RIONEL || DUA PULUH TIGA

43.7K 2.2K 50
                                    

Saya ingatkan kembali, utamakan Vote dan komennya. Karena satu Votenya sangat berarti bagi saya.



Happy Reading

.
.
.

 

Pagi ini, sama seperti pagi biasanya. Rion terbangun saat Elena sudah berangkat sekolah. Padahal jam masih menunjukkan pukul 6 lewat 15.

Dan akhir-akhir ini, Rion sadar Elena sedikit berubah. Sedikit cuek dan sedikit berbicara, atau Rion sendiri yang berubah, yang mulai mempunyai harapan pada Elena?

Helaan nafas terdengar dari mulut Rion, dia keluar dari kamar dan menatap sekitar ruang tamu. Sunyi dan hening. Mungkin, itu yang selalu Elena rasakan saat dirinya tidak ada di sana.

Lalu, pemuda itu berjalan ke arah meja makan. Membuka penutup makanan dan menemukan banyak hidangan di sana. Seperti pagi-pagi sebelumnya. Kadang, Rion heran ke mana makanan sisa ketika Rion tidak makan biasanya. Tak mungkin Elena menghabiskan sendiri bukan?

Tapi kali ini, Rion duduk di meja makan dan mulai menikmati makanan yang Elena siapkan. Satu sendokan masuk ke mulutnya, dia langsung merasakan rasa gurih dan nikmat makanan itu. Masakan Elena tidak biasa. Terasa luar biasa di mulutnya. Gerakan mulut pemuda itu kian memelan, merasakan rasa gurih setiap bumbu pada mulutnya.

Tak ingin membual, Rion pun menghabiskan makanan yang sudah dia hidangkan ke dalam piringnya. Setelah itu meneguk air minum dan langsung bergegas berangkat ke sekolah.

Tapi, saat dia mau menyalakan motor, ponselnya berdering. Dia keluarkan benda pipi itu dan melihat nama 'victoria' di sana.

Dia angkat panggilan itu dan letakkan ke dekat telinganya. "Hallo, Vi," sapanya terlebih dahulu.

"Halo, Ri. Kamu lagi di mana?" tanya gadis itu dari seberang sana. Suaranya serak dan terdengar bergetar.

"Gue lagi di rumah, kenapa?" Dia bertanya sambil melirik jam tangannya yang melingkar di pergelangan tangannya. "Lo butuh bantuan?"

"Kamu ... boleh ke sini? Aku butuh kamu, papa berantem lagi sama mama. Terus mereka berangkat kerja, tanpa mikirin aku." Victoria berucap.

Rion mengangguk. "Oke. 10 menit lagi gue sampe sana, tungguin aja!" katanya. Setelah Victoria menyahut, dia pun mematikan sambungan itu. Memasukkan kembali ponselnya ke dalam saku dan melajukan motornya ke arah rumah pacarnya, Victoria.

*
*

Saat Elena duduk di pinggir lapangan, sendirian dia termenung. Banyak yang dia pikirkan. Tadi, alasannya tidak mau ikut ke kantin bersama kedua temannya hanya karena malas keluar kelas. Tapi nyatanya, dia keluar sendiri.

Saat dia masih menikmati suasana lapangan yang sejuk, seseorang tiba-tiba duduk di sebelahnya. Elena menoleh terkejut tentu saja.

"Ngapain sendirian di sini?" Pemuda itu bertanya dengan pandangan mengarah ke lapangan yang luas. "Gue perhatiin lo lagi banyak pikirkan."

Elena berdeham sebentar. Dia merasa canggung. Dirinya dan Bara tidak seakrab itu, bahkan berbicara saja jarang, hanya perkara rumah sakit yang membuat mereka serasa dekat.

"Mm ... aku, malas di kelas," sahutnya singkat. Dia tidak tahu harus menjawab apa.

"Kantin?" tanya Bara. "Teman lo gue lihat di kantin, kenapa gak ikut?" Bara berucap panjang lebar. Tidak seperti biasanya.

RIONEL (Telah Terbit)Where stories live. Discover now