33. Rumah

697 70 0
                                    

Suara decitan pintu membangunkan Ayu yang tertidur di tempat tidur berukuran besar yang sangat empuk di tubuhnya. Ayu mengerjap, melihat seorang maid bernama Angel berpakaian seragam berwarna putih seperti baju suster Rumah Sakit sedang membawakan makanan dan air minum di atas nampan.

Tunggu ..

"Angel,"

"Selamat siang Nona Melayu." Ucap Angel sambil membungkukkan badannya, memberi hormat pada majikan yang sudah tidak ia temui selama empat bulan ini.

"Kenapa aku bisa di sini?" Tanya Ayu sambil menatap sekeliling. Ia telah berada di dalam kamarnya, kamar bernuansa minimalis dengan dekorasi berwarna krem.

Posisi lemari, meja rias, kasur serta peralatan lainnya masih tetap terjaga di posisi yang sama setelah ia pergi meninggalkan rumah. Bahkan sekarang Ayu sedang memakai gaun tidurnya berwarna ungu mengkilap, gaun tidur yang sering ia kenakan.

Ayu bertanya didalam pikirannya, apakah ia telah bermimpi panjang. Bermimpi hidup di Suku Kanwi dan mencintai seorang pria bernama Arraf. Namun ia segera beranjak dari kasur besar itu menatap dirinya di cermin. Ia melebarkan kedua matanya menampilkan manik hitam yang masih berbentuk pola pecahan kristal. Ia menghela napas lega karena itu bukanlah mimpi.

"Kenapa aku bisa di sini, Angel? Siapa yang bawa aku ke sini?" Tanya Ayu pada Angel.

"Saya, Nona."

Tibalah seorang pria bertubuh tinggi tegap memakai pakaian rapih bernuansa hitam memasuki kamar Ayu. Ia adalah Joe.

"Joe."

Joe membungkukkan badannya untuk memberi hormat. Lalu ia kembali menegakkan badannya menghadap Ayu. "Apa keadaan Nona sudah membaik? Bagaimana tidur Nona, apakah nyenyak?"

"Kenapa aku bisa berada di sini Joe?" Tanya Ayu tanpa basa-basi, dan tanpa menghiraukan ucapan Joe padanya.

Joe tersenyum menanggapi pertanyaan majikannya. "Iya, saya yang membawa Nona ke sini atas permintaan Satuk."

"Satuk?"

"Iya Nona."

Ayu berusaha mengingat kembali tentang kejadian terakhir bersama Satuk. Ingatan saat Satuk mengungkapkan perasaannya masih begitu jelas, lalu ia merasa sakit di area punggungnya seolah mendapat hantaman keras yang membuatnya ia jatuh pingsan. Ayu meringis setelah mengingat itu.

Lalu Ayu mengelus dadanya, terus mengelusnya meskipun tidak ada rasa sakit yang menjalar. Bahkan Ayu sendiri bingung kenapa ia ingin mengelus dadanya.

"Anda baik-baik saja? Apa dada anda sakit?" Tanya Joe dengan raut cemas.

Ayu menggeleng pelan. "Aku baik-baik saja, jangan khawatirkan aku."

"Baiklah Nona. Lebih baik anda segera makan karena anda belum makan dari kemarin. Nanti malam Tuan Oniel akan menemui anda."

Ayu bergeming setelah mendengar nama Oniel. "Oniel, Oniel akan menemuiku?"

"Tentu Nona. Beliau sudah tahu bila anda sudah pulang. Tuan sudah membatalkan pertemuan di kantor hari ini agar bisa bertemu dengan Nona sesegera mungkin."

Ayu terpaku mendengar ucapan Joe saat Oniel berusaha menyempatkan diri untuk menemuinya. Benarkah Oniel ingin menemuinya? Hatinya merekah seolah ada kupu-kupu berterbangan memenuhi dirinya.

Ayu mengangguk patuh lalu segera memakan makanan yang telah dibawa Angel diatas meja nakasnya. Angel dan Joe hanya tersenyum menatap majikannya melahap makanan itu dengan raut gembira.

********

Ayu menatap dirinya di pantulan cermin. Ia telah berpakaian terusan santai selutut berwarna jingga. Manik berpola pecahan kristal itu ia tutupi dengan soflens berwarna hitam, agar Oniel tidak mengkhawatirkannya.

Ia segera melangkahkan kaki jenjangnya menuju ruang makan. Senyumnya melebar menghiasi wajah cantiknya saat Oniel telah duduk di kursi makan sambil berbicara pada Joe. Namun Ayu masih diam berdiri di bawah tangga sambil menundukkan kepala, ia bingung apakah nanti Oniel akan memarahinya atau,

"Melayu."

