49. Cakra (Last Part)

2.2K 101 18
                                    

27 tahun kemudian..

Seseorang bersidekap di ambang pintu, sorot matanya yang tajam memperhatikan kegiatan seseorang yang sedang mengumpulkan daun kering di halaman depan rumah. Jemari lentik itu tidak menunjukan rasa lelahnya meski goresan tipis memerah tampak disana. Bahkan terik matahari yang sudah tinggi tak mengalahkan semangatnya untuk membersihkan kebun bersama seseorang lainnya yang juga berbuat hal yang sama.

Seorang gadis cantik berumur dua puluh tiga tahun, rambut panjang yang terkepang kuat setelah ibunya mendandaninya, memiliki mata bulat yang indah dengan manik berpola gelombang, serta bibir tipis yang sedang tersenyum ketika mendapati dirinya diperhatikan dari jauh.

Gadis itu melambaikan tangannya, memanggil seseorang untuk ikut bersamanya. Tapi orang yang dipanggilnya masih sibuk berdiam diri disana, bersidekap dengan tatapan tajam.

Dia hanya menghembuskan nafas, daripada membuang waktu ia kembali membersikan daun kering itu untuk dibuang ke dalam lubang yang sengaja dibuat untuk membuang sampah daun itu.

Aluna, dia membawa kumpulan daun itu dengan pengki besar menuju lubang tersebut. Disusul dengan teman sedari kecil nya dan telah dianggap sebagai kakak ikut membuang daun disana, Loki.

"Sudah semua kan? Aku timbun dengan tanah ya."

Anggukan setuju dilakukan oleh Aluna. Lalu Loki meraih cangkul dan mulai mengaruk tanah untuk menimbun daun. Aluna asik memperhatikan Loki yang sedang mengerjakan tugasnya, sedangkan pria di ambang pintu masih betah memperhatikan mereka dengan tatapan yang semakin terlihat tidak suka.

Disisi lain, seorang pria paruh baya datang menghampiri seseorang yang masih diam di ambang pintu. Umurnya yang bertambah tua tak menghilangkan aura kuat dari pria itu, wajah tampannya sengaja ditumbuhi rambut halus di sekitar dagu hingga rahang. Arraf menepuk bahunya dua kali.

"Udah nggak usah cemburu. Loki hanya bantu Aluna buang sampah."

"Siapa yang cemburu?" ketusnya tanpa menoleh ke Arraf. Masih sibuk melihat Aluna bersorak senang ketika Loki telah menyelesaikan tugasnya.

Arraf tahu jika anak semata wayangnya sedang cemburu. Memang watak anaknya memiliki gengsi yang cukup tinggi. Bilangnya tidak cemburu tapi wajahnya mendelik tidak suka. Arraf mendengus geli.

"Mending kau ke halaman belakang. Pamanmu butuh bantuanmu."

Arraf beranjak pergi membiarkan Cakra menyelesaikan kegiatan cemburunya. Tak lama Cakra berlalu menuju halaman belakang.

Ketika sampai di halaman belakang, Cakra melihat Satuk sedang menyusun bongkahan kayu, sedang ditata dan disejajarkan sama tinggi. Cakra mendekati Satuk seraya membuka kaos nya, lalu ia letakkan sembarang dan mulai mengambil beberapa kayu yang masih belum tersusun rapih.

Cakra bawa beberapa kayu itu, ia gendong di satu bahunya, lalu diberikan ke Satuk. Kemudian ia kembali lagi ke tempat kayu lalu diulang lagi seperti tadi.

Pekerjaan selesai dengan cepat. Satuk dan Cakra duduk bersebelahan sambil menikmati minuman yang telah dibawakan oleh Gita. Sempat terdiam beberapa menit, hingga Satuk membuka obrolan.

"Loki udah menghadap ke gue, dia bilang kalo dia suka sama Aluna."

"Maksudnya gimana?"

"Lo kapan ngomong sama gue kalo lo suka sama Aluna? Jangan PHP-in anak gue." ujar Satuk dengan sinis. Berbeda dengan Arraf, Cakra memiliki ego yang tinggi. Namun egonya malah mementingkan orang lain.

"Aluna diambil Loki tau rasa lo!" tambah Satuk semakin ketus. Sengaja ngeledek Cakra biar segera bergerak cepat.

"Aku hanya nggak mau nyakitin hati Loki, paman. Aku udah anggap Loki kayak adikku sendiri."

Lentera Kanwi (Repost)Where stories live. Discover now