RIONEL || TIGA

66.2K 3.9K 9
                                    

Vote
.
.
.
Komen
.
.
.
Share

Happy Reading



Rion yang baru saja pulang dari markas setelah pukul tengah satu malam, memasuki rumahnya dengan langkah kaki yang sangat pelan. Pemuda itu mengendap-endap agar tidak menimbulkan suara. Dan sedari tadi dia selalu mengumbar senyum tipisnya karena dia berfikir bahwa kedua orang tuanya sudah tertidur melihat semua lampu sudah dimatikan.

Namun, saat menaiki tangga terakhir hendak ke kamarnya, pemuda itu berhenti di tangga paling atas saat lampu tiba-tiba saja menyala.

"Shit!!" umpatnya dan membalikkan badannya. Menggarut tengkuk dan mengerang kesal.

"Dari mana aja kamu?" tanya Arya--papahnya yang duduk di sofa yang berada di ruang tamu bersama dengan Reni---mamanya. Menatap dirinya dengan ekspresi datar namun memendam kemarahan.

Rion mendengus pelan dan mengalihkan pandangannya. "Markas," jawabnya singkat.

"Rion, turun! Duduk di depan papah!" ucap Arya tegas.

Lagi-lagi Rion mendengus kesal namun tetap menuruti ucapan papahnya itu. Dia turun dari tangga dan duduk di depan Arya. Tatapan kedua pria yang berbeda usia itu selalu tajam. Seolah keduanya mempunyai dendam yang sangat besar. Saling tatap dan diam dengan waktu yang cukup lama.

"Kamu tau jam berapa ini?" tanya Arya dengan suara dingin dan beratnya.

Namun, bukannya Rion semakin takut, pemuda itu malah terkekeh geli. "Pah... Pah... di belakang Papa ada jam dinding besar, kenapa harus nanya sama Rion?" jawabnya santai.

"RION! JANGAN BUAT PAPA MARAH!! DASAR ANAK KURANG AJAR KAMU!" murka Arya dan mengepalkan tangannya hingga menimbulkan urat-uratnya.  Suara pria itu menggema di ruangan yang terasa sangat hening itu.

"Yes, I'm. Dan anak kurang ajar ini adalah anakmu," jawabnya dengan candaan. Masih dengan bercanda tanpa melihat ekspresi marah Papanya. Dia tidak peduli dan bersikap santai.

Reni yang melihat itu hanya memejamkan matanya dan mengelus pundak suaminya, berharap emosi pria itu mereda. Seharusnya, ini waktu istirahat kepada suaminya itu, tapi Arya kekew dan menunggu Rion pulang keluyuran.

"Rion, dengar kata papah kamu, jangan buat papah kamu marah, nak," ujar wanita cantik itu dengan suara lembutnya.

Jika sudah Mamanya yang bicara, maka Rion tidak bisa apa-apa lagi. Pemuda itu menghela nafas berat dan mengangguk pelan. Tetapi tatapannya kepada ayahnya yang di depannya itu masih sama. Sangat tajam dan menusuk.

"Mulai besok, Papa gak mau lihat kamu keluar dari rumah ini selain ke sekolah." Arya mengancam.

"Ck! Kayak gak pernah muda aja! Rion itu anak laki-laki, jadi Rion bebas mau pergi ke mana aja!" Rion menyahut, dengan suara tinggi.

"Jangan membantah ucapan papah, Rion!!"

"Papa kenapa, sih? Ini hidup Rion, jangan mengurung Rion kayak anak cewek!!"

"Rion... kamu tau apa kesalahan kamu?" tanya Arya dengan nada serius. Bahkan lebih serius dari sebelumnya.

Rion yang melihat perubahan Papanya itu langsung mengerutkan keningnya. Dia menggelengkan kepala bertanda dia tidak tau atau bingung dengan pertanyaan Arya. Tidak mungkin hanya karena pulang terlambat kan? Biasanya juga Rion pulang terlambat. Bahkan lebih lambat dari sekarang.

RIONEL (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang