hingga Shinsuke kesulitan bernapas.

"Suna!" panggil Shinsuke dengan sedikit berteriak.

Baru kali ini Shinsuke memanggil Suna dengan nama depannya. Shinsuke selalu memanggil Suna dengan 'Rin' saat mereka berdua maupun di tempat umum. Panggilan itu membuat Suna membelalak.

"Maaf aku harus berkata kayak gini, tapi aku harus demi diriku sendiri," ucap Shinsuke yang membuat Suna bingung.

"Ada masalah, Shin?" tanya Suna. Cowok itu mencoba melihat wajah Shinsuke yang menunduk.

Masalahnya itu ada di kamu Suna, batin Shinsuke. Gadis itu membuang muka, enggan untuk melihat Suna dan mata yang selalu memujanya.

"Kita ... kita akhiri di sini, ya?" kata Shinsuke dengan tetesan air jatuh dari matanya. Bibirnya terangkat paksa membentuk lengkungan yang tak sempurna.

Setelah mengatakan itu sesak makin menyiksa dadanya. Shinsuke makin tak bisa bernapas dengan benar. Apa ini pertanda bahwa sebenarnya Shinsuke tak rela berpisah dengan Suna?

"Kamu bercanda, kan?" tanya Suna tertawa kikuk mendengar ucapan Shinsuke barusan.

Suna tak mau percaya dengan pikirannya. Shinsuke mengajak putus di tempat di mana mereka pertama kali menjalin hubungan. Di tempat berawal juga menjadi tempat berakhir, Suna tak mau itu. Bahkan Suna tak mau berakhir dengan Shinsuke. Suna Rintarou jatuh terlalu dalam pada Kita Shinsuke.

Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang