44. I'm sorry

129 19 1
                                    


haiii, gmn kabarnya? masih ada yg nungguin cerita ini? maaf bgt karena update nya masih blm bisa konsisten ya hehe.







>>>>>>

Pagi itu, Jungkook tampak berbeda ketika Guanlin masuk kedalam ruangan nya.

Bos nya yang biasanya terlihat selalu segar kini terlihat menyedihkan. Raut wajahnya kentara sekali menahan banyak beban. Walau dia Baru saja mandi di kamar ruangannya dan merapikan diri. Walau begitu, itu tidak bisa menghilangkan ketampanannya.

"Tuan Jeon, nyonya Kim datang untuk menemuimu...." Guanlin melapor.

Jungkook mengerutkan dahinya merasa bingung. Nyonya Kim siapa?  Segera, dia mengingat sesuatu dan bertanya kepada Guanlin, "tanggal berapa saat ini?"

"Ini tanggal 8...."

Pantas.

Itu pasti ibu Seokjin.

Bulan depan adalah perayaan pesta pernikahan nya. Dia telah menyiapkan banyak hal sebelumnya dan meminta sang bibi untuk datang agar dapat membantu sesuatu yang lain. Namun karena masalah kemarin, semua persiapan dia lupakan. Dan sekarang dia kembali ingat.

Pesta pernikahan.

Dia selalu ingin melakukan itu agar semua orang tahu, wanita kecil dirumahnya adalah miliknya. Dan akhirnya, hari itu akan segera tiba.

"Biarkan dia masuk"

Segera, wanita paruh baya yang sangat dia kenal masuk. Namun yang membuatnya heran, wajah sang bibi tidak terlihat begitu baik. Wajahnya sangat keras seperti menahan amarah.

"Bibi!"

"Kau! Jeon Jungkook, apa yang kau lakukan? Beraninya kau melakukan ini kepada istrimu? Dia sedang dalam kesedihan yang mendalam dan membutuhkan seseorang disampingnya, namun yang kau lakukan malah meninggalkan nya ditengah malam??" Begitu dia masuk, dia langsung mengoceh panjang.

Dia tidak bisa tidak kesal. Kemarin dia telah sampai dikorea. Dia menghabiskan waktu bersama putra dan calon menantunya yang kebetulan juga berada disini terlebih dahulu. Malamnya, dia bermaksud mengunjungi pasangan suami istri yang akan menggelar pernikahan, siapa sangka dia akan menemukan SinB yang sedang sangat kacau.

Tidak sulit bagi Jungkook menebak itu, jadi dia hanya menjawab perlahan, "dia membutuhkan waktunya sendiri, begitupun dengan aku. Bibi, aku hanya takut jika aku berada disisinya saat ini aku tidak akan bisa mengendalikan diriku. Aku tidak ingin menyakitinya dengan semua ucapanku, jadi aku memilih menjauh untuk sekarang...."

Nyonya Kim menghela nafas mendengar alasannya, "disaat seperti ini, kalian seharusnya bisa saling menguatkan. Aku hanya khawatir kepada kalian berdua, nak..."

"Bibi tidak perlu khawatir, kami akan baik-baik saja. Sekarang, mari kamu membahas Persiapan pernikahan...."


-------------

"SinB mengapa kau disini?" SinB menatap Yerin yang menatapnya heran. Pasalnya, beberapa Minggu yang lalu SinB telah membuat surat pengunduran diri dari pekerjaannya. "Kau seharusnya lebih banyak beristirahat "

"Aku baik-baik saja. Aku kesini untuk mengunjungi mu dan berterima kasih...." SinB mencoba tersenyum dan mengulurkan kantong makanan kepadanya. Pada awalnya, dia telah berkunjung ke tempat sowon terlebih dahulu, namun dia tidak ada disana karena pergi bersama Seokjin. Karena itu, dia hanya bisa menitipkan makanan yang dia beli dan segera pergi untuk menemui Yerin.

