26. Satuk Suka Gita?

754 61 0
                                    

Sebuah ruangan serba hitam dan putih menghiasi ruangan santai. Kopi hitam dengan asap mengebul di dalam gelas keramik putih dibiarkan menghiasi meja kerja kokoh.

Oniel sedang membaca koran hariannya. Meskipun saat ini media sudah banyak menerbitkan berita hariannya melalui sosial media atau situs berita online, namun kebiasaan Oniel yang gemar membaca koran setiap pagi belum hilang dari dirinya.

Pemberitaan hari ini belum luput dari berita Melayu Sendjaja. Saat ini berita tersebut menyimpulkan bahwa Melayu meninggal dunia karena murni bunuh diri.

Oniel tidak habis pikir bagaimana cara Ayahnya bisa membeberkan bukti fiktif yang dapat meyakinkan para media itu. Hingga berita ini mungkin sudah dianggap akurat oleh mereka.

Oniel menyesap Kopi yang masih mengebulkan asapnya. Kopi tersebut membuat tubuh Oniel sedikit rileks. Rileks dari pemberitaan itu yang membuat ia jengah.

Dan tak lupa ia membaca berita mengenai perekonomian dan bisnis.

Sendjaja Group—perusahaan yang ia pimpin sekarang selalu menjadi beranda halaman di koran tersebut, sampai pagi ini.

Sekarang ada dua hal yang tidak ia sukai dari berita pagi ini; masih dengan kasus Ayu serta perusahaan nya selalu dilirik dan diliput oleh para awak media yang haus akan informasi tersebut.

"Selamat pagi, Tuan. Saya ingin menunjukan sesuatu kepada anda." Joe telah berdiri disebrang mejanya. Pria berpakaian serba hitam tersebut masih menatap Tuannya yang kembali menyesap Kopi. Terlihat Oniel begitu gugup.

Oniel memutarkan kursi nya agar menghadap ke arah Joe. Ia meletakkan koran itu dan meraih iPad yang telah disodorkan oleh Joe.

Oniel terkesiap. Ia sedang memandangi layar iPad yang sedang menampilkan seorang perempuan berpakaian coklat terusan berlarian di tepi perairan. Perempuan tersebut tersenyum ceria di gambar itu, tidak terlihat memiliki beban seperti seorang anak kecil berusia lima tahun yang sedang gembira diajak jalan-jalan oleh orang tuanya.

Perempuan itu adalah Melayu.

Joe mendapatkan foto itu dari Bagas tentunya. Diam-diam Bagas mengirimkan foto itu agar Oniel mengetahui kabarnya saat ini.

"She looks fine, and different." Gumam Oniel pelan dengan senyum tipisnya. Joe yang terkesiap saat ini. Untuk pertama kalinya ia melihat Oniel menyunggingkan senyum karena melihat Ayu yang sedang tertawa.

Hatinya sedikit berdesir melihat pemandangan itu.

"Nona memang selalu mengangumkan."

Oniel meletakkan iPad itu diatas meja dengan hati-hati. Seolah ia sengaja tidak menonaktifkan layar itu agar gambar tersebut masih terlihat jelas oleh sudut matanya.

Mereka terdiam sesaat, terjebak dengan pemikiran masing-masing.

"Apa anda mau menelepon Gita dan Bagas lagi? Akan saya coba sambungkan?"

"Tidak usah." Tukas Oniel. "Biarkan mereka bersenang-senang. Saya nggak mau mengganggu."

Joe hanya mengangguk paham dan melenggang pergi dari ruangan.

*******

Phatss..

Busur panah berhasil melumpuhkan Rusa yang berusaha berlari melewati badan pohon. Ayu berlari kecil dan melihat keadaan Rusa itu, binatang lembut itu sudah terkapar di tanah. Ia merasa senang karena bidikan panahnya tepat sasaran, namun ia sedih melihat Rusa itu telah meregang nyawa.

Arraf berjalan santai menghampiri Ayu yang masih duduk berjongkok menatap nanar ke binatang itu. Semakin hari istri kecilnya semakin menganggumkan. Dalam beberapa kali latihan, Ayu berhasil memainkan busur panah.

Lentera Kanwi (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang