55. Ujian Tengah Semester

40 12 0
                                    

Kita undur lagi waktunya jauh sampai jam tujuh pagi. Seperti yang udah author kasih tau sebelumnya, hari Senin ini adalah hari pertama ujian Tengah semester. Ujian yang membuat otak Atsumu ngebul seketika, padahal baru hari pertama.

Alasan utama bikin otak ngebul itu karena mapel pertama yang diujikan adalah matematika wajib, dan untuk yang kedua PPKn. Yang satu soal sebaris jawaban beranak, yang satu belum apa-apa udah bikin pusing. Dan satu lagi kesialan yang harus Atsumu terima, kelasnya harus diawasi oleh guru sosiologi yang siapapun tau kalo beliau guru killer. Paket lengkap, kan?

"Sttt Tsum... Tsumu..." Suna yang duduk dibelakang Atsumu memanggil Atsumu dengan suara berbisik. Takut-takut kalau guru laki-laki yang sedang sibuk dengan novelnya itu terganggu.

"Tsumu!" Panggilnya lagi, karena Atsumu tak menoleh. Suna bisa dibilang cukup berani, iya, berani nyontek di hari pertama ujian. Padahal udah tau kalau nyontek itu nggak baik, tapi selalu aja dilakuin. Murid yang nggak baik sama sekali. "Ck, tsumu!!"

"Apaan sih?" Sahut Atsumu sedikit kesal. Pasalnya soal matematika kali ini beneran nggak ngotak untuk otak kapasitas dua giga miliknya.

"Nomer 24 jawabannya apaan?" tanya Suna dengan watadosnya. "Gue itung dari tadi belom ketemu jawabannya." Hampir frustasi Suna dibuatnya cuma gara-gara satu nomor itu.

"Bentar." Atsumu melihat ke kertas ujiannya, lalu memberitahu Suna jawaban yang dia dapat. "Jawabannya 7,35," kata Atsumu sambil berbalik lagi menghadap Suna.

"Beneran?"

"Nggak percaya banget lo sama gue, udah gue itung tadi."

"Gimana caranya?"

Atsumu menghela napasnya pelan. Harus sabar hari ini, agar ujiannya lancar. Tapi kenapa godaan buat marah selalu bertebaran dimana-mana kayak gini??

"Lo tanya caranya?" tanya Atsumu lalu diangguki oleh Suna. "Lo liat kertas ujian lo, perhatiin pilihannya." Suna mengikuti arahan yang Atsumu berikan tanpa ragu atau curiga sedikitpun.

"Nahh, kalo udah terus bilang gini."

"Bilang apaan?"

"Cap cip cup kembang kuncup, pilih mana yang mau di cup," ucap Atsumu dengan wajah tanpa dosa. Lalu kembali fokus dengan kertas ujiannya sendiri.

Dibelakang sana, Suna menggenggam erat pensilnya, tapi wajahnya tersenyum. Kesal dengan Atsumu tapi juga merutuki kebodohannya yang percaya dengan Atsumu. Bukan Atsumu bodoh soal matematika, cuma dia agak aja kalo di minta jawaban gini. Atsumu paling jago kalo soal bahasa inggris, walau nggak se lancar bule-bule di Bali, bisa lah kalau dia menang debat bahasa inggris.

"Salah gue percaya sama lo, Tsum."

"Lhohh dikasih tau jawaban kok ngamok?" kesal Atsumu setelah mendengar ucapan lirih Suna. Ingat, mereka sedang ujian, suara sekecil apapun biasanya akan terdengar jelas. Terlebih posisi mereka yang berdekatan. Membuat Atsumu bisa mendengar kata-kata Suna dengan cukup jelas. "Tau gitu nggak gue kasih tau jawabannya."

"Nyenyenye," ledek Suna.

Kesal dengan ledekan Suna, Atsumu akhirnya melayangkan jitakan keras ke dahi Suna. Lalu dengan cepat berpura-pura fokus mengerjakan ujiannya. Suna yang nggak terima lantas mendorong kursi Atsumu dengan kakinya hingga menimbulkan suara yang keras. Seisi kelas langsung menengok kearah Atsumu bersamaan, termasuk guru yang mengawasi.

Garis TakdirWhere stories live. Discover now