[ OUTLAWS - 48 ]

56 8 3
                                    

"Bagaimana bisa, si!?" bentak Agam dengan lawan bicaranya ditelpon

Semua terlonjak kaget, tatapan bingung dilayangkan kepada Agam saat ini. Dari mimik wajahnya dapat dipastikan pria itu tegah menahan amarah. Apa yang membuat pria itu marah ?

"Ada apa ?" tanya Aiden yang sudah tak bisa lagi menyembunyikan rasa penasarannya.

"Markas kita diserang ! kita harus kesana" ucapnya yang mampu membuat inti Outlaws terlonjak kaget begitu pula dengan Valter. Bagaimana bisa markas mereka diserang ? selama ini tak ada yang tahu keberadaannya di mana. Lantas kali ini ?

Farell? Menatap Valter dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Kenapa jadi gini sih ? kita udah kehilangan Dhanu ! lalu ini apa lagi ?" geram Rafael kesal. Pria manis itu menatap satu persatu temannya dengan malas. Kenapa menjadi seperti ini ? kenapa seolah-olah masalah dangan dengan secara bersamaan ?

Farell tertawa garing, lalu kembali menatap sang katua. "Bukannya sudah jelas siapa pelakunya ? KALAU SEPERTI INI APA YANG LU LAKUIN HAH ? APA ?" teriaknya murka sambil menarik kerah baju Valter

Darren yang berada disamping Valter mencoba menarik Farell agar melepas tangannya yang berada dikerah baju Valter. "Lu bisa tenang ga !" ujar Darren

"Apa ? tenang ? lu tahu sendiri dimarkas banyak data yang kita sembunyikan ! dan apa lu bilang ? tenang ? lu tahu ga ? LU, DAN LU," geramnya sambil menunjuk Darren dan Valter

"SANGAT BODOH PERIHAL HATI ! LU TAHU ? JALANG YANG LU SURUH MENGINAP DIMARKAS PELAKUNYA. LU HARUS SADAR ITU, VALTER. INI JEBAKAN !" teriaknya histeris

Mungkin tak masalah bila ada penyerangan dimarkas, terlebih itu bukan markas inti Outlaws. Itu adalah markas pribadi Outlaws untuk menyusun rencana bahkan menyimpan beberapa data penting. Bukan hanya itu, semua hasil penggelaman uang, transaksi ilegal serta sabotase yang telah dilakukan orangtua mereka, mereka simpan dimarkas itu.

Sungguh sial bila ada yang mengetahui data tersebut. Memang Darren mengunci data itu dengan kode yang kuat, namun bukan berarti tak ada yang bisa membukanya kan ?

Bugh..

Satu bogeman yang cukup keras mengenai pipi Farell. Jangan tanya siapa pelakunya ! jelas saja pelakunya adalah Valter ! pria itu melayangkan tinjuan kepada Farell membuat Farell mundur beberapa langkah.

"Jaga bicara lu !" tekan Valter

"Udah woe, udah ! dengan begini gabuat masalah ini selesai !" lerai Rafa

Tapi ucapan Rafa hanya bagaikan angin lalu untuk Valter dan Farell, kedua pria itu masih saling melayangkan tatapan mematikan. Aiden menepuk pundak Farrel, "Udahlah bro ! kita bicarain baik-baik aja. Jangan kaya gini, gua tau lu marah, gua juga sama. Tapi dengan begini ga membuat masalah selesai" nasihat Aiden

Akh, sepertinya yang terlihat seperti tak pernah serius saat ini merekalah yang dapat berfikir dewasa. Lihat saja Rafael dan Aiden ! bukankah hanya keduanya yang berusaha menenangkan sahabatnya itu ?

Farell menepis tangan Aiden yang berada dipundaknya. "LU BELA TERUS AJA VALTER ! DIA YANG MENJEBLOSKAN DIRI KITA KEJURANG INI !" teriaknya murka

"UDAH DIEM, ANJING ! lu semua ga ada gunanya adu bacot disini ! kita harus ke markas !" ucap Agam yang dengan asal mengambil tasnya lalu berjalan keluar kelas diikuti teman-temannya.

"Gua akan membunuh gadis itu !" gumam Farell

Sementara itu, Kevin langsung saja melakukan perlawanan di markas, membabi buta semua pasukan Outlaws. Pria itu melampiaskan semua amarahnya tentang kematian sang adik. Amarah yang sudah lama ia pendam, benar-benar meledak malam ini.

