20. Ayu Ditemukan

940 85 0
                                    

Matahari mulai turun menggelapi Kota. Hari ini adalah hari kedua Bagas dan Gita melakukan pencarian, namun hasilnya belum ada perkembangan. Kedua mata sayu Oniel masih siaga memantau pergerakan bintik merah itu di layar iPadnya.

Seketika Oniel panik saat bintik merah di layar iPad menghilang begitu saja. Awalnya ia kira iPadnya bermasalah. Saat diselidiki dan dicek oleh Joe, kemungkinan alat pelacak yang diselipkan di kerah pakaian Gita dan Bagas rusak atau terlepas di dalam Hutan.

Oniel memekik gusar, langsung meminta Joe untuk mengerahkan Anak buahnya berpencar mencari mereka di Hutan saat ini juga. Dadanya seolah diremas, begitu cemas dengan keadaan mereka. Membayangkan mereka sedang ketakutan disana dan mengalami kesulitan, entah mereka tersesat atau ada hewan buas yang menghampiri mereka.

Tidak mungkin? Tidak! Gita dan Bagas baik-baik saja. Iya!
Oniel menggeleng kepala menghapus pikiran jelek itu.

Sebelum Joe keluar dari ruangan kerja Oniel, tak lama suara decitan pintu terdengar. Oniel melihat seorang pria tua berpakaian rapih memasuki ruangannya dan melangkah ke meja kerja. Meskipun rambutnya sudah putih menyeluruh dengan kerutan di kedua sudut mata terlihat, namun aura pongahnya masih jelas terasa. Berbadan tinggi dan bugar tidak memperlihatkan pria tua itu telah memasuki umur tujuh puluh lima tahun.

Oniel dan Joe menatap kehadiran pria itu, pria itu duduk di kursi kokoh depan meja kerja lalu menyila sebelah kaki jenjangnya.

"Apa kabarmu, nak? Sudah lama aku nggak mampir."

Oniel menyeringai, ia tahu bila Gharin mendatanginya karena telah memantau kegiatannya bersama Joe. Gharin bagaikan alat pemantau, selalu tahu apa yang Oniel lakukan setiap saat.

"Ayah melihat beberapa anak buahmu mondar-mandir di area gedung kantor. Apa ada masalah?"

"Kau selalu tahu kalau aku baik-baik saja. Dan untuk apa kau menanyakan anak buahku? Apakah seorang Gharin Sendjaja tidak memiliki aktifitas lain hingga kau menanyakan kenapa anak buahku bebas berkeliaran di gedung kantor? Jikalau aku ada masalah, pasti kau sudah tahu itu tanpa menanyakanku terlebih dahulu." Ucap Oniel sinis tanpa membiarkan Gharin menjawabnya, sambil menuangkan minuman Vodka ke dalam gelas kaca yang telah tersedia di sudut meja kerja.

Gharin hanya menatap kegiatan Oniel dalam diam, Oniel memberikan minuman pertama pada nya. Kemudian ia menuangkan kembali ke gelas kaca lainnya untuk dirinya.

"Jadi kenapa seorang Gharin Sendjaja berkunjung ke ruang kerjaku?" Tanya Oniel sambil menyesap minumannya.

Gharin masih bungkam memandangi anak semata wayangnya. Tak lama ia terkekeh pelan. "Apa salahnya berkunjung dan menjenguk anakku bekerja?"

Oniel menertawainya dengan keras setelah mendengar ucapan Gharin. Namun Gharin bergeming sambil menatap tajam kearah Oniel yang masih sibuk tertawa di depannya.

"Ada yang salah?" ketus Gharin.

Oniel menggeleng sambil memegangi perutnya. "Tidak ada." Seketika Oniel berhenti tertawa, rahangnya terkatup sambil membalas tatapan Gharin. "Tidak ada yang salah. Itu adalah pertanyaan manusia normal pada umumnya."

"Apa aku tidak terlihat seperti manusia normal?" Gharin geram menaikan suaranya satu oktaf. Lalu Oniel mengendikan bahu sambil merebahkan punggung nya disenderan kursi. Joe masih setia berdiri tegap disamping meja kerja Oniel, hanya diam mendengarkan seorang Ayah dan Anak saling berkata pedas.

"Mungkin."

Suasana ruangan minimalis namun mewah itu hening seketika. Keheningan tidak menghentikan dua pria berparas tampan itu saling memberikan tatapan dingin.

Lentera Kanwi (Repost)Where stories live. Discover now