06. Ragu

1.8K 182 5
                                    

Ayu duduk di bawah pohon rimbun, ia melipat kedua kakinya hingga ke dada dan menenggelamkan wajahnya disana sambil berteriak dalam isakan tangis. Ia kabur dari Pondok dan kembali berada di dalam Hutan.

Belum lama ia telah disidak oleh Sagar dan Arraf, Sagar menanyakan kembali kronologi kejadian yang sebenarnya terjadi saat di Hutan tadi siang.

Ayu menceritakannya secara detil, dari mula ia berkenalan dengan Ranum saat bermain Engklek dengan anak - anak dan mengajaknya bermain menuju Hutan, hingga ia bertemu dan dikejar oleh seekor Harimau.

Dan Ayu menekankan kalimat di ucapannya kepada Sagar dan Arraf, bahwa ia berlari dari hewan buas itu karena Ranum yang menyuruhnya. Bukan karena keinginannya.

Tanpa berpikir panjang Ayu menurut ucapan Ranum karena memang ia tidak tahu harus melakukan apa. Saat itu ia panik karena berhadapan oleh hewan buas, yang sudah dianggap seperti mangsa baru untuk siap disantap.

Kemudian Sagar menghampiri kediaman Ranum, bermaksud memastikan kembali kejadian yang sebenarnya didalam Hutan. Hal yang tidak disangka terjadi, Ranum menghampiri Ayu dengan tatapan murka dan tak segan menamparnya didepan Sagar, Denai dan juga Arraf.

Ranum juga menuduh Ayu yang sedang membohongi dan membodohi Sagar dan Denai, serta Arraf. Bahkan Ranum berteriak kepada penduduk Suku bahwa kehadiran Ayu akan menjadi biang mala petaka yang akan menghampiri kehidupan Suku.

"Apa kalian masih ingin dia berada di wilayah kita?"

Ayu menjadi murka, ia mendekati Ranum dan membalasnya dengan tamparan keras di pipi kiri. Pergumulan terjadi di antara mereka, sehingga Arraf berusaha melerai Ayu dan Ranum.

Usaha Arraf tidak berhasil, ia justru mendapat pukulan keras dari istrinya hingga hidungnya mengeluarkan banyak darah.

Kejadian tersebut membuat penduduk menjadi cemas, mereka menatap Ayu dengan tatapan gundah dan amarah. Ayu mendekati Arraf dan berusaha untuk menyeka darah yang terus keluar, namun Ranum menjauhkan Ayu dari Arraf dan meneriakinya bahwa Ayu tidak pantas menjadi seorang istri untuk seorang Arraf sebagai Kepala Keamanan Suku.

Ayu diam terpaku, kalimat terakhir Ranum mulai terpatri di kepalanya. Ayu merutuki dirinya, ia merasa tidak bisa memperlakukan suaminya dengan baik. Bahkan ia telah melukai Arraf.

Wajah Ayu merah padam, ia berlari meninggalkan Arraf, serta Ranum dan para penduduk yang melihatnya. Tangisan nya pecah saat ia telah memasuki Hutan, ia menuju Pohon besar yang rimbun dan menangis sekencang-kencangnya di sana.

Dada Ayu begitu sesak. Ayu semakin histeris setelah melihat Denai, Sagar dan Arraf hanya diam memandanginya. Ia berpikir bahwa Arraf, Denai dan Sagar mulai membencinya, dan ia akan kembali tidak dicintai. Ia akan dibuang, dan dibunuh.

Ayu terus menangis, ia tidak peduli bila suaranya terdengar oleh hewan buas lainnya. Bahkan ia pasrah memberikan dirinya sebagai mangsa dan dimakan oleh hewan buas itu.

Harapannya untuk melanjutkan hidup kembali menipis, ia hanya berharap bahwa kematian nya tidak menyulitkan semua orang termasuk penduduk Suku.

Kemudian Ayu membayangkan Arraf, sosok pria yang telah ia cintai. Pria dingin yang telah memasuki jiwa dan raganya. Ayu bergumam kata maaf sambil membayangkan wajah tampan Arraf. Ia menyalahkan dirinya karena telah gagal menjadi seorang istri.

Ayu juga bergumam kata maaf kepada bayangan Denai dan Sagar, serta para penduduk Suku. Ia merasa merepotkan mereka.

Tiba-tiba Ayu meraih ranting pohon yang terlihat besar di sebelahnya, lalu mematahkan ranting itu agar menjadi runcing. Ayu memejamkan mata nya, terus menyebutkan kata maaf.

Dengan tangan yang bergemetar Ayu menancapkan ranting itu ke bagian Dada nya. Ia meringis, darah segar mulai keluar dari Dada dan terbatuk memuntahkan darah dari mulutnya.

Seketika Kepala Ayu terasa pening, darah terus keluar bercucuran. Tak lama Ayu merasa tubuhnya seolah diangkat, ia kembali membayangkan Arraf yang telah berhadapan dengannya dan dipeluk olehnya. Ayu tersenyum pilu, bayangan tersebut begitu nyata dan indah untuknya.

Sekuat tenaga Ayu mengumpulkan tenaga untuk dapat berbicara dengan bayangan itu.

"Amorrr..Lo..vana Tisss...ee En.. Arrrrffhhh.."

Ayu memejamkan mata. Ia berharap, bahwa ia akan bertemu kembali dengan Arraf di kehidupan keabadian yang kekal nan indah.

******

Arraf terus memandangi pintu ruangan sambil terus bergumam lirih. Memohon pada Tuhan agar Ayu siuman. Ayu telah berada di Pondok dan sedang diobati oleh Denai. Arraf frustasi, ia berhasil membawa Ayu dari Hutan dengan keadaan yang sangat buruk.

Ayu membunuh dirinya menggunakan ranting pohon, dengan menancapkan nya ke bagian dada kiri hingga membuat luka yang begitu parah.

Arraf hanya bisa menangis dalam diam, sambil menunggu Denai keluar dari ruangan. Ia kembali mengingat darah yang bercucuran di tubuh istrinya, serta tubuhnya semakin dingin dan kaku saat Arraf membawa tubuh Ayu ke Pondok.

Setelah pergumulan itu Arraf mengejar Ayu saat ia berlari meninggalkan dirinya bersama Ranum. Hatinya mencelos, perasaan buruk menghantui pikiran dan dirinya.

Arraf bergegas mengejar Ayu tanpa mengobati lukanya. Ranum sempat menghalangi jalan Arraf untuk mengejar, namun Arraf menatap tajam kearah Gadis itu. Emosi Arraf mempengaruhi aura di sekitar Suku semakin mencekam.

Melihat Arraf yang seperti itu membuat Sagar mengusir Ranum dari hadapan menantunya. Ranum menurut, ia melenggang pergi menjauhi Arraf yang masih memberi tatapan murka kepadanya.

Arraf kemudian berlari, ia menyusuri sekitar Suku, mengitari Danau Langsa, daerah perbukitan, hingga ia kembali memasuki Hutan.

Arraf merasakan tubuhnya sudah mulai tidak mendukung. Nafas Arraf terengah-engah, pikiran nya buntu untuk mencari keberadaan sosok istrinya. Arraf terus melangkah dengan langkah kaki yang tak beraturan.

Arraf terus mencari, dan maniknya melebar melihat Ayu sedang duduk dibawah Pohon rimbun. Arraf mulai mendekati Ayu, ia meneriaki nama istrinya saat ia melihat ranting pohon tertancap di dadanya.

Sekuat tenaga Arraf terus melangkah, ia tidak peduli dengan darah yang terus mengalir sampai di leher. Arraf terus memanggil nama Ayu dengan suara parau, ia mengguncangkan tubuh kecil Ayu lalu ia memeluknya.

Arraf gelagapan saat ia merasakan nafas Ayu mulai menipis, ia menepuk pipi Ayu dengan lembut. Terus memanggil nama nya tiada henti.

Lalu Arraf melihat Ayu tersenyum, membuat Arraf menatapnya dengan lekat.

"Amorrr.. Lo..vana Tisss...ee En.. Arrrrffff.."

Tangisan Arraf menjadi-jadi setelah Ayu mengucapkan pernyataan cinta kepadanya. Ia mengeratkan pelukannya, terus memanggil nama Ayu agar ia terbangun.

Tatapan Arraf menyalang kuat, suasana hati dan pandangan Arraf menggelap seperti malam hari tanpa cahaya bintang dan bulan.

Lalu dengan kepulihan tenaga yang datang dari alam merasuki tubuhnya, Arraf menggendong Ayu dan berlari menuju ke Pondok untuk segera diobati.

Sesampai di Pondok, Arraf meneriaki Denai. Denai tersentak, melihat darah terus menetes dari tubuh Ayu dan ada ranting yang masih tertancap di dada kirinya.

Sagar yang melihat kondisi tersebut menyuruh Arraf untuk merebahkan tubuh Ayu diatas kasur, dengan cepat Denai membawa peralatan pengobatan kedalam kamar.

Sagar pun ikut bertindak, ia membasuh dan mengobati luka Arraf di ruang tengah yang sudah terlihat mengering, sambil mereka menunggu Denai selesai mengobati Ayu.

Arraf hanya diam dengan raut gelisah, seakan dirinya telah ditusuk oleh belati beracun. Racun yang langsung menyebar mematikan semua syaraf di tubuhnya.

Sagar hanya bisa meminta Arraf untuk tenang, Sagar percaya bahwa Denai berhasil mengobati Ayu. Ia terus meyakinkan Arraf bila Ayu akan baik-baik saja.

Arraf mengepalkan tangannya dengan kuat, ia tidak akan tinggal diam. Ia berjanji akan memastikan Ayu terus hidup bersamanya, tidak akan membiarkan Ayu benar-benar meninggalkannya seorang diri.

Lentera Kanwi (Repost)Opowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz