22. Bagas dan Mekar

819 77 2
                                    

Hujan membasahi Suku Kanwi. Setelah beberapa hari keadaan Suku Kanwi mengalami kekeringan, para penduduk mengucap syukur karena malam ini hujan mengguyur tempat tinggal mereka.

Aroma sejuk yang keluar dari tanah dan pohon basah memanjakan indera penciuman mereka, dan aroma menyejukkan itu adalah salah satu kesukaan Ayu.

Ayu begitu menikmati deras nya Hujan melalui jendela Pondok, tak lupa ia terus menghirup aroma menenangkan itu. Udara dingin itu tidak menghalau Ayu untuk betah berdiam diri di jendela.

Lalu Arraf mendekati Ayu, memeluk nya dari belakang. Sentuhan kulit mereka saling menghangati. Ayu hanya tersenyum saat Arraf menghirup lehernya begitu dalam.

Kemudian mereka melangkah keluar kamar menuju ruang makan, karena Denai meneriaki nama mereka dari arah sana untuk makan bersama.

Tibalah mereka berkumpul di meja makan. Suasana semakin hangat dengan obrolan ringan hingga mereka melepas tawa.

Kecuali Bagas.

Bagas hanya memandangi Arraf dan Ayu yang selalu bersikap mesra. Bagas tak berhenti melihat Arraf yang selalu memandangi lembut pada Ayu, pandangan seorang pria yang terlena akan cinta.

Ucapan Satuk kembali terlintas di pikiran nya.

Gue harap lo bisa bekerja sama, Gas. Dan alihkan pikiran lo ke hal-hal yang baik.

Bagas diberitahu oleh Satuk bila Sagar bisa membaca pikiran seseorang. Satuk cukup berhasil mendikte pikiran Bagas agar bisa mengalihkan kejadian tadi siang.

"Bagas." Gita memanggil.

Semua orang yang berada disana menatap kearah Bagas. Bagas sedikit canggung.

"Lo kenapa? Sakit?" Tanya Gita menghampiri Bagas.

Bagas langsung menggeleng. "Gue baik-baik aja kok." Balasnya sambil tersenyum kecut.

Ayu menghampiri mereka, ia melihat wajah Bagas memucat pasi. "Beneran kamu baik-baik aja? Mau minum obat nggak?" Tawar Ayu. Ia jadi ikut khawatir dengan sahabatnya.

"Gue baik-baik aja kok, seriusan." Tepis Bagas sambil tersenyum simpul.

Hujan mulai berhenti. Terlihat ada seseorang sudah berdiri di ambang pintu.

"Nakka.."
(Hallo)

Orang-orang yang berada disana serempak melihat sosok itu, seorang Gadis belia memasuki Pondok sambil membawa sebuah wadah besar.

"Aku bawa rujak nih, makan bareng yuk!"

"Mekar." Sahut Ayu. ia mendekati Mekar dan melihat isi wadah itu.

Ada beberapa potongan buah segar disana; pepaya, mangga, jambu, bengkoang, nanas, dan stroberi.

"Kok ada stroberi? Emang enak kalau dijadiin rujak?" Tanya Ayu sambil menunjuk buah itu.

"Makanya cobain!" Mekar terkekeh. "Aku bawa banyak nih untuk teman-temanmu dari Kota juga."

Mekar menghampiri Bagas dan Gita yang masih di meja makan. Mekar mengulurkan tangan kanannya untuk mengajak berkenalan.

"Nakka.. Amore ni Mekar tu. Natu kani."
(Hai.. Aku Mekar. Salam kenal.)

Mereka berdua bergeming, namun Gita membalas jabat tangan Mekar. Mereka belum membalas ucapan Mekar karena tidak mengerti apa yang Mekar ucapkan barusan.

"Namanya Mekar. Intinya begitu." Sahut Arraf kemudian menjawab rasa penasaran Bagas dan Gita.

Gita tersenyum kearah Mekar. "Gue Gita. Salam kenal."

Lentera Kanwi (Repost)Where stories live. Discover now