[ OUTLAWS - 36 ]

122 19 4
                                    

"Aku tidak akan membiarkan putri ku memasuki bisnis gelap ini, Ayah !" ujar seorang pria dengan kekuh

Pria yang di di panggilnya Ayah memijat pelipisnya yang pusing. Siapa lagi yang akan meneruskan perusahaan bila putri tunggalnya tidak di izinkan mengenal dunia bisnis ini ?

"Lalu akan di buat apa perusahaan yang aku bangun dari bawah sampai sekarang ?! jangan aneh kamu Zen ! memberikan kerja kerasku terbuang ?" jelas pria tua itu

Zendika Pratama, adalah anak dari pria tua itu. Anak tunggal lebih tepatnya, Zendika memasuki dunia bisnis karena Ayahnya yang mengajarinya untuk berbisnis. Dan itu tidak akan ia ajarkan kepada putrinya, tidak akan !

Menurut Zendika, putrinya terlalu baik dan polos untuk memasuki dunia mafia ini, dunia kotor !

Zendika menganggap semua adalah debu, jika kamu bergaul atau memasuki ranah debu kamu akan ikut berdebu dan menjadi debu bila kamu berlian sekalipun, sama seperti mereka.

Berbeda dengan sang anak yang menampakkan raut wajah tenang, mendengar percekcokan kedua pria yang sangat di sayanginya itu.

"Ehem, begini sayang, kamu mau kan ikut berbisnis ? kakek akan mengajarkan mu banyak hal. Kamu juga bisa membaca karakter seseorang nantinya" bujuk sang Kakek kepada cucunya.

Zendika, sang anak membulatkan matanya kaget, ayahnya tidak sedang membual kan ?

"Ayah ingin mengajari putri ku ilmu hitam ?" tanya Zendika sambil menampakkan mimik tak bersahabat

"Diam kamu Zendika ! kamu itu gak di ajak" balas kakek sengit

Diyana, sang istri hanya tersenyum geli melihat suaminya dan mertuanya tengah bercek-cok

"Dengar kata-kata Dady Avita ! kamu tidak boleh memasuki dunia bisnis, tidak boleh !" ujar sang ayah

"Ayolah Zen ! kamu tidak berhak memilih atau mengambil keputusan, serahkan kepada anakmu !"

"Tapi aku A-"

"Sudahi pertikaian kalian ini. Avita bilang kepadaku memiliki tujuan sendiri, bukan meneruskan perusahaan ini." ujar Diyana sambil menatap anaknya

"She has her own dream" lanjutnya

Zendika yang mendengar ucapan istirnya sedikit bernafas lega, setidaknya putinya tidak memiliki minat untuk memasuki dunia bisnis yang kotor ini.

"Apa mimpimu itu, cucuku ?"

Avita menghembuskan nafasnya dengan kasar, tak satu ataupun dua kali pria didepannya ini selalu bertikai masalah bisnis,tetapi setiap kali bila bertemu.

"Aku memiliki minat untuk masuk dalam politik" jelas Avita

"APA ?!" teriak Zendika kaget

"Kecilkan suaramu bodoh ! kita tengah berada di kerumunan orang berduka !" ujar sang kakek

"Diyana, apakah kamu tahu mimpi anakmu yang akan masuk politik ? dan kamu membiarkan saja hal itu ? demi tuhan ! semua orang akan gila bila bertemu kekuasaan" jelas Zendika frustasi

"Dan kamu Nak, kamu bisa jadi dokter, guru, perawat, atau apapun selain masuk dunia politik. Politik sama saja berbisnis, kamu tahu ?!"

Avita memijit pelipisnya yang pusing akibat ayahnya yang selalu melontarkan kata-kata yang malas ia dengar lagi untuk kesekian kalinya.

"Sayang, kamu bisa cari minuman dulu biar kamu fresh. Mukamu masam" ujar Diayan yang di angguki Avita

Tanpa basa-basi Avita beranjak dari tempat duduknya dan berjalan untuk mencari minuman yang dapat menyegarkan otaknya.

OUTLAWSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang