19. Mencari Ayu (4)

736 75 1
                                    

Suara cicit burung memenuhi suasana hutan yang rindang. Dahi serta kedua kelopak mata Gita yang masih terpejam berkerut, samar-samar ia mendengar suara gemerisik yang menganggu tidur nyenyaknya.

Mendengar suara yang semakin jelas membuat Gita terpaksa membuka mata menampilkan manik hitam yang cerah. Matanya melirik ke samping, sekilas melihat Bagas bernapas dengan dada naik turun masih tertidur di sampingnya.

Pantulan sinar memancar ke tenda menunjukan matahari sudah meninggi, Gita segera bangkit dan membangunkan Bagas saat sekilas ia menangkap bayangan hitam yang muncul dari sisi tenda. Gita mengguncangkan badan Bagas yang masih belum terbangun dari tidur, sibuk berkelana di dalam mimpi.

Bayangan tersebut semakin besar dan jelas, Gita masih terus membangunkan sambil berbisik memanggil Bagas. Ia memanggil Bagas dengan suara meredam agar tidak terdengar oleh sosok bayangan itu.

Bagas mendesah, namun ia melanjutkan tidurnya membiarkan panggilan itu hanya angin lalu. Guncangan tubuh Bagas dan bisikan yang semakin nyaring terpaksa membangunkan Bagas yang masih belum membuka kelopak mata.

"Hei.. Ayolah bangun Miss Aurora!"

Bagas memang dikenal susah bila dibangunkan. Terkadang Gita dan Ayu suka memanggilnya dengan sebutan 'Sleeping Beauty'.

Bagas mulai membuka mata, maniknya membesar setelah menangkap bayangan hitam yang merupakan sosok seorang asing yang begitu jelas didepan tenda mereka. Bayangan tersebut berteriak dengan bahasa yang tidak jelas, seolah sosok itu meminta mereka untuk keluar.

Gita dan Bagas beringsut menjauh sambil bersikap defensif. Bagas menarik tas nya dan mengambil sesuatu. Ia mengambil sebuah kayu yang cukup panjang, sebelum nya Bagas mengambil kayu tersebut saat perjalanan di Hutan semalam. Ia ambil untuk alat keamanan mereka untuk berjaga-jaga, ia tidak mau mengeluarkan alat tajam atau senjata secara langsung.

Bayangan tersebut kembali berteriak, memanggil mereka. Gita mendekati Bagas sembari mencengkram lengan pria berkukit putih itu. Gita menggigil, ia begitu panik dan ketakutan.

Kemudian Bagas berjalan dengan lutut mendekati pintu tenda, sambil ia menyila kedua tangan dibelakang pungung menyembunyikan kayu itu. Perlahan Bagas menurunkan resleting tenda, lalu ia melihat sosok pria berbadan kekar dengan tatapan tajam.

"Dotakka!"
(Keluar)

Teriak pria itu sekali lagi, sambil melirik kedalam tenda.

Gita menarik lengan Bagas untuk menjauhinya. "Gas jangan pergi! Gue takut."

Bagas menepuk lengan Gita yang sudah berlinang air mata, menatap Gadis itu. "Tenang saja, Okay."

Bagas mulai bangkit dan keluar menunjukan diri. Pandangan Bagas menghunus ke pria kekar itu, memandanginya dari atas ke bawah lalu naik lagi ke atas.

Pria berbadan bisep itu hanya mengenakan celana panjang berwarna coklat kayu, dengan sabuk Hitam yang melilit di pinggang nya. Bagas kembali menatap wajah pria itu, sekilas ia melihat pria itu mengenakan softlens di kedua matanya.

"Kami bukan orang jahat. Kami auuuu—"

Lengan Bagas ditarik oleh pria itu lalu disila kepunggung Bagas, kemudian kakinya ditendang hingga tersungkur jatuh. Sebelum Bagas berontak, pria itu langsung melilitkan tali dari lengan lalu ke badan Bagas.

Setelah selesai, pria itu mulai mendekati Gita yang sudah menangis jerit didalam Tenda. Gita ikut berontak, dengan lembut pria itu melilitkan tali ke tubuh Gita dan mendekati posisi Gadis itu disebelah Bagas.

"Noma, Amor ni tuanka yapig oranika."
(Tenang, saya nggak akan mencelakakan kalian.)

Bagas menyeret tubuhnya agar berdekatan dengan Gita, lalu ia berdesis pelan menenangkan Gita yang sudah mengucurkan air mata. "Tenang Git. Gue jamin kita akan baik-baik saja. Okay?"

Lentera Kanwi (Repost)Where stories live. Discover now