RIONEL || TIGA PULUH LIMA

53.7K 2.7K 29
                                    


Ada vote, saya up.

Utamakan selalu vote dan komennya.

 

Happy Reading

Hari ini, tepat pada gari minggu, dan hari di mana Elena hanya akan mengurung diri di apartemen. Wanita itu kini duduk di balkon, mencari udara segar dan tempat yang pas untuk menelpon sang ibu yang berada di kampung.

Dia duduk di sofa sambil mengotak-atik ponselnya. Mencari kontak nama ibu di sana dan mulai menghubungi. Panggilan pertama mungkin belum diangkat, lalu saat panggilan kedua, baru panggilan itu tersambung dan terdengar lah suara wanita yang Elena rindukan dari sana.

"Hallo ... ibu," ucap Elena dengan gumaman. "Apa kabar? Ibu sama bapak sehat, kan?" tanyanya.

Lalu terdengar tawa kecil yang menghangatkan dari sana. "Ibu sama bapak sehat kok, El. Kamu gimana? Kamu baik-baik aja kan di sana?" tanya wanita itu balik.

Elena mengangguk. Walau dia tahu ibunya tidak akan melihat gerakannya itu. "Elena sehat, dan semua baik-baik aja," 'malah semakin baik' lanjutnya membatin.

"Syukur kalau gitu nak, jaga kesehatan selalu yah," kata sang ibu.

Elena tersenyum dan bergumam. Pandangannya lurus ke depan dan keluar dari balkon. Cuaca terlihat sangat cerah hari ini.

"Bagaimana dengan pekerjaan ibu, sama bapak? Aman?" tanya Elena. Karena, terakhir kali yang dia dengar, tanah yang orang tuanya sewa sedang gagal panen sayur.

"Baik kok El, semua baik-baik aja. Ibu sama bapak baru tanam yang baru." Wanita itu menyahut dengan suara bangga, seolah menyembunyikan kesedihan dari Elena.

"Iya, bu. Bilang sama bapak jangan capek-capek yah, bapak harus jaga kesehatan," ucap Elena.

"Iya, El!" sahut ibunya--Alya dari sana.

Rion yang baru keluar dari kamarnya otomatis langsung mencari Elena. Dia edarkan Pandangannya tapi belum melihat Elena, hingga dia mendengar suara wanita muda itu dari balkon ruang tamu.

Rion berjalan ke sana dan bersandar pada tembok pintu balkon. Dia perhatikan Elena yang terlihat tertawa senang karena bertelponan dengan sang ibu.

Rasa bersalah semakin tumbuh di hati Rion saat itu juga. Dan dia sadar seharusnya Elena masih tinggal bersama kedua orang tuanya, serta seharusnya harus menempuh pendidikan juga agar membanggakan kedua orang tuanya kini sudah pupus di tengah jalan, dan itu ... karena ulahnya.

Saat Rion menghela nafas panjang, Elena menoleh menatapnya. "Rion ..." panggilnya dengan handphone yang masih melekat pada telinganya.

Rion tersenyum dan berjalan menghampiri Elena. Duduk di sebelah wanita itu dan memperhatikan Elena lamat-lamat.

"Boleh aku bicara?" tanya Rion. "Boleh aku ngomong sama ... ibu?" Dia mencoba menjelaskan ucapannya.

Elena terlihat heran namun mengangguk. "Bu, bicara sama Rion dulu, yah!" ucapnya. Terdengar sahutan Ibu di seberang sana yang terdengar mengiyakan saja.

Elena menyerahkan ponselnya pada Rion. Saat benda itu sudah ada pada tangan Rion, Elena menatapi pemuda yang masih hanya terdiam itu.

RIONEL (Telah Terbit)Where stories live. Discover now