52. Please, stay!

95 14 0
                                    

"Apa kau merasa lebih baik?" Sinb mengangguk. Beberapa menit yang lalu, dia mengeluh kepalanya pusing. Selain itu, dia beberapakali merasa mual dan tubuhnya bergetar dengan hebat.

Setelah dokter memeriksa kondisinya dan meresepkan obat baru, barulah sinb merasa tenang.

Jungkook sedih melihat begitu banyak obat diatas meja. Setiap Sinb memiliki keluhan baru, obat akan selalu bertambah. Itu telah berjalan selama bertahun-tahun ini. Tiba-tiba Jungkook juga mengingat kondisi ibunya dulu, mereka berdua hampir sama. Hidup mereka bergantung pada obat dan sama-sama memiliki masalah pada jantung mereka.

"Apa kau lapar? Siang ini kau makan sedikit sekali. Ingin aku membeli sesuatu untukmu?" Sinb paling tidak suka makanan rumah sakit karena biasanya rasanya hambar. Namun bahkan setelah Jungkook membelikan makanan favoritnya yang tentunya tidak dilarang oleh dokter, dia tetap makan sangat sedikit.

"Ini belum saatnya makan malam"

"Tidak apa-apa. Jika kau lapar, tidak perlu menunggu waktu makan. Kau bisa makan apa saja dan kapan saja"

"Tidak perlu, aku belum ingin makan" Sinb menggeleng. Dia tiba-tiba ingat kedua anaknya dirumah. Dia baru dirawat dirumah sakit pagi ini, tapi rasanya dia sudah begitu merindukan anak-anaknya. "Bagaimana dengan anak-anak?"

"Ibu menjaga mereka untuk kami"

"Aku merindukan mereka..."

"Apa kau ingin mereka datang kesini?" Sebenarnya, Jungkook tidak ingin anak-anaknya datang. Rumah sakit adalah tempat paling kotor menurutnya karena disana lah orang-orang yang sakit berada. Namun mengingat Sinb akan tetap berada disana sampai jangka waktu yang tidak dapat ditentukan, mungkin membawa mereka tidak terlalu buruk. Mereka juga dapat menemani dan menghibur Sinb, "Aku akan menelpon ibu untuk membawa mereka jika kau ingin"

"Mm!" Sinb mengangguk. Sebenarnya Sinb memiliki satu pemikiran dengan Jungkook untuk tidak membawa mereka ke rumah sakit. Namun dia benar-benar merindukan mereka. Dia ingin melihat mereka saat ini.

Kebetulan, saat Jungkook akan membuat panggilan ponselnya bergetar terlebih dahulu. Itu panggilan dari Jessica.

"Ibu, ini aku..."

"Jungkook, bagaimana dengan sinb?"

"Dia baik-baik saja"

"Syukurlah! Aku memanggilmu karena aku ingin bertanya, bisakah aku datang bersama anak-anak? Sejak pagi, Jay menangis mencari ibunya"

Jungkook memandang Sinb yang juga memandang nya. Sepertinya putra mereka memiliki ikatan yang kuat dengan ibunya. Jika Winter sangat dekat dengan sang ayah, Jay lebih dekat dengan sang ibu.

"Kebetulan sekali, bu! Sinb juga ingin bertemu dengan mereka. Aku akan memanggilmu jika saja kau tidak lebih dulu memanggil"

"Itu bagus! Anak-anak sangat sensitif. Mereka yang berhubungan darah pasti selalu memiliki firasat lebih dulu"

"Mm, jika begitu bisakah aku merepotkan mu untuk membawa mereka Bu?

"Kau tenang saja! Aku akan pergi sekarang. Sampai jumpa!"

"Ada apa?" Tanya sinb begitu Jungkook selesai dengan panggilannya.

"Jay sepertinya merindukanmu! Dia menangis sepanjang hari mencarimu"

Sinb terdiam. Anak laki-lakinya yang malang, dia biasanya tidak mau makan jika bukan Sinb yang menyuapinya. "Ah, aku sangat rindu dengan bau bayi mereka"

Seperti itu, justru membuatnya semakin tidak ingin pergi dari dunia ini.

Hanya butuh setengah jam, Jessica dan kedua anak kecil itu sampai. Jay langsung masuk kedalam pelukan Sinb diatas bangsal, sedangkan Winter juga melakukan hal yang sama hanya saja dia masih duduk memandangi keduanya. Dirasa Jay tidak segera melepaskan ibunya, dia menarik kaos Jay, "Cepat lepas! Winterl juga ingin memeluk ibu"

Film Out ✓Where stories live. Discover now