Ayu mendongak, melihat Oniel sudah berdiri di hadapannya sekarang ini. Pria berbadan besar ini tidak berubah, masih bertubuh tegap dengan rambut halus yang menjalan di sekitar wajahnya. Aroma maskulin itu masih terhinggap di tubuh bugar Oniel membuat Ayu menjatuhkan bulir air matanya.

Ayu mendekap tubuh Oniel, memeluknya dengan erat. Dan tanpa diduga Oniel membalas pelukan itu membuat Ayu semakin menangis, dan haru. Oniel mengelus punggung Ayu yang bergetar, dalam hatinya ia sangat lega karena ia masih diberi kesempatan untuk menemui Ayu dalam keadaan sehat.

"Aku bingung mau memulainya dari mana, tapi aku tau bagaimana aku memperlakukanmu selama ini dan menurutku itu buruk—apakah kau mau memaafkanku, Mel? Memaafkan pria keji ini dan ijinkan aku untuk mendapatkan kesempatan menjadi Ayah yang baik buatmu?"

Ayu tersenyum di balik dada bidang Oniel, ia tahu bahwa pria ini memang tidak ingin basa-basi. Ayu menguraikan pelukannya. Ia menatap wajah dingin Oniel yang memohon untuk dimaafkan, tanpa berpikir panjang Ayu mengangguk menyetujui ucapan Oniel padanya. Oniel tersenyum, dan Ayu pun ikut tersenyum hingga mereka kembali berpelukan.

Rasa senang Ayu meluap-luap, hingga mereka tidak sadar bahwa Ayu kembali jatuh pingsan.

********

Oniel menatap seorang Dokter dengan sorot mata yang tidak percaya. Barusan Dokter khusus keluarga Sendjaja datang ke kediaman Oniel karena Ayu jatuh pingsan di pelukannya. Segera Oniel meminta Joe untuk memanggil Dokter.

Setelah Dokter tersebut mengecek keadaan Ayu, hasilnya Ayu terlalu kelelahan dan kekurangan gizi hingga janin yang di dalam perutnya ikut kena imbas. Pernyataan tersebut membuat Oniel tercengang.

Saat ini fakta yang Oniel dapati begitu rumit seolah dapat memecahkan kepalanya. Fakta yang pertama, Oniel tahu bahwa Ayu bisa kembali pulang ke Rumahnya karena Ayu telah diceraikan oleh mantan suaminya. Dan sampai sekarang ini ia belum tahu apa alasan terbesarnya hingga Ayu diceraikan secara sepihak.

Oniel akan menuntut Ayu untuk menceritakan semua tentangnya selama tingga di daerah terpencil itu. Dan mencari tahu seluk beluk mantan suami Ayu yang membuat Ayu seperti ini. Melihat tubuh Ayu yang begitu kurus dan pucat berhasil meluapkan amarah Oniel hingga kepalanya berdenyut nyeri.

Fakta keduanya adalah Ayu telah mengandung janin dari mantan suaminya itu, dan usia kandungannya sudah menginjak delapan minggu. Itu artinya Ayu diceraikan saat ia sudah mengandung, dan mereka sama-sama belum tahu akan hal itu.

Oniel menatap lekat ke arah Ayu yang masih tertidur. Pria itu menggenggam tangan kiri Ayu, lalu mengecup punggung serta jemarinya. Hatinya kembali perih karena cobaan bertubi-tubi yang Ayu alami begitu menyakitkan. Oniel merutuki dalam hati kepada pria yang semena-mena menceraikan anak perempuan satu-satunya serta meninggalkan cucunya yang sudah berada didalam perut rata Ayu, ia tidak akan mengampuni pria itu karena telah melepaskan tanggung jawabnya begitu saja.

Mulai sekarang, Oniel akan bersungguh-sungguh menjadi figur Ayah yang baik untuk Ayu. Dan akan membantu Ayu merawat cucunya, menjamin hidup mereka akan selalu terpenuhi.

"Joe,"

Joe mendekati Oniel saat namanya disebut.

"Segera jemput Bagas dan Gita untuk pulang. Bawa mereka pulang dan pamit pada keluarga di sana secara baik-baik. Melayu sudah berada di sini, jadi mereka sudah tidak perlu untuk tinggal disana lebih lama lagi."

Joe menganggukkan kepalanya. "Baik Tuan, malam ini saya akan berangkat kesana untuk menjemput mereka."

"Dan minta anak buah lainnya memperketat penjagaan di sini. Melayu harus aman dan jangan sampai Melayu keluar dari Rumah ini."

Joe kembali mengangguk.

"Ahhh.. Aku lupa." Oniel menatap Joe dengan raut wajah yang serius. Membuat Joe fokus menatap Oniel agar ia bisa mendengarkan perintah baru dari majikannya.

"Jangan sampai kedatangan Melayu diketahui olehnya, Joe. Kau mengerti?"

Joe lantas mengangguk, "Baik, Tuan."

Lentera Kanwi (Repost)Where stories live. Discover now