32. Sejiwa Terpisah

711 68 1
                                    

Satuk berjalan menyusuri Hutan sambil menggendong Ayu ke dalam dekapannya. Saat ini perasaan Satuk sungguh menyesal karena ia harus membuat Ayu pingsan dipelukannya karena ia telah memukul titik saraf punggung Ayu sehingga jatuh pingsan.

Satuk terpaksa melakukan hal ini karena Satuk sudah memiliki rencana yang telah ia buat diawal, dan sekarang ia akan membawa wanita itu pergi meninggalkan Suku Kanwi.

Satuk tiba di perbatasan Kota. Ia menurunkan tubuh Ayu dengan hati-hati untuk bersender di pohon besar. Setelah itu, ia mengeluarkan ponsel lalu mengaktifkannya. Ia mengetik nomor telepon dan mendial. Nada sambung memenuhi telinga kirinya, menunggu seseorang disana mengangkat teleponnya.

"Halo.."

"Gue udah diperbatasan. Lo di mana?"

"Satu jam lagi gue tiba. Tunggu sebentar lagi."

"Baiklah, tolong cepat sedikit."

Satuk memutuskan teleponnya. Ia menaru ponsel itu di saku celana dan kembali menatap wajah Ayu yang masih tertidur karena pingsan.

Satuk membelai pipi kanan Ayu dengan lembut, ia tersenyum kecut mengingat Ayu menolak cintanya. Namun Satuk tidak menyesal sedikitpun, mengungkapkan perasaannya begitu melegakan untuknya. Ia hanya ingin Ayu tahu tentang perasaannya, karena memang dari awal ia tahu kalau Ayu akan menolaknya demi pria brengsek yang mudah menceraikan Ayu tanpa berpikir ulang.

Mengingat Arraf meninggalkan pondok dan meninggalkan Ayu dengan mudahnya seperti barang membuat Satuk mengepalkan kedua tangannya dengan kuat, hingga kukunya memutih.

Sebuah mobil Range Rover hitam tiba mendekati posisi Satuk. Keluarlah dua orang berpakaian hitam lengkap dengan kabel yang tertempel di sebelah kuping mereka.

"Satuk,"

Satuk menyapa dua orang itu, mereka adalah Joe bersama rekannya.

"Nona Melayu 'kan?!"

"Cepat bukain pintu mobilnya, biar gue bawa Ayu ke dalam mobil." Potong Satuk agar segera membawa Ayu masuk ke dalam mobil Joe.

Rekan Joe langsung menuruti permintaan Satuk, namun Joe hanya memandang bingung kearah Satuk yang menggendong Ayu menuju kedalam mobil hitam gagah itu.

"Kenapa lo bawa Nona ke sini? Nona kenapa nggak sadarkan diri?" Tanya Joe bingung. Sebelumnya Satuk menghubungi Joe untuk kembali datang ke perbatasan esok hari. Saat itu Satuk tidak menjelaskan kenapa ia mendesak Joe untuk datang.

Satuk merebahkan tubuh Ayu di jok mobil itu, lalu menutup pintu itu sebelum menjawab pertanyaan Joe.

"Bawa dia pergi dari sini. Pastikan jangan sampai Ayu datang ke sini lagi."

"Ada sesuatu yang terjadi?" Joe tanya kembali dengan dahi yang berkerut.

"Sekarang Ayu sudah diceraikan suaminya. Jadi bawa dia pergi sejauh mungkin."

Joe membulatkan kedua matanya, menampilkan manik bulat penuh berwarna hitam itu.

"Apa yang terjadi? Bukankah lo bilang Nona dan Arrafik baik-baik saja? Ada apa, Satuk?"

Satuk menghirup napas lalu membuangnya dengan kasar. "Arraf sudah tahu semuanya."

Joe menambah kerutan di dahi hingga kedua matanya menyipit. "Apa maksud lo?"

"Arraf sudah tahu kalau Ayu adalah Melayu Sendjaja. Setelah Arraf tahu ia langsung menceraikannya secara sepihak. Dan sudah empat hari ini Arraf meninggalkan Ayu, tidak ada tanda dia balik ke Pondok atau kabar tentangnya. Dia menghilang begitu saja."

Dada Satuk bergemuruh menceritakan ulang kejadian itu. Membuat Joe tidak berhenti menatap Satuk dengan sorot mata tidak percaya. Saat ini Joe hanya memandangi wajah Ayu dengan raut kesedihan, di umur delapan belas tahun Ayu sudah harus menyandang status seorang janda secepat ini.

Lentera Kanwi (Repost)Where stories live. Discover now