43. who said he wasn't sad?

112 17 2
                                    



Lima hari berlalu. SinB telah kembali ke rumah begitupun dengan Jungkook. Dua orang itu telah melepaskan rindu satu sama lain dan telah membicarakan banyak hal yang terjadi sebelumnya.

Tidak terkecuali mengenai bayi mereka.

Tentunya dua orang itu tidak bisa begitu saja mengikhlaskan kepergian bayi yang mereka tunggu-tunggu kehadiran nya.

Terutama SinB.

Dia lebih banyak melamun akhir-akhir ini. Selain dengan Jungkook, dia selalu linglung jika seseorang mengajaknya berbicara. Mungkin perasaan takut akan kehilangan masih menghantui nya, karena itu dia juga cemas akhir-akhir ini jika Jungkook tidak berada dalam pandangan nya.

"Apa udara malam nyaman untukmu?" Saat ini, SinB berdiri didepan jendela kamarnya yang dia buka. Tiba-tiba, sebuah pelukan hangat menyelimutinya dari belakang.

"Hm" hanya itu respon yang SinB berikan.

Jungkook semakin mengeratkan pelukannya dan berbicara dengan lembut, "tapi angin malam terlalu dingin. Bolehkah aku menutupnya? Kau bisa masuk angin nantinya...."

SinB tidak merespon. Dia menyentuh lengan Jungkook yang melingkari perutnya, namun matanya tetap terfokus pada suasana malam diluar. Pandangan nya kosong dan menyimpan banyak duka.

SinB telah seperti ini semenjak Jungkook kembali. Itu membuat Jungkook seperti dirinya sedang dihukum karena tidak tahu bagaimana cara mengembalikan istrinya seperti dulu lagi.

Dia tidak pernah menyalahkan nya atas kejadian bayi mereka, namun SinB selalu menyalahkan dirinya sendiri.

"Jungkook...."

"Mm?" Karena SinB tidak memberinya jawaban untuk menutup jendela, Jungkook tidak memaksa. Dia hanya bisa mengeratkan pelukannya untuk menyalurkan rasa hangatnya.

"Jeon Jungkook...."

"Aku disini"

"Tuan Jeon...." Dia terus memanggilnya dengan suara lemahnya.

Namun Jungkook tidak bosan untuk merespon nya, "iya sayang..."

"Maafkan aku" pada akhirnya, tangisan sinb kembali pecah. Lengan disekitar perutnya menegang ketika bahu kecilnya mulai bergetar.

Jungkook membalikkan tubuh mungilnya untuk menghadapnya. Dia lalu kembali memeluknya dengan erat, "jangan selalu meminta maaf...."

"Tapi ini salahku! Aku tidak bisa menjaganya dengan baik..."

"Aku tidak menyalahkanmu. Aku juga lalai dalam hal ini. Jika saja aku mengetahuinya, aku tidak akan pergi saat itu. Jika aku mengetahuinya, aku akan lebih memilih tinggal disini bersamamu dan merawatmu..."

Tubuhnya bergetar mendengar setiap ucapan suaminya. Malam itu, keduanya berpelukan dengan sangat lama untuk menyalurkan rasa sedih.

Jungkook selalu sabar dan lembut kepadanya.

Namun, ada kalanya seseorang memiliki rasa lelah.

Suatu ketika, Jungkook pulang dari perusahaannya dengan penampilan yang acak-acakan.

Dia gagal memenangkan tender, dan itu membuatnya frustasi. Belum lagi sikap istrinya yang semakin hari semakin membuatnya lelah. Dia tidak mau makan jika dia tidak dipaksa, dan itu membuat Jungkook sangat khawatir.

Dalam lelahnya, Jungkook melirik SinB yang menunduk tanpa mau membuka mulut untuk Jungkook suapi.

Jungkook memejamkan matanya untuk menekan emosinya dan menghela nafas panjang. Namun itu tidak membantu meredakan nya.

Film Out ✓Where stories live. Discover now