03. Pernikahan

2.7K 247 17
                                    

Ayu memandangi pantulan dirinya di depan cermin. Baru saja ia mengganti pakaiannya yang basah menjadi sebuah gaun berwarna biru laut dengan bando bunga putih di kepalanya. Beberapa anak kecil mendatanginya dan memberikan bando itu dan meminta Ayu untuk mengenakannya pada saat acara berlangsung.

Tentu saja Ayu menerimanya dengan senang hati. Ayu tersenyum senang menatap keindahan dirinya di cermin. Gaun itu sangat cantik dengan aksen brukat di sepanjang dada dan sisi gaun yang jatuh. Gaun itu juga diberikan oleh penduduk suku sebagai hadiah karena Ayu sudah menjadi bagian dari mereka.

Asik menatap dirinya di depan cermin, Ayu tersadar ketika netranya tertangkap olehnya. Ia mendekatkan dirinya ke depan cermin dan terkejut melihat netra hitamnya ada garis melengkung membentuk pola. Pola itu juga ada di mata Denai dan Sagar saat Ayu melihatnya tak sengaja. Mirip juga dengan pria yang menemaninya di Danau.

Ayu menduga bahwa pola tersebut adalah ciri khas penduduk suku. Mengingat akan pemberkatan yang telah ia lakukan Ayu merasa takjub. Ayu seperti di sebuah film fantasi yang hidupnya dikelilingi magis padahal Ayu menganggap kekuatan magis itu hanyalah buatan manusia untuk membodohi orang.

Magis itu muncul pada saat Ayu berenang di Danau tadi. Seketika pendiriannya tentang magis itu mustahil ada, lenyap. Ayu akhirnya mempercayainya setelah ia menghadapinya tanpa persiapan apapun.

Tak lama Denai datang menghampiri Ayu di ruangan. Ayu menoleh dan tersenyum.

"Kau sangat cantik, Nak." Denai membelai rambut panjang Ayu yang sengaja digerai. Bando dan gaun yang melekat itu sangat cocok. Ayu terlihat anggun malam ini.

Ayu semakin mengangkat senyumannya. "Terima kasih."

"Panggil aku Mak Denai." Denai mengarahkan bahu Ayu agar mereka saling berhadapan. "Sekarang kau adalah anakku." Denai tersenyum dan memeluk Ayu erat seakan tak ada hari esok. Beruntung eratannya tak membuat Ayu kesulitan bernapas.

Tak lama Sagar ikut masuk ke dalam ruangan menghampiri Denai dan Ayu. Ia terlarut akan kasih yang Denai berikan pada Ayu dan Sagar mengelus puncak rambut Ayu sebagai tanda bahwa ia juga sama bahagianya dengan Denai.

"Sebentar lagi acara sambutan dirimu dimulai."

Ayu menganguk. Mendadak Ayu begitu semangat. Tak sabar untuk menikmati acara yang khusus dibuatkan atas kehadirannya di sana.

"Ayu sudah makan?"

Ayu mengangguk. "Sudah, papa?"

"Baba. Aku tidak suka kau memanggilku papa. Kesannya aku sudah tua."

"Kau memang sudah tua, Sagar." Sekuat tenaga Ayu menyembuyikan senyuman gelinya karena Sagar memasang wajah cemberut karena Denai mengoreksi ucapannya.

"Makanmu banyak 'kan? Malam ini kau akan sibuk."

"Apa acara penyambutanku akan memakan waktu berjam-jam?"

"Tak hanya penyambutanmu. Kau akan menikah malam ini?"

Seketika senyum Ayu memudar, mengerjap perlahan lalu bergeming. Ayu sibuk memikirkan ucapan Sagar barusan.

"Menikah? Haruskah—maksudku—kenapa aku harus menikah malam ini? Siapa yang akan menikahiku? Apakah ini juga bentuk ritual suku ini?"

Protes Ayu membuat Denai dan Sagar memandangnya dengan sirat tak Ayu mengerti. Denai menoleh kepada Sagar dan memintanya untuk keluar ruangan. Membiarkan Denai membicarakan hal ini hanya berdua saja dengan Ayu. Sagar mengangguk, kemudian ia pergi meninggalkan mereka.

Denai mulai menarik lengan Ayu dengan lembut dan mereka duduk di tepi kasur. Ayu menurut dan mengikuti langkah Denai yang masih bergeming.

Denai mengelus lengan Ayu agar gadis itu tenang, lalu mulai membuka pembicaraan dengan perlahan dan hati-hati.

Lentera Kanwi (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang