RIONEL || SEMBILAN BELAS

42.4K 2.2K 666
                                    

Utamakan Vote, komennya🌟💢

.
Happy Reading
.

Berjalan diantara lalu lalang kendaraan. Menunduk dan sesekali menghela nafas, itulah Elena. Wanita itu baru saja pulang dari sekolah, berniat ke rumah sakit untuk chek up sendiri. Tadi, dia mau mengajak Rion, tapi pemuda itu sibuk ... bersama Victoria. Yang seharusnya, memang demikian. Elena sadar, dan ingatkan dirinya, dia bukan siapa-siapa bagi pemuda itu, tapi dia sedang berusaha saja menjadi seseorang pada kehidupan Rion.

Tadi, Elena juga memutuskan untuk naik kendaraan umum, menunggu bus seperti biasa di depan halte sekolah, selama 1 jam, kurang atau lebih, tapi tak membuahkan hasil. Bus tidak ada yang lewat kecuali dengan keadaan yang penuh. Akhirnya, dia memutuskan berjalan.

Saat sadar dia hampir sampai, atau mungkin sudah setengah lebih perjalanan, Elena tersenyum. Mencoba berjalan lebih cepat agar lebih cepat juga sampai di sana.

Niatnya hanya untuk memeriksa kandungan. Elena sudah bertekad akan mengurus bayinya dengan baik dan benar, memeriksa kesehatannya dan rutin chek up. Hanya itu yang mungkin bisa dia lakukan.

Saat Elena menunduk memperhatikan jalan, sebuah motor sudah berhenti di hadapannya. Dia terlonjak kaget dan spontan berhenti dengan mata sedikit melebar. Dia pegangi jantungnya karena berdetak terkejut.

"Mau ke mana?" Seorang pemuda yang menghalangi jalannya baru saja membuka helmnya, menunjukkan wajahnya yang dingin dan datar. "Lo dengar gue?" tanya pemuda yang tak lain adalah Bara. Pemuda dingin itu benar-benar ada dihadapannya.

Elena mengalihkan pandangannya dan menatap sekitar. "Aku ..." terdiam sebentar hanya untuk menyusun kalimat yang bagus pada pikirannya. "Mau ke suatu tempat." Dan memutuskan berbohong?

"Ke mana? Biar gue anterin," ujar pemuda itu lagi.

Elena bergeming di tempat dan mencoba membandingkan ucapan para siswi yang sering dia dengar disekolah dengan Bara yang berada dihadapannya. Seorang pemuda yang dikenal dingin dan irit bicara itu nampak berbeda.

"Ng ... gak usah. Aku ... bisa sendiri!" Elena menjawab sambil tertawa kecil. Merasa canggung dan tak enak.

"Gak usah ngebantah! Gue anterin!" Bara berucap lagi dengan nada dingin. Terdengar tak ingin dibantah.

Elena membelalakan mata dan mengalihkan pandangan. Berfikir, mungkin tidak hanya Bara saja di sana, tapi nampaknya tidak ada siapa-siapa yang dia kenal lewat dari sekitaran sana.

"Mm ... maaf kak, aku bisa sendiri. Kita ... gak seakrab itu, dan aku ... gak mau ngerepotin kakak." Elena menolak dengan sopan dan halus.

Bara nampak tersenyum tipis, mengangguk samar lalu terdiam untuk beberapa saat. "Gue teman suami lo. Jangan nolak, karena ..."

"Kamu disuruh, Rion?" Elena menyela dengan cepat hingga memotong ucapan Bara.

Pemuda itu menyimak ucapan Elena. "Iya, anggap aja gitu," sahutnya berbohong.

"Tapi ..." Elena masih nampak tak yakin.

Bara dengan aura dingin dan sedikit cool itu juga tidak menyerah. Dia memaksa Elena agar gadis itu mau dia antarkan ke rumah sakit. Karena, dari ponsel yang dia baca tadi, Elena berniat chek up, tapi Rion tak membaca pesannya. Karena dia menitip ponselnya kepada Bara tadi.

Akhirnya, Elena mau. Dia naik ke motor pemuda itu dan tidak berpegangan. Hanya berusaha menstabilkan tempat yang aman saja.

*
*

Lagi-lagi, Elena dibuat terkejut saat Bara membawanya ke rumah sakit. Ikut masuk saat Elena hendak masuk, menemaninya menunggu di depan ruangan pemeriksaan kandungan yang sudah banyak akan orang-orang yang mau periksa.

RIONEL (Telah Terbit)Where stories live. Discover now