Dia merasa harus berterimakasih kepada orang orang yang telah merawatnya saat itu. Terkecuali Taehyung, dia belum menemukan waktu yang cocok. Jika dia pergi ke perusahaan, dia justru akan bertemu dengan jungkook.

Untuk saat ini, lebih baik menjauh untuk sementara.

"Itu bukan masalah. Mengapa kau sangat repot-repot?" Walau begitu, Yerin tatap menerima niat baiknya.

SinB tidak lama disana karena dia tidak ingin menganggu pekerjaan Yerin. Dia segera pergi dan menuju tempat lain.

Kali ini dia pergi mengunjungi ibunya. Walau dia tidak dapat berinteraksi dengan ibunya sebagaimana mestinya, namun berada disamping ibunya cukup membuatnya nyaman.

Dia hanya disana sampai sore. Tidak ada yang dia lakukan selain duduk dan menceritakan semuanya yang hanya dibalas Jessica dengan keheningan.

Sore itu, ketika dia akan pulang, dia menerima pesan dari eunseo dan moonbin yang baru mendapat kabar. Mereka memiliki grub bersama dan mereka sama-sama menguatkannya. Mereka juga meminta maaf karena tidak dapat berada disisinya disaat masa sulitnya.

SinB memakluminya dan tidak mempermasalahkan nya. Sebaliknya perkataan eunseo sangat membekas dihatinya karena bertengkar dengan suaminya.

Eunseo benar, mereka sama-sama terluka. Namun dia terlalu egois untuk berdebat tentang siapa yang lebih terluka.

Karena itu, dia menyempatkan diri mengunjungi makam bayinya sebelum dia pulang.

Dia disana cukup lama dan bahkan langit mulai menggelap. Entah itu karena sudah waktunya, atau karena mendung terbukti dari gerimis yang mulai jatuh.

Tiba-tiba, sebuah payung berada diatas kepalanya.

SinB mendongak dan melihat wajah tampan suaminya yang terlihat sama kacaunya. Dia sedikit membungkuk dihadapan makam untuk meletakkan bunga. Dia tiba-tiba berbicara membuat SinB terkejut, "seperti inilah hidup..."

"Manusia datang dan pergi, itu bukan kehendaknya. Namun itulah perjanjiannya...." Jungkook menghadap kesamping untuk memperhatikan istrinya. "Tidak ada gunanya kami berdebat mengenai siapa yang paling sakit disini, karena pada kenyataannya, kami sama-sama terluka akan kehilangan ini"

Mata SinB berkaca-kaca mendengarnya. Dia masih menghadap makam dan bahkan tidak mengalihkan pandangannya sekalipun. "Kau benar...."

Jungkook memegang payung diatas mereka dengan tangan kirinya, sedangkan tangan kanannya memeluk bahu SinB. "karena itu, mari saling menguatkan!"

SinB mengangguk dan segera memeluk tubuh suaminya. Dia terisak disana, "maafkan aku karena terlalu egois"

"Aku juga minta maaf karena ucapan yang tadi malam. Maafkan aku, mm?"

Pada akhirnya, mereka kembali berbaikan dan bahkan didepan makam anak mereka. Memang, seorang anak adalah kunci bersatunya orang tua.

Cukup lama mereka berpelukan sampai sebuah ide melintas dikepala SinB, "jeon Jungkook, mari memberinya nama..."

"Mm? Kau ingin bayi kami dipanggil apa?"

SinB memikirkannya dan mengingat sesuatu, "dulu, kau mengatakan kau ingin memberi anakmu nama Jeongsan! Bagaimana dengan itu?"

"Itu terdengar baik! Mulai sekarang, setiap kami mengingat dan datang kemari, kami akan memanggilnya Jeongsan!" Jungkook dan sinb sama-sama menatap makam kecil didepan mereka. Perlahan, mereka mulai belajar menerima kenyataan. "Jeon jeongsan! Berbahagialah disana dan tunggu kami, nak!"




TBC

cukup pendek ya? hehe. aku tuh aslinya ga bisa buat mereka berantem lama² wkwkwkkw. jadi see u di chapter berikutnya~

Film Out ✓Where stories live. Discover now