12. Konferensi Pers

1.4K 112 0
                                    

Oniel menginjak pedal gas mobil sedan hitamnya untuk mempercepat laju. Ia melirik jam tangan mewah di lengan kirinya, menandakan waktu sudah pukul sebelas lewat lima belas siang.

Mobil melaju kencang membelahi jalan raya yang masih ramai di lalu lalang pengendara. Lajunya membuat beberapa kendaraan yang dilewati membunyikan klakson serta teriakan protes pengendara karena kendaraan mereka hampir saling menyerempet.

Oniel tidak menghiraukan itu, ia terus menginjak pedal gasnya dengan tatapan lurus kedepan dan napas yang memburu. Kemudian ia meraih ponsel dan mengetuk layar ponsel untuk ia hubungi seseorang tanpa mengalihkan pandangan nya.

Sambungan telepon masuk. "Halo, ada apa Tuan?"

"Joe, apa Ayah saya sudah sampai di sana?" Tanya Oniel yang masih fokus mengendarai mobilnya.

"Sudah Tuan. Beliau sedang menaiki podium." Jawab Joe tenang di sebrang sana. Sementara Oniel mengumpat, ia meremas roda setirnya sambil terus mengawasi jalanan.

"Usahakan Ayah tidak memulainya dulu. Sial!"

Oniel mematikan ponselnya sambil menaikkan kecepatan laju, matanya berkilat dana wajahnya menegang.

Entah bagaimana cara Ayahnya mengetahui rencana Oniel yang akan diam-diam mengadakan konferensi pers di perusahaannya. Awalnya ia memang tidak ingin memberitahukan kepada Keluarga nya, termasuk Ayahnya sendiri. Karena ia memiliki sebuah rencana khusus dalam menyelenggarakan konferensi tersebut.

Namun ketika Oniel mendadak diharuskan menghadiri sebuah meeting bersama seorang kolega di tempat yang jauh dari perusahaannya, hingga ia merasa ia ditahan-tahan oleh sang kolega tersebut. Oniel baru sadar kalau ia sedang dijebak oleh Ayahnya sendiri dan Ayahnya berniat untuk menggantikan dirinya di konferensi pers membahas hilangnya Ayu.

Firasatnya buruk, entah berbagai macam alasan memenuhi isi kepalanya. Dan itu membuat Oniel nekat mengendarai ugal-ugalan. Saat ini ia hanya ingin segera tiba disana sebelum Ayahnya memulai acara.

Dan satu hal yang ia yakini, bahwa rencana dirinya dan Ayahnya akan bertolak belakang. Tidak akan mungkin sejalan kalau tahu Ayahnya sengaja membuat dirinya tidak hadir ke konferensi pers tersebut.

Mobil Oniel telah sampai di basement gedung Sendjaja Group. Ia segera berlari menuju beranda gedung dan memasuki lift tanpa merapihkan pakaian yang mulai mencuat asal di tubuhnya.

Pintu lift terbuka, Oniel segera keluar dan melangkah gusar menuju ruangan. Ia melihat Joe dan Anak buah lainnya telah menunggunya didepan pintu ruangan konferensi pers. Oniel melangkah dengan lebar memasuki ruangan tersebut, terlihat beberapa wartawan memenuhi ruangan yang sibuk memotret dengan kamera masing-masing.

Wartawan langsung mengabadikan kedatangan Oniel yang memasuki ruangan hingga ke sisi podium. Oniel menatap ke arah Ayahnya yang sudah berdiri di sana menghadap wartawan dan jurnalis.

"Biar aku yang berbicara di sana, Ayah."

Semua orang yang melihat sontak terdiam sejenak, mereka mengamati dua orang penting Sendjaja Group yang sedang berebut posisi podium ruangan.

"Tolong turun Ayah!" Pinta Oniel dengan geraman yang tertahan.

Salah satu wartawan wanita membuka suara. "Jadi yang akan berbicara Pak Oniel atau Pak Gharin?"

Semua orang kembali terdiam namun tidak dengan suara jepretan kamera mereka. Gharin masih diam berdiri di podium menatap Oniel datar, sedangkan Oniel masih menunggu Gharin untuk turun ke bawah.

"Saya yang akan berbicara, Nona."

Oniel membelalak mendengar ucapan Ayah nya ke para wartawan. Tubuhnya bergidik sambil mengepal kedua tangan hingga terlihat memerah. Sebelum Oniel nekat menaiki podium, Joe menarik lengan Oniel untuk berdiri dibelakang podium.

Lentera Kanwi (Repost)Where stories live. Discover now