08. Tamu Jauh

1.7K 159 9
                                    

Ayu mengerjap, menyebari pandangan yang terlihat gelap dan kosong. Ia meraba udara, melangkah sembarangan berusaha untuk mencari sesuatu yang dapat ia sentuh. Maniknya menangkap kilatan cahaya dari kejauhan, Ayu mengejar pantulan kilatan itu.

Pantulan itu mengarah ke sebuah Pondok besar. Pondok besar kokoh dan kuat. Pondok tersebut memancarkan cahaya putih, membuat Ayu tertarik untuk melangkah ke Pondok itu.

Namun Ayu berhenti, cahaya putih di Pondok tersebut seakan diselimuti oleh cahaya merah menggelap. Di dalam Pondok itu Ayu melihat sosok Arraf yang berdiri dengan aura yang sama dengan cahaya itu. Bahkan aura itu terlihat lebih merah menuju Hitam pekat.

Ayu berteriak memanggil Arraf, namun Arraf mengacuhkannya. Arraf melangkah menuju kursi kayu yang telah diduduki oleh seseorang. Orang itu adalah Ranum.

Arraf mendekati Ranum dengan tatapan tajam. Ayu terus meneriaki Arraf hingga ia melihat Arraf mencabik tubuh Ranum dengan sebuah parang panjang tanpa ampun.

"Arraf!!"

Ayu terbangun, ia menyeka bulir air mata yang tumpah sambil meringis. Ia kembali melihat perban membelit tubuh nya.

Ia meraba benda di sekitar nya, ia terbaring didalam kamar Pondok. Ayu kembali teringat, bunuh diri di dalam Hutan dengan ranting pohon. Kemudian ia mengingat bayangan Arraf setelah ia melakukan bunuh diri. Apa bayangan itu nyata? Batinnya sambil mengerutkan dahi.

Namun Ayu kembali memastikan bahwa itu bukanlah bayangan. Hatinya berkata memang Arraflah bayangan itu dan telah membawanya ke Pondok.

Kemudian Ayu teringat kembali dengan mimpinya, ia bangkit dan melihat Denai sedang duduk di tepi kasur.

Ayu yakin bahwa mimpi nya akan menjadi nyata, nafasnya memburu. Dengan segera ia bangkit dan berusaha untuk beranjak meninggalkan kamar.

Denai yang melihat Ayu beranjak segera menarik lengan nya. "Nak, jangan keluar! Kamu harus tetap disini!"

Ayu menggeleng sambil meringis menahan rasa sakitnya, "Aku harus menghentikan Arraf Mak. Aku nggak mau mimpiku menjadi kenyataan."

Denai terkejut bukan main, lidah kelunya memaksa untuk bertanya pada Ayu, "Apa maksudmu, Nak?"

"Di mimpiku, Arraf menghukum Ranum dengan mencabik-cabik tubuhnya sampai Ranum mati. Aku nggak mau Arraf seperti itu, aku nggak mau Arraf bunuh Ranum."

Denai terpaku. Tanpa berlama-lama Ayu kembali melangkah, berusaha menahan rasa sakit diseluruh tubuhnya. Kemudian Denai membantu Ayu memapah, mereka berdua melangkah menuju Pondok Tetua.

Mereka berjalan melawan angin yang terus berhembus menghambat jalan mereka.

Ayu memandangi Pondok Tua itu, terlihat awan hitam berada di atas Pondok. Dan ada beberapa kilatan petir bermunculan.

Mereka tiba sambil menyeruak, para penduduk memandangi kehadiran mereka dengan tatapan dingin. Berprasangka bencana ini adalah awal mula mala petaka untuk mereka hadapi.

Ayu tidak peduli dengan tatapan para penduduk itu, ia hanya peduli dengan suami nya saat ini. Ayu dan Denai berhasil memasuki Pondok itu, terlihat Sagar dan beberapa warga Suku berusaha menyadarkan Arraf yang sedang memandang kosong kepada Ranum yang telah dibelenggu di kursi.

Sagar mendekati Arraf, namun langkah nya terhenti seolah ia menabrak dinding pelindung transparan.

Sagar bergumam mantra, angin mulai menghampiri dan berhembus pelan membuat suasana sedikit kondusif. Ranum terus menangis sambil meronta ketakutan, ia masih menatap Arraf yang masih bergumam sambil melayangkan tatapan tajam.

Lentera Kanwi (Repost)Where stories live. Discover now