46. Dalang Utama

957 65 0
                                    

Semua orang di dalam ruangan tersebut memandangi seorang pria tampan yang sedang tersenyum sinis kepada Haikal dan Handika.

Mereka berdua langsung berdiri dan membisu dengan kedua mata yang melotot sempurna. Terpaku menatap penampilan Arraf dari ujung kaki hingga ujung kepala.

Arraf memberikan selembar cek dengan nominal 99 triliun. Ia letakkan di atas meja, lalu menggesernya tepat didepan Haikal berdiri.

"Sembilan puluh sembilan Triliun. Paman bisa cek kembali keakuratan nominal dan keaslian lembarnya."

Haikal dan Handika masih terpaku menatap Arraf yang sedang memandangi mereka dengan kedua tangan dimasukkan ke dalam celana bahannya. Serta Satuk juga berdiri tepat di belakang Arraf.

Pikiran Haikal dan Handika buntu. Bertanya-tanya apakah pria yang berada di depannya ini benar masih hidup, atau mereka sedang bermimpi buruk?

"Arrafik." Panggil Haikal terbata-bata. Memastikan bila ini bukanlah mimpi.

"Iya paman, kau masih mengingatku rupanya. Aku jadi terharu." Arraf tersenyum menunjukan gigi putihnya.

Salah satu pengacara keluarga Handers- Gabriel, mulai menyela pembicaraan para pria itu. Setelah ia mengerjapkan kedua matanya, ikut memastikan bila kedua matanya tidak salah lihat.

"Anda—"

"Ya, saya Arrafik Handers Pati. Keponakan kesayangan paman Haikal dan paman Handika."

Arraf menoleh ke samping, menghadap para pemegang saham yang masih terpaku dengan kehadiran Arraf di pertemuan ini. Serta para wartawan yang juga ikut tercengang dengan keberadaan Arraf, tanpa berpikir panjang mereka kembali mengambil gambar ketegangan itu. Berkali-kali membidik sosok Arrafik, mereka yakin berita kembalinya Arrafik Handers Pati akan menjadi pusat perhatian di semua berita media.

Dan mungkin akan kembali jadi the best trending topic sama seperti sepuluh tahun yang lalu.

Salah satu wartawan menyosor pertanyaan langsung krpada Arraf, mencoba mengikis ketegangan yang sedang terjadi. "Pak Arrafik, benar Anda Arrafik Handers Pati?"

"Benar." Jawab Arraf sedikit pongah. Oniel yang melihat itu hanya mendengus sembari menggeleng kepala pelan.

"Bagaimana bisa? Bukankah anda sudah meninggal dunia?"

"Meninggal dunia karena bunuh diri saat sepuluh tahun yang lalu? apa kalian nggak bisa lihat kalau kedua kaki saya menapaki lantai?"

Semua orang spontan melihat kaki jenjang Arraf yang menginjak lantai marmer. Kecuali Oniel yang hanya sibuk menyeruput kopi hitamnya. Joe hanya menatap datar memandangi kegiatan Arraf yang menghentakkan kaki.

"Sudah percaya kalau saya masih hidup?"

"Bisa Anda ceritakan bagaimana bisa Anda masih hidup?" Tanya kembali seorang wartawan perempuan.

Arraf menghela nafas. Badan nya tegap berhadapan dengan para jajaran pemegang saham dan wartawan sibuk mengambil gambar Arraf di dekat podium.

"Saya datang ke sini untuk mengambil semua hak saya. Termasuk Handers Group Tower. Berkat kakak ipar saya, saya bisa membeli perusahaan ini. Walaupun seharusnya saya tidak perlu membelinya, karena semua ini adalah milik saya."

Arraf memberi penjelasan secara luas. Bagaimana Arraf bisa kembali hidup setelah diberitakan meninggal dunia. Di mana Arraf tinggal selama ini, bagaimana kehidupannya setelah peristiwa dia tenggelam di Sungai Langsa. Dan motif Arraf datangi Handers Group Tower. Selain mengambil semua haknya.

Oniel memandangi Arraf berdiri dengan sikap kepemimpinan yang begitu dominan. Oniel tertegun, sampai kapanpun Arraf tetaplah Arrafik Handers Pati. Pria dengan pembawaan yang kharismatik. Sekali melihatnya, orang akan tahu bila Arraf memang terlahir sebagai seorang pemimpin. Mudah menaklukan siapapun.

Lentera Kanwi (Repost)Where stories live. Discover now