RIONEL || TIGA PULUH TUJUH

50.6K 2.8K 115
                                    

Vote dan komen selalu yah readers shiii

 
Happy Reading




Kini, Rion mengemudikan motornya ke markas. Semua anggotanya sudah ada di sana. Tidak ada urusan sebenarnya, hanya untuk kumpul bersama lalu membahas hal-hal tentang balapan. Hanya itu, bukan untuk bertarung melawan geng motor lain.

Dan kini, Rion sudah sampai di depan markas. Memarkirkan motornya, membuka helm lalu masuk ke sana, dengan langkah lebar dan wajah datar. Saat di ambang pintu, dia melihat anggotanya sudah berbicara dan minum minuman bersoda.

"Untung lo datang hari ini, gue mau ngomong sama lo!" Rion menoleh menatap Bara yang baru saja berbicara. Dia menatap pemuda itu dengan tatapan dingin.

"Gue juga mau bicara sama lo, ikut gue!!" katanya datar membuat orang-orang--para anggota Dragon Cirless menatapnya heran.

Bara tidak ambil pusing, dia ikuti langkah Rion menuju ke ruangan di mana mereka bisa berbicara banyak tanpa ada yang akan mendengarkan.

"Lo duluan!" ujar Bara, yang bermaksud Rion yang akan ngomong pertama.

Lalu, tiba-tiba terdengar petir yang sangat kuat di luar, bersamaan dengan hujan yang turun.

Tapi, itu tidak akan mengaggu pembicaraan keduanya.

"Hmm, gue perhatiin lo gak pernah dekat sama cewek," ujar Rion masih memasang tampang datar dan tanpa minat.

"Dan lo peduli sama gue yang gak dekat sama cewek?" Bara terkekeh dan melipat tangan di depan dada. Dia bersandar pada tembok di belakangnya dan menatap geli kepada Rion.

Rion tidak ikut tertawa, dia masih dipendiriannya. "Dan gue perhatiin, cewek yang paling gemar lo dekatin itu Elena."

Bara terdiam dan mencoba memahami situasi. "Gue juga mau ngomong tentang Elena sama lo!"

"Apa lo suka sama Elena?" Tiba-tiba Rion berucap demikian. Suaranya tinggi karena hujan diluar sana yang bertabrakan dengan genting membuat ruangan itu ribut akan suara yang ditimbulkan.

Bara lagi-lagi terdiam. Kini, wajahnya datar sama seperti Rion. Tatapan mereka menyorot penuh tanda tanya satu sama lain.

Tapi, detik berikutnya Rion tertawa kecil dan mengalihkan pandangannya. "Diam artinya ia."

Lalu terdengar sahutan dari Bara. "Kalau lo dengar ini, lo bakal kecewa sama gue."

Rion menoleh cepat dan menatap Bara tajam. "Dan gue yang minta lo ngomong serius!"

Oke! Bara mengangguk-anggukkan kepalanya. "Lo benar," ucap Bara. "Gue suka sama Elena. Sejak awal kami ketemu." Dia perhatikan wajah Rion, yang seketika berubah bias. Pemuda itu seperti tertohok oleh ucapannya. "Gue kenal dia lebih dulu dari lo ... waktu itu, gue sakit dan mau ke uks." Rion ingat, waktu itu Bara pucat dan permisi istirahat ke UKS. Mungkin, saat mereka kelas 11. "Gue tumbang, dan dia nolongin gue. Dia bantu gue ke UKS, mapah gue yang setengah kesadara. Tanpa rasa terbebani. Siapa yang gak suka sama cewek sebaik Elena?" Lalu dia terkekeh mengingat hal itu.

"Tapi, gue kecewa waktu dengar lo tidurin cewek itu, di mana pas malam ulang tahun Victoria, gue mau nembak dia, gue mau ngasih tau perasaan gue sama Elena, tapi ... gue cari dia gak ketemu. Ternyata ... dia lagi barengan sama lo."

Rion merasakan sakitnya. Sakit hatinya atau memang merasakan sakit hati Bara, tapi yang pasti, hatinya sakit sekarang. Dia tidak dapat berkata apa-apa.

"G-gue--" ucapan Rion terjeda.

RIONEL (Telah Terbit)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang