13. Sahabat

1.2K 105 1
                                    

Pemberitaan meninggalnya Melayu menyebar luas di siaran televisi dan surat kabar. Siaran ulang konferensi pers oleh Gharin Sendjaja perihal tersebut menjadi berita terhangat hari ini. Termasuk menjadi buah bibir para karyawan di perusahaan Sendjaja Group.

Para karyawan tidak hentinya membicarakan tentang Melayu mengenai semasa hidupnya. Beberapa ada yang sedih menyayangkan berita tersebut.

Oniel mengusapkan wajah sambil menyenderkan tubuh tegapnya yang telah letih di kursi besarnya. Ia begitu lelah dengan beberapa layangan pertanyaan yang didapatkan dari beberapa klien bisnis, serta beberapa karyawan yang mempunyai keberanian untuk bertanya padanya.

Jemarinya memijit kepalanya, serasa ada dentuman hebat menghujam kepala. Matanya meilirik ke dentingan jam yang sudah melewati petang. Oniel sudah melewatkan makan siangnya. Kini perutnya lapar namun pria itu tak minat untuk menyantap apapun.

Berita itu juga berdampak pada Clara—Ibu Melayu lalu Oniel mendengar istrinya melarikan diri dengan pergi ke luar negeri dengan alasan adanya jadwal pemotretan terbaru. Sehingga para wartawan terus berusaha mengejar keberadaaan Gharin dan dirinya untuk diwawancarai.

Gharin pun tak menjawab apapun yang ditanya wartawan. Baginya penjelasan di konferensi pers kemarin sudah jelas sehingga ia tak perlu lagi menjawab pertanyaan yang sama.

Oniel mendengus nafasnya dengan kasar, tubuh dan pikirannya serasa ambruk dan kacau.

Ia melonggarkan dasi dan melepas satu kancing kemeja yang melekat di lehernya. Oniel memijit pelipis sambil memejamkan mata, menenangkan pikiran yang semeraut. Tak lama kemudian terdengar suara ketukan pintu ruang kerjanya, Oniel tidak menyahut ketukan itu.

Ketukan pintu selanjutnya membuat ia mengernyit, namun Oniel masih tak menanggapi. Hingga Oniel membuka mata dengan berat dan mempersilahkan masuk saat ketukan ketiga dilayangkan.

Pintu terbuka, Oniel melihat Joe memasuki ruangan sambil membawa iPad di tangannya. Joe tiba di depan meja kerja Oniel, lalu ia menyerahkan alat canggih tersebut ke atas meja lapang itu.

"Ada berita untuk anda hari ini Tuan," Ujar Joe sambil meletakkan iPad di atas meja. Kemudian ia mundur dan mengambil sikap istirahat ditempat.

Oniel memandangi benda itu dan meraih nya dengan raut malas. Rasanya ia tidak ingin melanjutkan bekerja hari ini. "What happened?" Tanya Oniel kemudian.

"Mengenai fluktuasi saham perusahaan, berita kematian Nona membuat saham perusahaan meningkat pesat."

Oniel tergelak sinis setelah melihat iPad yang dibawa Joe. Entah kenapa ia merasa direndahkan karena sahamnya naik hanya karena berita omong kosong itu.

"Saya penasaran kalau mereka tahu ternyata Melayu masih hidup, apa saham akan meningkat seperti saat ini?" Oniel mendengus sedikit mengejek sambil menatap grafik di layar itu.

Sungguh dari segi bisnis Oniel begitu menguntungkan, namun ia ingin saham nya melonjak naik berkat hasil jerih payah. Bukan karena berita simpang siur yang dibuat oleh Gharin. Sungguh harga diri Oniel seolah diinjak-injak.

Joe menyila tangan membentuk sikap istirahat ditempat sambil tersenyum, "Saham anda akan semakin naik hingga tiga kali lipatnya Tuan. Hal itu sudah dipastikan oleh beberapa pengamat."

"Hei! Saya nggak mau memakai hal sekotor itu untuk menaikan saham perusahaan!" Akhirnya Oniel meradang sambil melemparkan iPad itu ke atas meja. Ia tidak peduli bila benda pipih itu rusak karenanya, dengan mudah ia akan mengganti dengan yang baru. Bahkan ia bisa membeli perusahaan iPad sekarang juga.

Joe menunduk, tak dipungkuri sikap Oniel barusan membuat Joe sedikit terkejut. Sehingga ia menutupi reaksinya dengan menunduk, "Jelas kenyataannya seperti itu, Tuan."

Lentera Kanwi (Repost)Where stories live. Discover now