Jumlah anggota Outlaws yang saat itu berada di markas sekitar lima belas orang. Tapi Kevin tidak terlihat kewalahan sama sekali. Tentu saja, Kevin adalah seorang agen FBI yang terlatih. Pria itu terus melawan anggota Outlaws hingga tumbang satu per satu. Kevin benar-benar menggila malam ini.

Saat menumbangkan anggota Outlaws yang terakhir, suara derum motor yang mendekat mengalihkan perhatiannya. Ia lalu melepaskan anggota Outlaws yang sudah babak belur di tanah. Berdiri dan menatap nyalang ingin Outlaws yang baru datang. Kevin memberikan tatapan yang jauh lebih mematikan kepada Valter. Kevin seolah memiliki dendam pribadi kepada Valter, yang ia jelaskan melalui sorot matanya.

Tanpa aba-aba, Kevin langsung menarik kerah Valter dan membantingnya ke tanah. Valter yang tidak siap, sontak terbaring di tanah karena ulah Kevin. Melihat hal tersebut, Farel ingin membantu hanya saja dicegah oleh Aiden. Pria itu merasa ini adalah permasalahan pribadi antara Valter dan Kevin. Tidak akan baik jika mereka ikut campur urusan keduanya.

Valter langsung berdiri dan menonjok wajah Kevin hingga mundur beberapa langkah. Ia lalu berteriak dengan menggebu, "APA MAKSUD SEMUA INI SIALAN!"

Valter menatap teman-temannya yang sudah tumbang berceceran di mana-mana. Kondisi mereka semua sangat memprihatinkan. Hal itu membuat darah Valter mendidih di buatnya.

"PERTANYAAN BODOH MACAM APA ITU HA?! SETELAH MELAKUKAN HAL KEJI SEHARUSNYA KAU MERASA BERSALAH SEUMUR HIDUPMU!" teriak Kevin tepat di depan wajah Valter.

"Jangan melantur! Bilang aja alasan lo nyerang markas Outlaws, dan dari mana lo tahu lokasi markas ini," tukas Valter sembari menatap Kevin dengan tatapan tajam. Valter sudah malas berurusan lebih lama lagi dengan Kevin.

"Tanyakan itu pada seseorang di alam baka!" Kevin menonjok wajah Valter dan tanpa jeda ia menendang perut Valter dengan lututnya. Valter yang belum siap pun tersungkur. Pria itu mengumpat karena ulah Kevin.

"Sialan lo!" teriak Valter tak terima. Ia lalu berdiri dan mulai menghajar Kevin dengan membabi buta, kemampuan keduanya yang setara membuat pertarungan ini sengit. Keduanya sama-sama tidak ingin kalah, sekalipun wajah mereka sudah penuh dengan luka lebam.

Para inti Outlaws sedang memikirkan maksud ucapan Kevin sebelumnya.

"PERTANYAAN BODOH MACAM APA ITU HA?! SETELAH MELAKUKAN HAL KEJI SEHARUSNYA KAU MERASA BERSALAH SEUMUR HIDUPMU!"

"Tanyakan itu pada seseorang di alam baka!"

Apa mungkin, Valter melukai orang terdekat Kevin sehingga pria itu sangat marah. Ia bahkan membabat habis semua anggota Outlaws yang ada di markas. Padahal bisa jadi sebagian atau bahkan mereka semua tidak tahu menahu tentang permasalahannya dan Valter.

Para inti Outlaws hanya diam di tempatnya tanpa berniat ikut campur permasalahan keduanya. Mereka hanya akan menunggu dan melihat hasilnya. Entah siapa yang akan memenangkan pertarungan ini.

Entah apa yang terjadi, keduanya menghentikan perkelahian dan saling tatap dengan tatapan nyalang. Valter akhirnya buka suara juga.

"Gue tahu lo penyidik FBI, maksud kedatangan lo kesini apa? Kita nggak pernah sekalipun berurusan sama FBI, sekalipun! Outlaws tidak ada sangkut pautnya dengan FBI! Jadi alasan lo datang apa?" tanya Valter.

Memang benar, Outlaws tidak pernah bersangkutan dengan FBI, Outlaws sendiri pun juga heran kala FBI justru terfokus pada markasnya. Bukan kasus senjata atau obat ilegal.

Bukankah itu aneh?

Kevin hanya diam untuk beberapa saat sebelum akhirnya ia buka suara. Para inti Outlaws cukup terkejut dengan jawaban seorang Kevin.

OUTLAWSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang