37. Ayah Kandung Ayu

754 67 0
                                    

Ayu menyatukan alis, membuka mata perlahan lalu mengerjap, bibirnya mengeluarkan suara rintih karena rasa sakit yang menjalar di sekujur tubuhnya.

Kemudian kedua matanya menyebarkan pandangan, ia terbaring di sebuah kasur ukuran besar dalam keadaan kedua tangan dan kaki yang terikat kuat. Lalu pandangannya mengitari sebuah kamar luas dengan cat dinding berwarna putih gading, terlihat ruangan tersebut dihuni dan terawat.

Di sana hanya terisi oleh satu kasur tidur dan meja nakas, lemari pakaian, meja rias, serta dua pintu berbeda posisi yang di mana pintu tersebut merupakan pintu kamar mandi dan pintu kamar.

Bulir air mata Ayu jatuh menetes dari sudut matanya, ingatannya terlintas saat ia disekap beberapa waktu yang lalu oleh beberapa pria tidak dikenal yang bertujuan untuk membunuhnya.

Ayu memejamkan kedua matanya, badannya langsung menggigil memikirkan apakah nasibnya akan terulang lagi seperti dulu. Apa ia disekap lagi oleh orang yang tidak dikenal, lalu ia akan dibunuh. Entah bagaimanaa dan dengan cara apa orang itu akan membunuhnya.

Namun Ayu yakin kalaupun ia akan kembali kabur dari penyekapan ini, orang itu tidak akan membiarkannya kembali lolos. Meskipun Ayu kembali tenggelam di Sungai Langsa. Orang itu akan memastikan bahwa Ayu benar-benar tenggelam dan tidak akan kembali lagi.

Setidaknya Ayu memiliki keinginan sebelum dia meninggalkan Bumi. Ayu penasaran, siapa sebenarnya sosok dibalik semua kejadian ini. Siapa sosok orang yang ingin mengakhiri hidupnya, dan apa alasan orang itu terhadapnya. Alasan kuat apa yang membuat orang itu ingin membunuhnya. Apabila orang itu berhasil membunuhnya, akankah hidupnya bahagia.

Ayu terisak, ia memiringkan badannya ke samping lalu menutupi wajahnya dengan sebuah bantal. Ayu menggeram dan berteriak dibalik bantal itu, menangis sejadi-jadinya. Hatinya sungguh perih dan hancur menerima takdir hidupnya seperti ini.

Ayu tersadar, sampai kapanpun Ayu tidak akan pernah bisa meraih harapannya. Harapan untuk tinggal bersama orang-orang yang mencintainya, tinggal bersama orang-orang yang menerima dirinya. Harapan itu benar pupus, melihat ia kembali disekap sendirian disana tanpa ada yang menemaninya. Tidak ada Oniel yang menolongnya, tidak ada Arraf yang berada di sisinya. Serta tidak ada yang orang lain yang menyemangatinya.

Rasa sakit di tubuhnya kembali menghinggap, ditambah rasa nyeri di dadanya kian menjalar. Rasa nyeri itu berhasil membuat Ayu menangis sesegukan. Tidak peduli bila orang lain akan mendengar tangisannya, Ayu sudah tidak kuat untuk menerima kenyataan saat ini. Rasanya ia ingin meminta para penyekap itu untuk segera membunuhnya. Hingga pikirannya kosong, ia lupa bila ada nyawa bersarang di dalam perutnya.

Tak lama kemudian tangisan Ayu terhenti setelah mendengar pintu kamar terbuka. Clara memasuki kamar yang ditinggali Ayu, pakaiannya telah diganti dengan serba hitam. Baju berlengan panjang berbahan katun serta celana hitam panjang. Rambut panjangnya diikat ke belakang, mengenakan jam tangan dengan warna senada dan sepatu berwarna putih.

Clara dan Ayu saling berpandangan sejenak setelah Clara sudah mendekati Ayu disisi ranjang. Clara memasang wajah dingin dan Ayu memasang wajah datar dan sembab akibat menangis. Ayu tidak kaget melihat Clara telah berdiri di hadapannya, ia sudah menduga bahwa dibalik perbuatan ini semua adalah ulah Ibu kandungnya sendiri.

Hati Ayu seolah membeku seketika, ia sudah tidak peduli bila Clara ingin dirinya meninggalkan bumi. Ayu akan mempermudah keinginan Clara agar segera terwujud, karena saat ini harapan Ayu untuk hidup bahagia hanya angin berlalu. Tidak ada gairah untuk melanjutkan hidup lagi.

Lalu Ayu melihat kegiatan Clara duduk di sisi kasur, tatapan Clara padanya belum terputus. Suasana kamar begitu hening, mereka terdiam tanpa mengeluarkan suara apapun. Kecuali hembusan napas melalui hidung mereka.

Lentera Kanwi (Repost)Where stories live. Discover now