RIONEL || DUA PULUH

51.5K 2.4K 30
                                    

Utamakan Vote dan komennya, ditunggu sampai meledak😃



.
Happy Reading
.






  

 

Elena menatap punggung Sean yang semakin jauh. Barusan, dia menitipkan bekal kepada pemuda itu agar diberikan kepada Rion, dia sebenarnya hanya menyuruh meletakkan kedalam laci. Tidak menyerahkan secara langsung.

Dia melakukan itu karena Rion tidak makan pagi, dan juga melakukan kewajiban sebagai seorang istri? Atau sedang berusaha meluluhkan hati Rion yang sekelas baja, katanya dengan perhatian kan? Elena masih mengingat ucapan ibu mertuanya itu.

Lalu, setelah Sean tak nampak dari pandangannya lagi, dia pergi dari sana, menuju kelasnya dengan perasaan berdebar. Berfikir apa yang akan Rion lakukan saat tau dia mengiriminya bekal.

Tapi, tak ingin berfikir keras, Elena pun mengambil tempat duduknya sesampainya dia di kelas. Membuka buku dan membaca satu buku pengetahuan.

Lain halnya dengan Sean yang baru saja sampai di kelasnya. Dia letakkan bekal yang Elena berikan tadi ke dalam laci meja Rion dan dia sendiri mengambil tempat duduknya.

Tak lama, Rion masuk, bersama Ciko. Disusul Arland di belakang mereka.

Rion duduk di kursinya dan mengedarkan pandangan ke sekitar, sebelum tatapannya terkunci pada benda di dalam lacinya.

"Apa, nih?" Dia bertanya membuat ketiga temannya yang di sana menolehkan kepala melihat apa yang Rion tanyakan.

"Itu bekal, dari Elena. Tadi dia nitip sama gue." Sean manyahut sambil terkekeh. "Dia ... istri yang perhatian," lanjutnya berbisik pelan dan tertawa kecil.

Tapi, itu tak berpengaruh kepada Rion. Pemuda itu mengeraskan rahangnya dan berdecak. "Buang!" perintahnya jelas kepada Sean.

"Kenapa dibuang?" tanya Arland. "Hargai dikit lah istri lo, dia udah baik nyiapin bekal sama lo. Apa salahnya coba?"

Tatapan Rion tajam menatap ketiga temannya. Tangannya terkepal siap untuk memberi pukulan. Tapi, Sean langsung bertindak.

"Yaudah, biar gue yang makan nih bekal, pasti enak." Dia bawa makanan itu dari dalam laci lalu meletakkan ke atas mejanya. "Yakin gak mau?" Dia bertanya ulang kepada Rion.

Rion tidak menyahut. Pandangannya tertuju ke depan namun pandangan marah.

*
*

Jam pulang sekolah tiba, semua murid berhamburan keluar dari sekolah. Meninggalkan beberapa murid lagi yang tersisa di lapangan sekolah.

Berbeda dengan Elena yang baru saja mengemasi barang-barangnya. Lalu berjalan keluar dengan senyuman tipis, setidaknya dia tidak berdesak-desakan dengan siswa lainnya.

Saat dia sampai di dekat parkiran, dia menemukan Rion di sana, di atas motornya sambil menggunakan handphone. Elena berjalan ke sana, menghampiri pemuda itu.

"Rion," panggilnya membuat Rion mendongak menatapnya. Wajahnya langsung datar dan menatap Elena seperti tatapan muak. Itu terlihat jelas dari ekspresinya. "Kamu kenapa belum pulang?" tanyanya. "Mm ... aku ... boleh gak nebeng?" Elena mencoba memberanikan diri.

RIONEL (Telah Terbit)Where stories live. Discover now