02. Pemberkatan

2.5K 240 8
                                    

Ayu gugup. Jemarinya terasa dingin dipilin sembari menunggu untuk melakukan proses pemberkatan. Sebelumnya Ayu tersontak kaget karena Sagar memintanya untuk melakukan pemberkatan. Ayu kira ia akan melakukannya di beberapa hari kemudian atau paling cepat besok.

Rupanya Ayu harus melakukan pemberkatan itu setelah mereka berdebat dan Sagar menghilang beberapa menit untuk menyiapkan acara tersebut.

Ayu diminta hanya menyiapkan diri saja. Seorang gadis yang tampak sebaya dengannya menuntunnya perlahan menuju sebuah gubuk kosong namun terawat. Ayu dipersilakan duduk di sebuah kursi kayu kokoh dan diminta menunggu sementara gadis tersebut melangkah keluar meninggalkannya.

Ayu mengangguk patuh dan menatap punggung gadis itu lalu menghilang. Ayu menunggu, duduk diam mematung. Kecuali jemarinya yang sudah dingin terus memilin satu sama lain berharap kegugupannya terkikis.

Bahkan rasa sakit akibat luka di tubuhnya bisa mengalahkan rasa gugupnya. Luar biasa. Yang kini Ayu pikirkan adalah bagaimana prosesi acara Suku Kanwi tersebut.

Apakah Ayu harus memakan makanan mentah?

Atau harus melewati kobaran api besar?

Atau harus membunuh seekor binatang?

Atau justru harus membunuh orang?

Ayu mengusap wajahnya, frustasi. Mendadak ragu dengan keputusannya untuk bergabung menjadi penduduk Suku Kanwi. Namun mengingat hanya di sini ia diterima dengan baik. Ayu teringat wajah Denai berseri-seri menyambutnya ke dalam hidupnya. Keraguannya sekejap memudar.

Mendambakan sebentar lagi Ayu akan mendapatkan sebuah sentuhan kasih sayang yang sangat ia harapkan selama hidupnya. Di sini Ayu diperhatikan dengan lembut walau Sagar masih setia menatapnya tajam.

Denai—seperti titisan malaikat berdiri menatap Ayu di sana. Sebentar lagi ia akan menjadi Ibu pengganti yang akan senantiasa menyayanginya layaknya anak kandung. Tak seperti Ibu kandung Ayu yang memperlakukannya seperti orang lain.

Terkadang Ayu selalu membanding-bandingkan tentang hidupnya dengan orang lain. Banyak orang yang iri dengan apa yang Ayu punya, namun justru Ayu selalu iri dengan kehidupan orang lain. Kehidupan teman-temannya.

Mereka memiliki Ayah dan Ibu lengkap dengan kasih sayang utuh. Sementara Ayu, berkumpul secara lengkap di sebuah rumah mewah yang Ayu tinggali saja hampir tak pernah.

Sekalinya berkumpul, Ayu justru lebih nyaman seorang diri.

Ayu menghela nafas.

Gadis yang meninggalkan Ayu tadi kembali lagi, ia membawa sebuah batok kelapa dengan kalung panjang dengan bandul bunga berwarna merah. Gadis itu memasangkan kalung itu ke leher Ayu, lalu ia meraih cairan merah di dalam batok kelapa dan membuat suatu pola di kening Ayu.

Setelah itu, Ayu dibawa keluar dari gubuk dan disambut oleh beberapa warga Suku yang telah berdiri menunggu kehadirannya. Tatapan asing menyambutnya. Gugupnya mereda kembali mencuat. Ayu dituntun melewati tanah berumput hijau hingga akhirnya mereka tiba di tepi danau.

Danau itu sangat luas dan terlihat indah, memanjakan manik mata yang memandangnya. Namun keindahannya memancing keraguannya lagi.

Keraguan Ayu terbaca oleh Denai yang sudah berada di tepi danau. Denai mendadak cemas. Gerakan Denai yang ingin mendekati gadis yang sebentar lagi menjadi anaknya dihalau Sagar agar prosesi Adat sesuai dengan semestinya.

Denai menatap cemas ke arah Sagar. Seakan memberi telepati bahwa ia khawatir Ayu sedang ketakutan akan prosesi pemberkatannya. Sagar hanya diam menatap Denai dan Ayu bergantian. Tak ada yang ia lakukan selain membiarkan prosesi terus berjalan. Anak itu menyanggupi, jadi Sagar hanya menjalankan aturan sebagai seorang kepala Suku.

Lentera Kanwi (Repost)Where stories live. Discover now