RIONEL || DUA PULUH ENAM

46.2K 2.3K 39
                                    

Vote nya dulu, baru baca.
Vote dan komen tiap paragraf yah.



Happy Reading
.
.
.

Rion kini sudah sampai di depan markas geng Dragon Cirless. Mematung sebentar melihat bangunan itu. Tidak ada siapa-siapa diluar sana karena anggotanya pasti sedang membahas sesuatu yang penting di dalam. Rion buka helmnya lalu berjalan memasuki markasnya. Dia masih menggunakan kemeja serta jas pesta anniversary kedua orang tuanya.


Tadi, saat dia permisi Mamanya sempat mengomel, tapi Rion berusaha membujuk wanita itu hingga Rion kini sudah berada di markas. Meninggalkan Elena sendirian tanpa pamit atau memberitahukan alasan kepergiannya.

"Ada masalah apa?" Rion bertanya setelah membuka pintu masuk markas. "Jangan sia-sia gue dateng cuman mau dengar alasan yang gak penting. Gue habis diomeli," ujarnya dan mengambil tempat duduknya. Di sana, keempat anggota inti : Sean, Ciko, Arland dan Bara juga sudah berada di sana. Sebagian anggota Dragon Cirless juga terlihat merokok.

Rion mendengus saat mendengar kekehan Ciko. Pemuda itu meledeknya.

"Brussles ngajak balapan." Arland menjawab hingga semua antensi kini mengarah kepadanya. "Malam ini di lapangan biasa."

"Yaudah, ladeni!" Rion menjawab dengan suara sarkas. "Kenapa harus nelpon gue dulu. Kasih mereka pelajaran, tanpa gue juga pasti bisa!" Dia berucap demikian karena dia tau akan kemampuan para anggotanya. Mereka tidak bisa disepelekan.

Arland kembali menggeleng. "Mereka nantangin lo!" ucapnya sambil menunjuk Rion. "Dan mereka juga mau lo lawan bos ketua Brussles!"

"Apa?" syok Rion. Matanya sedikit bulat dan menatap Arland tak percaya. "Bos mereka pengecut itu? Kenapa baru muncul sekarang?!"Dia terkekeh geli. Ekspresinya baru saja seperti berkhianat.

Arldan mengangkat bahu acuh, yang artinya dia tidak tahu apa-apa.

"Hmm ... pasti bakalan ada pertunjukan seru nanti di sana," ujar Rion tiba-tiba. Dia tersenyum penuh arti dan menatap anggotanya satu persatu secara bergantian. "Oke. Kita ladeni mereka. Songong banget!!"

"Tau tuh," sahut Sean. Tapi, pandangan pemuda itu nampak hanya berfokus pada ponselnya. Dia sedang bermain game.

*
*

Rion mengetuk-ngetuk jarinya secara bergantian di atas motornya. Menatap area balapan yang banyak akan geng motor lainnya serta anak jalanan yang ingin menonton pertandingan. Tapi, sedari tadi, Rion hanya fokus mencari ketua Brussles, dan dia tidak menemukan pemuda itu.

"Ck! Pengecut bakal tetap pengecut sih." Ciko tiba-tiba berdecak dan berceletuk sendirian.

Rion memgangguk tanpa berkomentar apa-apa lagi.

Tapi, tak berselang lama. Sebuah motor sport melaju dari pintu masuk arena balapan. Dengan beberapa anggota yang mengikuti dari belakang.

"Itu pasti bosnya!" Arland menunjuk pemuda bermotor lebih awal itu hingga kini menjadi perhatian banyak orang di sana.

Tidak ada yang menyahut ucapan Arland. Karena mereka fokus melihat anggota Brussles yang baru datang. Dengan bosnya di depan menggunakan helm.

Mereka berhenti tepat di hadapan Rion. Masih berdiam beberapa saat sebelum pemuda bos Brussles itu tertawa kecil.

"Nungguin yah?" katanya sambil tertawa mengejek.

Rion yang tepat di hadapannya hanya memutar mata jengah. "Bocah," sahutnya dengan sarkas.

RIONEL (Telah Terbit)Where stories live. Discover now