44. Rencana Lain Oniel

776 66 0
                                    

Arraf menggenggam tangan Ayu, sesekali ia kecup pelan sembari menatap wajah pucatnya dengan raut cemas. Ayu terbaring di sebuah kasur kaku dan dingin, tangannya tertempel oleh jarum infus, serta suasana ruangan bernuansa putih gading diiringi aroma alkohol dan obat-obatan.

Semua orang yang di sana tertunduk sedih melihat Ayu terbaring disana. Tubuhnya sangat kurus, bibirnya kering dan memiliki kantung mata yang cukup gelap.

Oniel berada tepat disamping Ayu tertidur bersebelahan dengan Arraf. Memandangi wajah adiknya yang belum terbangun sejak dua hari yang lalu. Oniel menghela nafas panjang. Ia mulai kalut dengan keadaan Ayu sekarang ini.

Dokter mendiagnosa keadaan Ayu sedang kritis. Kekurangan gizi, mengalami sedikit gangguan mental dan tenggelam ke dasar laut menjadi penyebab Ayu seperti saat ini.

Kegilaan Gharin yang mendorong Ayu ke laut membuat Arraf naik pitam. Beruntung Ayu baik-baik saja.

Dokter juga mengatakan bahwa Janin yang di kandungan Ayu juga selamat dan kembali baik-baik saja. Semua menghela nafas lega mendengar penuturan Dokter cantik bernama Sheila tersebut.

Dari sudut ruangan Satuk meneteskan bulir air matanya. Ia sudah tidak kuat melihat penderitaan Ayu. Satuk menganggap kejadian ini adalah kesalahannya juga. Yang Satuk pikir jika Ayu berada di Kota, Ayu akan lebih membaik. Malah berdampak sebaliknya.

Gita yang menangkap Satuk sedang menangis menyentil hatinya. Berinisiatif ia mendekati Satuk lalu meraih tangannya untuk ia genggam. Satuk mendongak melihat Gita berdiri di sampingnya, dengan tangannya terulur menggenggam tangannya. Satuk terpaku sesaat.

"Ayu pasti kuat kok. Kau belum lama bilang ke aku kalau dia akan baik-baik saja, dan sekarang itu terjadi. Jadi, kenapa kau menangis?" Lirih Gita sambil menatap Satuk dalam.

Satuk terdiam sesaat menatap Gita, tak lama dia tersenyum lirih.

"Lo benar. Ayu adalah wanita yang kuat."

Mereka berdua saling melempar senyum, ada sedikit kelegaan di ruang hati Satuk. Satuk menyeringai tipis, lalu kembali melihat Ayu yang masih tertidur di atas tempat tidur.

Oniel mengusap wajahnya lelah, lalu ia melangkah keluar ruangan untuk menyegarkan pikiran.

Satuk melirik Oniel yang hendak keluar ruangan, ia mendekati Arraf dan menepuk bahu kekar itu. Arraf menoleh ke arah Satuk, melihat Satuk mengendikkan dagunya ke arah Oniel. Satuk menatap Arraf seolah memberi isyarat bahwa Arraf harus menyusul Oniel.

Arraf kembali memandangi Ayu sesaat, ia kecup penggung tangan itu lalu bangkit mengikuti Oniel. Melihat Arraf keluar ruangan, Gita mengambil tempat duduk yang telah diduduki Arraf hingga Gita lebih leluasa memandangi sahabatnya. Diikuti Mekar dan Bagas berdiri di belakang Gita.

Langkah Oniel terhenti ketika seseorang mengikutinya dari belakang. Oniel menoleh lalu menghembuskan nafas.

"Jangan keluar, nanti orang-orang bisa lihat kau ada di sini." Putus Oniel pada Arraf. Orang-orang masih belum tahu tentang keberadaan Arraf seperti 'Hantu'. Bahkan Oniel berusaha keras untuk menutup mulut sang Dokter dan beberapa perawat Rumah Sakit agar berita Arraf masih hidup belum mencuat ke publik.

"Gue mau bicara sama lo."

Oniel mendengus geli, seolah ia sedang berhadapan dengan Arrafik Handers Pati sebagai pemilik perusahaan Handers Group Tower. Bukanlah Arraf sebagai mantan suaminya Ayu.

Oniel membalikan badan hingga mereka saling berhadapan.

"Jangan di sini kalau mau berbicara serius. Kita ke sebuah ruangan kosong saja."

Arraf hanya mematuhi perintah Oniel. Lalu ia ikut melangkah di belakang Oniel menuju sebuah ruangan. Kondisi Rumah Sakit sedang sepi, sehingga posisi Arraf saat ini aman dari sorotan mata orang sekitar.

Lentera Kanwi (Repost)Where stories live. Discover now