xx 05. Hutan dan Hewan Buas xx

2.6K 184 11
                                    

Ayu dan Arraf tiba di tepi Danau Langsa. Setelah Arraf bisa menenangkan Ayu hingga tangisannya mereda, Arraf membujuknya untuk pergi keluar. Awalnya Ayu menolak, tangisannya berhasil membuat wajahnya bengkak. Ia malu kalau ada yang lihat wajahnya.

Namun Arraf tetap memaksanya untuk ikut. Akhirnya Ayu pasrah dan mengikuti langkah suaminya menyusuri Hutan sampai mereka berada di tepi Danau.

"Kenapa kita kemari?"

Ayu mengitari pandangan. Danau tampak tenang dibawah sinar rembulan. Sungguh cantik. Hanya memandangi Danau membuat perasaan Ayu membaik. Banyak hal-hal yang baru dan cantik di desa sini. Ayu merasa beruntung berada di sini.

Arraf menarik Ayu ke sisi Danau lainnya. "Ayo ke sana."

Ayu bertanya-tanya sementara Arraf memimpin jalan dengan menatap tenang Danau.

"Di sini lebih cantik posisinya."

Danau masih terlihat sama meskipun posisi mereka berganti. Batin Ayu mengomentari.

Kemudian Arraf memegang bahu Ayu, bebisik untuk meminta Ayu memejamkan mata. "Pejamkan matamu beberapa detik, dan rilekskan badanmu."

Ayu mengangguk patuh, kemudian memejamkan mata. Ia melemaskan otot tubuh supaya rileks, menunggu aba-aba Arraf.

Hembusan angin melewati pori kulit tubuh dan menyelimuti ke dalam dada. Seolah hal tersebut sedang membelai dirinya. Ayu merasakan ketenangan disana, udara segar memenuhi indera penciuman serta kesunyian memanjakan indera pendengaran. Kedua kaki Ayu seakan terangkat seperti embun, terbawa oleh udara.

Kemudian Ayu membuka mata, ia pun melihat Arraf yang juga melakukan hal yang sama. Setelah selesai, Arraf meminta Ayu untuk melihat langit.

"Lihat ke arah sana." Arraf menunjuk ke atas.

Ayu mendongak memandangi langit. Ia menatap kagum sambil membulatkan bibirnya. Beberapa warna menghiasi langit, pantulan cahaya bercampur dari warna gradasi biru, ungu, merah muda dan kuning berdominan hitam yang bergerak bagai deru ombak seperti Aurora. Tak lama ada beberapa kilatan seperti bintang jatuh menghiasi fenomena langit tersebut.

Ayu terus memaki kagum, tak henti ia terpesona dengan apa yang ia lihat. Ayu tidak menyangka bahwa fenomena yang hanya bisa dinikmati di luar negeri bisa ia nikmati juga di suku kanwi. Sebuah ucapan syukur keluar dari bibirnya, ia masih beruntung diberi kesempatan hidup untuk melihat beberapa keajaiban Alam yang cantik nan langka semasa hidupnya.

Arraf bernafas lega, melihat Ayu terhibur dan terpukau memandangi Langit meringankan pikirannya. Lalu Arraf menggenggam tangan Ayu, membuat Ayu menoleh kearah Arraf. Mereka saling berpandangan.

"Terima kasih kau sudah mengajakku ke sini. Ini pertama kalinya aku melihat warna langit bisa berubah-ubah."

"Hanya terima kasih?" Tanya Arraf datar tanpa ekspresi apapun. Apa pria itu marah? Tapi kenapa?

Raut Arraf tak begitu menyita perhatiannya, kini Ayu memikirkan maksud ucapan Arraf barusan. Beberapa kali Ayu mengerjap, mencari jawaban apa yang harus Ayu sebutkan sementara Pria dingin itu menepis jarak tubuh mereka, lengannya mengalungi pinggang istri kecilnya.

"Arraf.." ujar pelan Ayu sambil menunduk kepala. Tubuhnya seolah memberi tanda bahwa ia akan menghadapi sesuatu.

Kemudian Arraf meraih dagu Ayu dan mendekati wajah mereka, seketika Ayu menahan nafasnya. Bibir mereka bertemu, Ayu mendadak mematung. Ini adalah ciuman pertamanya, membuat Ayu gelagapan dan salah tingkah.

Arraf melepaskan bibirnya, mendekati wajah ke telinga Ayu. Lalu ia berbisik, "Aku mau lebih." Ayu hanya bisa memandangi Arraf yang kembali menyatukan bibir mereka. Arraf meraih tengkuk Ayu agar ciuman mereka semakin dalam.

Lentera Kanwi (Repost)Where stories live. Discover now