51. last hope

93 16 2
                                    





"Kau menyukainya?" Sambil menggendong sinb dipunggungnya, Jungkook terus berjalan di pinggiran sungai Han. Itu menjelang sore dan sedikit ramai oleh pengunjung dari berbagai khalayak. Mulai dari anak kecil, remaja, dewasa, orangtua hingga para lansia.

Menjelang musim dingin, beberapa daun mulai menguning dan gugur berserakan disepanjang jalan. Walau cuacanya cerah, itu sudah mulai dingin. Bahkan Sinb harus menggunakan dua mantel untuk membungkus tubuhnya, yaitu mantel nya sendiri dan mantel Jungkook tentunya.

"Indah!" Suara lemah lembut istrinya mengalun begitu manis ditelinganya. Itu menghangatkan hatinya.

"Tapi udara mulai terasa dingin istriku! Itu sama sekali tidak cocok untukmu! Kita tidak bisa terlalu lama disini"

"Jungkook-ah..." Sinb tidak membalasnya, sebaliknya dia memanggil namanya.

"Mm?"

"Aku tidak ingin mati" Langkah Jungkook sukses berhenti. Dia perlahan menolehkan kepalanya ke kiri, dimana istrinya tengah memejamkan mata sambil menumpukan dagunya diatas bahu kiri nya. "Setiap hari, aku berdoa untuk hidup lebih lama lagi"

"Jika aku mati, bagaimana denganmu? Bagaimana dengan anak-anak ku? Dan bagaimana dengan ibuku?" Jungkook tahu istrinya ingin mengeluarkan semua yang ada dihatinya, karena itu dia hanya diam membiarkannya bicara. Dia hanya diam-diam mengawasinya bahkan tanpa sadar, matanya mulai memerah mendengar setiap kata yang keluar dari mulut istrinya, "Kami baru saja mulai bahagia.... Jadi mengapa aku harus mati sekarang? Aku.... benar-benar tidak ingin mati. Aku ingin hidup"

"Namun Jungkook-ah.... terkadang aku merasa cukup beruntung. Aku masih dapat melihat ibu sadar dan kembali kepadaku, aku masih dapat melihat anak-anak tumbuh sampai saat ini, dan yang paling penting..... aku masih diberi waktu untuk bersamamu seperti ini" Suaranya bergetar dan serak. Bahkan Jungkook, diam-diam mengalihkan pandangannya kedepan. Dia mendongak untuk mencegah air matanya turun apalagi saat merasakan tubuh istrinya mulai bergetar karena isakannya, "Namun ketika mengingat semua itu, justru membuatku semakin tidak ingin meninggalkan dunia ini. Aku tidak ingin meninggalkanmu dan yang lain! Aku.... Aku ingin hidup, aku tidak ingin mati"

Pada saat itu, Jungkook menunduk. Air matanya jatuh diatas sepatu hitam mengkilapnya. Dia mencoba sebaik mungkin menjaga ketenangannya dengan mengambil napas sebanyak-banyaknya. Dia cukup yakin bahwa suaranya tidak akan bergetar ketika berbicara, namun suara serak karena menahan tangisnya tidak dapat disembunyikan, "Sinb-ah, maafkan suamimu ini yang sampai sekarang tidak bisa berbuat apa-apa. Kau tahu, aku bahkan lebih suka mengakhiri hidupku sendiri dari pada melihatmu pergi. Namun aku tidak berdaya, aku telah melakukan semua yang bisa aku lakukan... namun aku benar-benar tidak berguna untuk saat ini"

Sinb tentu tahu apa yang telah Jungkook lakukan untuk kesembuhannya selama ini. Semua pengobatan telah dia jalani, namun satu-satunya jalan keluar untuk membuatnya sembuh hanyalah operasi transplantasi jantung. Sayangnya, bahkan setelah Jungkook menyebar semua bawahannya untuk mencari pendonor, itu tidak dapat ditemukan sampai saat ini. Itu karena sinb memiliki tipe jantung yang sangat langka.

"Aku tidak mengatakan semua ini untuk membuatmu menyalahkan diri sendiri, Jungkook!" Sinb membuka matanya ketika dia merasa tubuh Jungkook bergetar. Dia memiringkan kepalanya untuk melihat wajah suaminya, sayangnya dia menunduk dan sinb tidak dapat melihat apapun, "Suamiku, lihat aku!"

Jungkook menggeleng. Dia tidak ingin menunjukkan wajahnya kepada sinb karena sekarang dia tengah menangis. Dia tidak bisa menghapusnya dengan tangan karena tangannya menahan beban istrinya dipunggungnya.

"Lihat aku....." Jungkook tidak tahan membuat sinb tidak senang. Jadi bagaimana jika dia tengah menangis? Dia tidak peduli. Sinb hanya ingin melihat wajah suaminya. Jadi dengan perlahan, Jungkook memutar kepalanya kesamping. Wajahnya benar-benar memerah, dan ada jejak air mata disudut matanya. Tangan sinb yang dingin dengan lemah terulur untuk mengusap jejak air matanya, "Jungkook, aku tahu! Aku tidak bermaksud membebanimu dengan semua ucapan ku, karena pada akhirnya itu memang akan terjadi. Jangan menyangkal, kita berdua sama-sama tahu kebenarannya"

Film Out ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang