07. Pondok Tetua

2K 170 7
                                    

Warna lampu temaram di beberapa gedung pencakar langit menghiasi jalanan Kota, ikut menerangi salah satu ruangan di gedung besar nan mewah.

Terlihat sosok pria yang masih duduk di kursi kebesarannya bersama seorang pria lain nya. Pria maskulin berumur empat puluh lima tahun memandangi pria berpakaian hitam yang sedang memberikan iPad kepadanya.

"Ini data mengenai grafik pasaran harga properti untuk bulan ini."

Pria itu meraihnya, maniknya meneliti layar pipih dengan seksama. Tak lama ia menoleh kepada pria tersebut saat ia telah membicarakan tentang seseorang.

"Saya mau kasih kabar juga kepada Tuan, bahwa Nona Melayu masih hidup."

Pria maskulin itu terdiam, berusaha menutupi keterkejutannya meski tidak bisa. Dengan gerakan canggung ia menopang dagu diatas meja, "Kau yakin? Kau punya bukti kalau dia masih hidup?"

Pria berpakaian hitam itu berdeham lalu berucap, "Saya memang belum ada bukti yang relevan, namun saya memiliki teman agen khusus. Teman saya sedang berada di suatu daerah terpencil yang jauh dari pemukiman Kota."

Pandangan pria itu sedikit redup, terlihat ia sedikit mencemaskan Ayu. "Apa—dia baik-baik saja?"

Pria itu kembali berucap tersenyum, "Nona Melayu baik-baik saja Tuan Oniel. Bahkan beliau sudah menikah."

Oniel terkejut menampilkan kerutan dahi.

"Dia sudah menikah? Dengan siapa?"

"Dengan seseorang yang ditunjuk oleh Kepala Keamanan Suku itu, Tuan. Saya tidak bisa menjelaskan nya secara detil, karena informasi tersebut masih abu-abu. Saya hanya bisa menjelaskan keadaan Nona hanya sampai disini."

Oniel menghela nafas panjang sembari memijit tulang hidungnya. Ayu memang bukanlah anak kandungnya, bukan darah dagingnya.

Namun hatinya antara senang dan sedih. Senang mendengar kabar Ayu masih hidup, dan ia sedih karena Ayu telah menikah tanpa kehadirannya.

Oniel sama sekali tidak membencinya, namun ia juga menyangkal memiliki perasaan layaknya seorang Ayah terhadap anak. Oniel memang sengaja membatasi dirinya ketika ia sudah mengetahui semua kebenaran mengenai ayah kandung Gadis itu.

Oniel kembali teringat akan masa lalu. Saat fakta tersebut telah diketahui olehnya, Oniel benar-benar tidak mau bertemu dengan Ayu lagi. Melirik wajahnya saja Oniel begitu enggan.

Kemudian ia pergi dan menetap di Jerman agar tidak bertemu dengan gadis itu, baik melihat keadaannya ataupun mendengar kabarnya. Belasan tahun kemudian ia kembali ke tanah air, melihat Ayu yang sudah tumbuh besar menjadi gadis remaja yang sangat cantik.

Namun Oniel tetap menutup hatinya seolah ia adalah patung boneka yang tidak memiliki hati, tidak memberikan kesempatan untuk Ayu memasuki ruang hatinya.

Meskipun Ayu sudah berusaha keras untuk menyenangkan hatinya dengan cara apapun; memasak masakan untuknya, mendapatkan nilai dan prestasi terbaik di sekolah nya, selalu menurut apa kata Oniel untuk nya, karir model nya yang cukup bagus, dan Oniel tahu kalau gadis itu mencintainya sebagai sosok Ayah yang dibanggakan.

Oniel tetap bersikukuh, hingga peristiwa pertengkaran dirinya bersama Clara terjadi. Oniel mengungkapkan fakta bahwa Ayu bukanlah anaknya disela pertengkaran itu.

Saat itu Oniel termenung, melihat reaksi Ayu menatap kosong pada dirinya. Kemudian hatinya seperti teriris melihat Ayu menangis. Tubuh gadis itu juga terlihat gemetar, perasaan hancur dan putus asa mewarnai tangisan itu.

Namun Oniel masih menutup mata, melenggang pergi meninggalkan rumah yang telah ditempati oleh mereka. Ayu menghalangi kepergian Oniel, memohon untuk tidak pergi.

Lentera Kanwi (Repost)Onde histórias criam vida. Descubra agora