27. Tangan Kanan Oniel

686 58 1
                                    

Seorang pria berpakaian formal menarik kerah seorang anak buahnya hingga mendongak ke atas. Napas pria itu memburu sembari membulatkan kedua matanya, guratan leher hingga pelipis terbentuk, menandakan bahwa ia sedang menahan emosi untuk tidak memukul pria bernama Collin—yang merupakan anak buahnya telah memejamkan matanya karena takut melihat pria itu yang berada tepat didepan nya.

Pria berpakaian jas lengkap berwarna silver memandang dengan tatapan intimidasi dan berkilat, tanpa menatapnya pun Collin dapat merasakan aura gelap dan dingin itu. Membuat bulu kuduknya berdiri seperti membeku.

"Kau tidak berbohong padaku 'kan?" Tanya pria itu pada Collin dengan nada kalimat menekan.

"Be—benar Tuan. Gadis itu masih hidup. Kami terus mengikuti kegiatan Joe sampai saat ini. Dan informasi terakhir Joe sering mampir ke tempat gadis itu setiap akhir pekan. Gadis itu menetap disebuah desa yang jauh dari Kota." Jelas Collin yang masih memejamkan matanya karena ketakutan. Di dalam hatinya ia berdoa supaya pria itu tidak melakukan apapun pada dirinya.

Pria itu melepaskan kerah pakaiannya kasar. Tatapannya masih berkilat ke sembarang arah. Ia tidak menyangka bahwa Ayu masih hidup, dan Joe sering menghampiri nya setiap akhir pekan. Ia menyeringai sinis, ia mengangumi kegiatan Oniel selama ini dibelakangnya, sampai ia sedikit kecolongan.

Pria itu membalikkan tubuh sambil bertolak pinggang, lalu menarik nafas dan membuangnya untuk meredam emosi. Ia mengibaskan tangannya, meminta Collin meninggalkannya seorang diri.

Ia berjalan menuju dinding kaca itu, pemandangan Kota terpapar disana dialihkan dengan pantulan dirinya. Ia menatap tajam pada pantulan itu, rasa panas menjalar dan berkumpul didalam kepalanya hingga ia ingin menghancurkan apa saja yang ia lihat.

Kemudian dua nama itu muncul didalam kepalanya; Oniel dan Melayu. Dua orang yang sebenarnya ia begitu sayangi, namun dua orang itu juga yang akan membuat pertahanan dirinya yang ia bangun susah payah hancur seperti serpihan kaca.

Terutama Ayu—perempuan cantik yang tidak diinginkan, perempuan yang terpaksa dilahirkan karena kecelakaan, namun ia akui bahwa Ayu adalah cerminan dirinya. Selain anak kandungnya, ia memiliki sifat impulsive dan ambisius, itu adalah sifatnya yang mendarah daging dan turun ke dalam diri perempuan itu.

Ingatan peristiwa itu kembali terekam di kepalanya. Bayangan Ayu menangis tersendu-sendu saat perempuan itu diculik dan disekap oleh beberapa anak buahnya di Rumah tua, lalu melarikan diri dan berhasil terbebas dari kejaran anak buahnya meskipun akhirnya Ayu tenggelam ke dalam Sungai.

Sejujurnya dirinya teriris melihat Ayu begitu tersiksa pada hari itu. Demi menjaga nama baik yang telah ia bangun dirinya ia harus mengorbankan perempuan itu, satu-satunya cara dengan membunuhnya.

Baginya Ayu adalah sumber kehancuran dalam kehidupannya. Ayu bagaikan bom atom yang bisa meledak kapan saja dan di mana saja.

Dan apabila Ayu seperti itu, justru ia ingin menjadikan perempuan itu untuk menghancurkan orang-orang yang berusaha untuk menyingkirkannya. Meskipun salah satunya adalah Oniel.

Pria itu menyeringai saat ucapan anak buahnya kembali terlintas. Ayu masih hidup dan tinggal di sebuah desa terpencil. Lalu Joe juga sering mengunjungi perempuan itu, pasti Oniel juga sudah tahu mengenai hal ini.

Pria itu mengeluarkan ponsel dari saku nya, mengetuk layar dan mendekati nya di telinga kanan nya. Ia menunggu suara sambungan telepon, kemudian terdengar telepon terangkat dari sana.

"Temui aku sekarang. Aku ingin membahas mengenai anak perempuanmu." Pria itu menjauhi ponsel dan kembali menaru di dalam saku.

******

Lentera Kanwi (Repost)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora