21. Arrafik Handers Pati

1K 79 1
                                    

Oniel kembali menghela nafas secara kasar, gusarnya semakin menjadi-jadi. Barusan Joe mengabarinya mengenai alat pelacak Bagas dan Gita, bahwa alat itu memang sudah tidak berfungsi. Pikirannya bercabang dengan dugaan yang baik ataupun buruk; baiknya mungkin alat itu terlepas atau terjatuh secara tak sengaja, buruknya adalah Bagas dan Gita dalam keadaan berbahaya.

Perasaannya semakin kacau saat Joe mengatakan bahwa Hutan di dekat Sungai Langsa masih ada beberapa hewan buas yang tinggal dan berkeliaran disana.

Oniel menggoyangkan sebelah kakinya ke atas dan ke bawah, sambil memaksa otaknya bekerja untuk mencari ide. Saat ini Joe sudah bergerak untuk mencari keberadaan mereka. Tapi Oniel tidak sabar, ia ingin mendapat kabar sesegera mungkin.

Mereka nggak hilang.. Mereka nggak hilang..

Mereka baik-baik saja.. Mereka baik-baik saja..

Mereka harus ketemu.. harus.. harus..

Ponsel Oniel berbunyi, segera Oniel menjawab panggilan telepon dari Joe.

"Bagaimana Joe? Tolong katakan berita baik." Ucap Oniel yang tidak sabaran.

"Mereka baik-baik saja Tuan. Sekarang mereka sudah menemukan Nona Melayu."

Oniel menghela nafas panjang karena lega mendengar kabar baik itu.

"Jadi mereka di mana sekarang? Bagaimana keadaan mereka?"

"Mereka tinggal di sebuah Rumah atau Pondok di daerah terpencil. Saat ini mereka sedang ke dalam Hutan untuk mencari bahan makanan."

Oniel mengernyit. "Mencari bahan makanan?"

"Iya Tuan." Jawab Joe.

"Mereka tidak ada niat untuk pulang ke Kota?"

Joe sempat terdiam, tak lama ia menjawab. "Saat ini mereka ingin tinggal bersama Nona dengan keluarga baru Nona disana untuk sementara waktu Tuan."

Oniel memejamkan matanya. mendengar kata Keluarga Baru membuat dada nya kembali nyeri.

"Apa anda ingin berbicara pada mereka?"

"Mereka sedang bersamamu?" Tanyanya sedikit ragu. Ia belum siap jika ada Ayu di sana.

Kemudian suara seorang Gadis terdengar oleh Oniel.

"Hallo Om, ini Gita. Kami baik-baik saja. Kami sudah menemukan Ayu, Om. Kami berhasil."

Oniel tersenyum lega. "Syukur kalau begitu. Bagaimana keadaan Melayu di sana?" Tanya Oniel tanpa basa-basi.

"Ayu baik-baik aja Om. Bentar lagi kami akan bermain dengannya dan teman-teman lain."

Oniel menaikan alisnya. "Ayu?"

"Iya Om, Ayu—maksudnya Melayu. Disini kami harus memanggilnya Ayu, karena Melayu ingin dipanggil nama itu."

Awalnya Oniel mengerutkan dahi, tak lama ia mengangguk pelan. "Baiklah kalau gitu."

"Om.." Sahut Gita lagi.

"Aku cuma mau bilang kalau Ayu merindukan Om Oniel. Om ada titip pesan buat Ayu?"

Oniel bergeming sesaat. Lidahnya kebas untuk mengucapkan sesuatu, ia hanya bisa tersenyum tipis.

"Om."

"Bersenang-senanglah kalian di sana. Katakan saja kapan kalian mau pulang, saya akan pastikan kalian pulang dengan selamat." Ucap Oniel terakhir. Ia mematikan sambungan telepon, menggeletakkan ponselnya lalu mengusap wajah tampannya.

Lentera Kanwi (Repost)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang