18. Mencari Ayu (3)

756 69 2
                                    

Suara sayup menghiasi hutan yang begitu gelap dan dingin. Rintihan ranting pohon jatuh berkat hembusan angin sukses membuat Gita terus merinding ketakutan. Karena itu Gita memaksa Bagas untuk tidur di dalam satu tenda kemping dengannya.

Bagas menggeleng keras. Karena bagaimanapun Bagas adalah laki-laki normal, ia takut jika hawa nafsu atau bisikan setan datang menghampirinya dan membuat perkara besar. Namun dengan kekuatan yang tidak tahu asal-usulnya, Gita berhasil menarik paksa lengan Bagas hingga mereka telah berada di dalam satu tenda.

"Kalau lo ke mana-mana, gue pastikan kamera lo rusak di tangan gue."

Ancaman Gita seketika membuat Bagas mengangguk berat. Kamera digital adalah benda kesayangannya, benda pertama yang ia idam-idamkan dan berhasil didapatkan dari hasil kerja keras selama menjadi Fotografer. Dan dengan berat hati Bagas menuruti permintaan Gita demi keselamatan kamera itu.

"Hanya malam ini ya Git. Besok-besok gue nggak mau." Cicit Bagas sambil merebahkan badan dan menutupinya dengan selimut.

"Iyeee." Balas Gita yang duduk meringkuk disebelah Bagas.

Suara riuh angin kencang semakin terdengar jelas, kemungkinan hujan lebat akan membasahi Hutan dan tenda mereka. Bagas sudah memastikan bahwa frame tenda kemping mereka sudah kuat bila badai serta hujan tiba.

Kemudian Gita termenung, memikirkan bagaimana nasibnya bersama Bagas setelah ini. Apakah mereka akan berhasil menemukan Ayu dan kembali pulang ke Kota dengan selamat?

Gita menghela nafas pelan. Kepalanya terus berfikir bagaimana keadaan Ayu sekarang ini. Sudah genap dua bulan mereka tidak bertemu, Gita begitu merindukannya. Teringat gelak tawa mengiringi mereka saat sedang bersama, gibah everywhere, jalan-jalan ke mall seharian, hingga momen mereka menginap bersama.

"Tidur Git. Besok pagi kita harus jalan lagi." Sahut Bagas yang masih memejamkan mata.

"Gue kangen Melayu, Gas." Lirih Gita semakin meringkukkan badannya, memeluk kedua lutut karena tubuhnya mulai kedinginan.

"Gue juga. Kangen banget malah. Makanya sekarang lo tidur, biar kita bisa cepet ketemu Melayu."

Bagas melirik Gita sambil menepuk dada nya pelan. "Tidur di dada gue sini."

Gita menoleh dan langsung melemparkan jaket tebal dengan jengkel ke wajah Bagas. "Jangan macem-macem lo!"

Bagas tergelak sesaat sambil menyingkirkan jaket dari wajahnya. "Yaudah cepetan tidur sini!" Perintah Bagas menepuk sisi sampingnya.

Gadis berambut hitam itu menarik sudut bibir sebelah menunjukkan lesung pipi. Ia beringsut merebahkan tubuh nya disamping Bagas. Pandangannya beralih ke puncak tenda, remang lampu tenda berhasil membuat kedua mata Gita gagal terpejam.

"Gas?"

Bagas berdeham. Rintik hujan mulai terdengar dan membasahi tenda mereka, hal itu membuat Gita semakin memeluk dirinya akibat merinding.

"Dingin."

Bagas berdecak. "Bilang aja mau dipeluk. Susah amat."

"Iiiihhh jangan macem-macem deh!" Protes Gita sambil mencubit lengan Bagas.

"Auu sakit. 'Kan lo duluan yang mulai." Rintihnya sambil mengelus lengan dibekas cubitan.

"Nih, pake jaket gue aja di-doublein. Biar lo angetan." Bagas memberikan jaketnya pada Gita. Gita langsung memakai jaket itu lalu menutupi dirinya dengan kain panjang.

Bagas kembali berdecak sinis saat Gita memanggil namanya lagi.

"Gas?"

"Ya Tuhan, apa lagi Git? Mau tidur." Bagas berdumel ria.

Lentera Kanwi (Repost)Where stories live. Discover now