24. hate or miss?

155 35 8
                                    



"Kami terlah berusaha sebaik mungkin. Maafkan kami" tim dokter dan perawat membungkuk sedalam-dalamnya kepada keluarga pasien didepannya. Operasi yang telah mereka lakukan selama 5 jam lebih mengalami kegagalan.

Jeon Jungkook memiliki pandangan kosong. Kedua tangannya mengepal disisi tubuhnya. Bibirnya bergetar dan kedua matanya memerah. "Ibu...."

Setelah tim dokter pergi dari sana, Jungkook melangkahkan kakinya kedalam ruangan. Dia dapat melihat ibunya berbaring disana dengan kain putih menutupinya.

Dia berdiri disisi ranjang. Tangannya bergetar untuk mengangkat kain yang menutupi sang ibu. Begitu kain terbuka dan menampakkan wajah pucat ibunya, dia jatuh terduduk dilantai.

Dia berlutut dan menggenggam tangan ibunya yang telah mendingin. Dia menempelkan tangan yang telah dingin itu disisi pipi kanannya yang telah dilelehi air mata. "Mengapa kau pergi....."

Jungkook mencium tangannya berulang kali dengan air mata mata yang terus mengalir. "Kau bilang, kau ingin melihat aku menikah.... Dan bahkan jika kau beruntung, kau ingin melihat cucumu"

"Ini salahku karena belum bisa mewujudkan keinginamu. Maafkan aku.... Maafkan aku,Bu!" Dia menangis seperti anak kecil. Tidak ada Jungkook sang CEO yang dingin, tidak ada Jungkook sang CEO yang arogan, tidak ada Jungkook sang CEO yang tegas dan kejam. Hanya ada Jeon Jungkook, putra yang begitu menyayangi ibunya.

Jungkook masih ingat percakapannya dengan ibunya kemarin sebelum dia berangkat ke kantor. Ibunya bertanya kapan mereka bisa kembali ke Korea? Dia ingin berkunjung ke makam suaminya lagi. Jungkook tidak menjawabnya dengan pasti, dia hanya mengatakan bahwa itu akan segera. Kemudian ibunya melanjutkan bahwa ketika suatu hari dia pergi, dia ingin dimakamkan ditempat yang sama dengan suaminya, bahkan jika bisa.... Dia ingin ditempatkan disisinya.

Jungkook tidak menyangka bahwa ibunya telah memberinya petunjuk.

"Ibu, apa dengan seperti ini membuatmu lebih bahagia? Kau pasti tidak sakit lagi, bukan? Apa kau sudah begitu merindukan ayah?" Dia kembali mencium tangan ibunya sebelum melanjutkan. "Maka... Tidak apa-apa. Jika dengan pergi membuatmu tidak merasakan sakit lagi, aku akan merelakan mu. Berbahagialah dengan ayah disana, mm? Tunggu aku dan kita akan berkumpul lagi bertiga....."

Dia memeluk tubuh ibunya untuk yang terakhir kalinya. Dia menangis lama sekali dan bahkan membuat orang-orang dibelakangnya tidak tega mengganggunya.

Ada Seokjin beserta kedua orangtuanya, Yuna dan bahkan Taehyung yang baru saja tiba.

Yuna ingin sekali berlari kedalam sana, namun Seokjin menghentikannya. Dia tidak ingin moment terakhir Jungkook bersama sang ibu diganggu oleh siapapun, termasuk gadis muda itu yang bahkan tidak memiliki ikatakan darah dengan mereka sama sekali.

Setelah cukup tenang, Jungkook bangkit. Dia menanamkan kecupan terakhir di dahi sang ibu dan kembali menutupinya dengan kain putih. Dia menatapnya untuk yang terakhir sebelum berbalik menatap orang-orang dibelakangnya yang keadaannya tidak jauh berbeda darinya.

"Aku tidak ingin kabar kematian ibuku didengar oleh media manapun. Jadi aku minta tolong kepada kalian semua, terutama paman dan Hyung...untuk menutup semua berita yang membicarakan tentang ini" setelah mengatakan itu, Jungkook pergi dari sana. Semua orang disana mengerti bahwa Jungkook membutuhkan waktu sendiri untuk menenangkan diri.

Kecuali satu orang yang kini berteriak memanggil namanya.

"Jungkook oppa!" Yuna ingin mengejarnya, namun lagi-lagi dihalangi. Kali ini gangguan datang dari Taehyung.

"Nona Shin, tolong beri Jungkook waktu sendiri untuk saat ini"

"Tapi aku ingin menenangkannya!"

"Dia bisa mengatasi itu. Yang dia butuhkan sekarang hanyalah waktu, jadi aku mohon tolong untuk tidak mengganggunya sementara ini" sedangkan Taehyung berusaha menahan Yuna, Seokjin beserta kedua orangtuanya telah masuk kedalam ruangan untuk memberi penghormatan terakhir.





Film Out ✓Donde viven las historias. Descúbrelo ahora