47. Rencana

52 13 0
                                    

"Harus banget hari ini, yah? Nggak bisa ditunda lagi?"

"Kamu mau kesempatan ini ilang gitu aja? Ini kesempatan yang bagus, hari ini bisa dipastikan orang itu bakal keluar dari sarangnya, dan kamu mau sia-siain?"

"Bukan gitu, kan ini masih hari kerja, yah. Nggak pas off day aja gitu maksudku."

Pria paruh baya dengan kacamata berlensa tebal itu menggeleng, membuat remaja yang berbicara dengannya menghela napas panjang. Memang benar, 'orang itu' akan keluar dari kandangnya hari ini karena hari ini adalah peringatan kematian istrinya sekaligus ibu Oikawa. Kebiasaan pria itu, dia akan pergi ke taman kota, toko kue, toko bunga dan terakhir akan ke pemakaman untuk mengakhiri hari. Oikawa tau itu, namun dia tak pernah melihatnya secara langsung, hanya berbekal informasi dari pegawai ayahnya saja.

"Yodah deh, nggak usah masuk ntar, nanggung juga hari Jumat. Pasti banyak yang kosong ntar." putus Oikawa yang sempat mendapat penolakan dari pria paruh baya yang tak lain ayah Iwaizumi. Tapi berkat eyelan Oikawa yang ngeyel banget, dia dibolehkan membolos untuk hari ini.

Setelah mendapat keputusan, keduanya beranjak untuk menyiapkan hal yang akan mereka bawa dalam 'misi' kali ini. Misi untuk menculik ayah Oikawa saat pria itu lengah. Yah bisa dikatakan ini rencana gila dan tak berguna, tapi siapa tau akan berhasil, kan.

🍃

Sementara itu, di kediaman Sugawara. Terlihat dua orang remaja yang sedang kesulitan menghentikan seorang remaja lain yang mau mengakhiri hidupnya dengan gantung diri. Ya, bisa kalian tebak siapa itu. Tepat sasaran, itu Semi Eita. Beberapa saat setelah Semi mengetahui kondisi sang ibu, dia jatuh pingsan. Ushijima juga segera menghubungi keluarga satu-satunya Semi yaitu Suga untuk ke rumah sakit. Mengetahui kabar tersebut, orang tua Suga yang sedang dalam perjalanan bisnis pun membatalkannya sepihak dan bergegas kembali ke rumah.

"Sem, jangan kayak anak kecil deh, lu! Turun buruan!" Titah Suga pada Semi yang sibuk membuat simpul di tali yang sudah dia kaitkan dengan entahlah semacam paku di atas sana.

"Semi ingat pesan mama kamu." Suara Ushijima menggema di kamar Suga yang luas.

Saat pingsan tadi, Semi dibawa pulang ke rumah Suga sementara orang tua Suga mengurus segala sesuatu untuk kepulangan ibu Semi. Jenazahnya harus dikebumikan hari ini juga agar tak menyiksanya lebih lama lagi. Tapi Semi yang masih belum terima mencoba ikut mengakhiri hidupnya sendiri.

"Gw lebih baik mati sekalian daripada harus hidup tanpa mama!"

"Sem walaupun gitu hidup lu yang Tante berusaha lindungi!" Suga berteriak keras, "Lu mau pengorbanan Tante sia-sia?! Mikir Sem! Lu mati juga Tante nggak bakal balik hidup lagi! Hargai hidup lu yang cuma sekali." Suga berteriak makin keras, berusaha menahan air matanya yang akan jatuh. Suga bukan tipe anak yang kuat jika berhadapan dengan keadaan seperti ini, dia lemah sekali. Hanya saja, kali ini Suga ingin terlihat kuat di depan Semi. Hanya kali ini saja, izinkan Suga menjadi kuat untuk Semi seorang.

Semi yang selalu melindunginya, bahkan sampai tak peduli dengan dirinya sendiri. Izinkan Suga menjadi pelindung dan sandaran untuk Semi kali ini. Ushijima cuma diam, tapi kakinya perlahan mendekat ke arah Semi yang masih sibuk dengan urusannya sendiri. Ditambah perhatiannya yang teralihkan oleh Suga membuat Semi tak menyadari keberadaan Ushijima dibawahnya.

"Tante pernah bilang ke gw kalo hidup lu lebih berharga dari hidupnya. Semenderita apapun, Tante tetep pengen lu hidup demi dia!"

"Ooh apa kurang perjuangan Tante buat lu!? Sampe lu pengen bunuh diri." Entah perkataannya akan semakin menyulut Semi atau tidak, Suga hanya ingin mengeluarkan seluruh isi kepalanya sekarang. Terlalu keruh pikiran Suga untuk bisa berkata yang baik-baik. Tapi Suga yakin kalau Semi tak akan berani untuk bunuh diri. Suga yakin kalau Semi hanya belum bisa menerima kenyataan saja, makanya berbuat demikian.

Garis TakdirTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang