RIONEL || TIGA PULUH EMPAT

51.9K 2.8K 24
                                    

UTAMAKAN VOTENYA. SATU VOTE SANGAT MEMBANTU SAYA.

KOMEN JUGA KALAU DAPAT TYPO...

SEMOGA BETAH SAMA CERITA SAYA INI!!

Happy Reading


Hari ini, Elena akan ditinggal Rion di apartemen. Dia tidak diizinkan sekolah karena masalah kemarin. Rion sendiri kini sudah siap dihadapannya, menggunakan seragam sekolah dan nampak urak-urakan. Rambutnya berantakan, bajunya keluar dan membuka  dua kencing atas baju seragamnya. Penampilan seperti biasa dan naasnya, Elena tidak berniat menyuruh Rion memperbaikinya. Karena, Rion terlihat menawan dengan penampilannya yang seperti itu.

Rion berjalan dari kamar menghampiri Elena yang duduk di sofa. Yang memperhatikan pemuda itu juga dengan raut sedih.

"Kamu udah mau berangkat, yah?" Elena bertanya dengan suara rendah.

Rion tersenyum dan mengangguk. "Iya, aku bakal berangkat." Dia berucap sambil mengambil tasnya di sebelah Elena. "Aku pergi yah."

Elena mengangguk lesu. Dia akan sendirian dan kesepian di sana.

Tapi saat Elena menunduk sedih, Rion kembali mundur. Dia menghampiri Elena dan berdiri di depan wanita itu, lalu menarik dagu Elena pelan membuatnya sontak terkejut. Tidak sampai di sana, Rion juga langsung menekukkan satu lututnya dan menempelkan bibirnya pada kening Elena. Seketika benda hangat dan lembut itu mengenai pelipisnya. Cukup lama membuat Elena membulatkan matanya.

"Aku pergi," katanya lagi dan menerbitkan senyuman manisnya. Mengelus pipi Elena menggunakan jempol. "Gak usah heran gitu. Mulai sekarang, kita harus bisa belajar hal-hal baik pada umumnya. Saling menghormati seperti status kita."

"Tapi---"

"Dan kamu harus mulai membiasakan diri mulai sekarang!" Rion bangkit berdiri dan menyela ucapan Elena. "Nanti aku bakalan pulang lebih awal. Gak akan ke markas lagi." Dia tahu kesedihan Elena karena ditinggal oleh dirinya. Jadi, dia hanya mencoba memberi hiburan. Walau tak berhasil karena Elena masih saja diam bergeming di tempat.

"El ...," panggil Rion. Elena tersentak dan mendongak menatapnya. "Aku mau pamit yah. Kamu hati-hati di rumah, jangan ke mana-mana dan gak usah kerja yang berat-berat. Paham, kan?"

Elena berguman dan mengangguk. "Iya," sahut Elena. Dia masih linglung, dan mencoba menetralkan detak jantung yang masih berdentum sedari tadi, entah karena terkejut atau hal lain, Elena tidak tahu.

Rion masih terdiam di sana saat Elena terlihat masih belum konsen. Tapi, tak lama Elena langsung meraih tangan Rion saat Rion hendak pergi melewatinya yang duduk di sofa.

"Kenapa?" tanya Rion. "Jangan bujuk aku lagi, yah!" kata Rion mengingat bagaimana Elena sedari tadi membujuknya agar dia diizinkan sekolah, tapi Rion tetap di pendiriannya. Tidak mengizinkan Elena sekolah untuk hari ini.

"Ngak!" sahut Elena dan tertawa. Dia ambil tangan Rion dan menciumnya tanpa berfikir dua kali. "Hal-hal baik harus kita biasakan, kan?"

Dan kali ini, Rion lah yang kaget dan terdiam. Tapi, detik berikutnya dia tersenyum dan mengangguk. Setelah Elena menyalimnya, dia mengacak rambut Elena gemas. "Udah cocok jadi Daddy dan Mommy nanti," katanya bercanda.

RIONEL (Telah Terbit)Where stories live. Discover now