RIONEL || EMPAT PULUH

52.4K 2.7K 36
                                    

Utamakan votenya.
Komen typo
Follow juga.



   Happy reading

Malam ini, saat Rion dan Elena baru selesai makan, mereka berdua menghabiskan waktu dengan menonton televisi di ruang tamu. Menonton siaran drama korea yang menjadi favorit Elena akhir-akhir ini.

Tapi, entak kenapa, hari ini Elena nampak tak fokus menonton. Dia masih berfikir tentang ucapan sang mertua, tentang dirinya yang hendak pulang kampung. Ya, karena dia juga merindukan kedua orang tuanya.

"Ri," panggil Elena di tengah-tengah ruang tamu yang sunyi dan hanya terdengar remang-remang suara tengah malam di sana.

Rion menoleh dan tersenyum, lalu bertanya, "Kenapa?" Tangannya juga langsung menggenggam tangan Elena sesekali mengelusnya lembut, tapi pandangannya kembali ke arah televisi, nampak jika sekarang dia yang paling minat menonton drama korea itu.

"Aku mau ngomong," ucap Elena bergumam.

"Oke," sahut Rion namun tak mengalihkan pandangannya dari televisi.

"Aku ... kangen ibu sama bapak di kampung," ujar Elena membuat Rion seketika menoleh menatapnya.

Rasa bersalah kembali menghantui Rion. Tangannya juga semakin erat menggenggam tangan Elena.

"Kamu ... mau telponan?" tanya Rion.

"Nggak," sahut Elena. "Aku mau ketemu sama mereka, peluk mereka dan ... habisin waktu sebentar di kampung."

Rion langsung terdiam membisu. Dia tidak tahu harus menjawab apa, situasi keduanya juga langsung terasa kaku.

"Apa boleh aku ketemu sama mereka?" Elena kembali bertanya. Wajahnya penuh harap menatap mata Rion dengan sangat dalam.

Rion memutar badannya agar menghadap Elena. Dia memberikan senyumannya dan mengangguk. "Boleh, besok kalau perlu kita pergi ke sana, gak ada yang larang kamu ketemu sama mereka, itu hak kamu." Rion menyahut dan tangannya mengelus kepala Elena lembut, merapikan rambut wanita itu pada daun telinga dan memberikan senyuman semanis mungkin.

"Oke," sahut Elena. "Tapi ... mama bilang kamu gak usah ikut!"

Rion seketika menghentikan gerakan tangannya. Dia menatap Elena dengan kening berkerut. "Maksud kamu apa?" tanya Rion tak suka.

"Iya," jawab Elena mengangguk. "Kamu kan tiga minggu lagi mau ujian akhir sekolah, dan mama tadi bilang gak mau kamu ikut karena kamu harus konsen belajar, kamu harus fokus sefokus-fokusnya dulu. Kayaknya mama juga gak mau kecewa karena nilai jelek kamu akhir sekolah nanti."

"Fuck!" Rion bangkit berdiri dan menatap Elena heran. "Mana boleh kayak gitu. Kalau kamu mau ketemu ibu sama bapak, aku juga ikut."

"Kok ngumpat sih, aku serius lho Rion." Elena menarik tangan Rion, menyuruh pria muda itu agar duduk kembali, tapi Rion tak mau. Dia malah melipat tangan di depan dada. "Plis, dengarin aku dulu."

Rion menggeleng tegas. "Mama seharuanya gak ngomong gitu. Seharusnya juga kita berdua harus pergi sama-sama."

"Tapi kamu mau ujian Rion, bentar lagi mau lulus sekolah, masa kamu gak mikirin sampe ke sana, sih?" kata Elena sedikit kesal. "Plis, fokus belajar aja dulu. Dan kalau aku perhatiin, kalau kamu lagi belajar dan aku masuk kamar, kamu gak bisa fokus, kamu malah nyamperin aku terus meluk, dan lakuin yang gak jelas. Jadi kayaknya kamu memang harus sendiri dulu biar fokus."

RIONEL (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang