RIONEL || DUA PULUH DUA

44.1K 2.2K 26
                                    

Sebelum membaca, uutamakan Vote dan komennya. Itu sangat berarti bagi kami.

Happy Reading

.
.
.



Elena baru saja selesai makan. Sendiri tanpa berniat menunggu Rion. Karena, lagi-lagi pemuda itu belum pulang juga. Pemuda itu ... mungkin sedang bersama wanita lain di luar sana. Dan Elena tidak mau memikirkan itu, yang akan membuat pikirannya hanya itu-itu saja.

Dia berjalan ke arah kamarnya dan membawa keluar buku dari sana. Dia letakkan di atas meja ruang tamu lalu menyalakan tv. Yang sebenarnya jarang dia nyalakan. Kali ini, hanya untuk menemaninya belajar. Agar tidak terjadi hening di apartemen itu, yang bisa-bisanya membuat Elena melamun lagi nanti.

Dia buka bukunya dan mulai belajar. Tapi, saat tangannya tak sengaja menyentuh perutnya, dia menatap perutnya yang terlihat sudah berisi. Dia elus perut itu dan tersenyum.

"Baik-baik di sana, jangan repotin mama, nak?" gumamnya bermonolog. Dia terharu sekaligus sedih. Dia akan jadi orang tua? Mungkin beberapa bulan lagi, tapi rumah tangga mereka juga tidak ada perkembangan.

Saat mendengar pintu depan terbuka, Elena langsung menyibukkan diri belajar serius. Berpura-pura seperti seseorang yang cuek? Dia tau, itu adalah Rion. Karena, hanya dia, Rion, dan orang tua pemuda itu yang tau sandi akses pintu itu.

Dan benar saja, yang masuk itu Rion. Dia terdiam sebentar saat melihat Elena belajar di ruang tamu. Duduk di lantai dan menulis di atas meja yang mungkin tidak sesuai saat dia duduk di sofa.

Tak tau harus berbuat apa, Rion berjalan ke arah kamarnya. Mengunci diri di sana dan melakukan bersih-bersih.

Elena yang merasa ditinggalkan di ruang tamu, menatap pintu kamar Rion dengan tatapan kosong. Tapi, berfikir itu tidak ada gunanya, dia lanjutkan kembali belajar.

Hingga 2 jam lamanya, kini jam sudah menunjukkan pukul 9 malam, Elena masih tetap belajar. Fokus dan berfikir keras. Memecahkan tugas matematikanya yang memang menguras pikiran.

Rion juga keluar dari kamar, menatap Elena yang nampak masih belajar. Dan tak berniat menyapanya seperti beberapa hari yang lalu. Memanggilnya makan, dan menawarkan sesuatu seperti dibuatkan teh, atau kopi. Kali ini, Elena benar-benar aneh menurut Rion sendiri. Cuek dan tak peduli sekitar.

Pemuda itu berjalan ke arah sofa dan duduk di pinggir sofa. Jauh, dari Elena. Jarak keduanya kira-kira lima meter. Rion mengambil remot dari hadapan Elena dan mengganti chanel televisi. Tapi, Elena belum terlihat terganggu. Dan seketika Rion sadar, dia tertawa dan geleng-geleng. Apa dia berharap Elena tidak mendiaminya? Bodoh dan dia merutuki kebodohannya itu.

Saat dia tertawa, Rion menatap Elena. Yang nampak terganggu hanya karena tawa kecilnya. Rion nampak mengalihkan tatapannya ke televisi. "Aneh, siaran tv gak ada yang bagus," gerutunya hanya bercanda. Berbicara sendiri dan pura-pura mengganti siaran televisi berulang kali.

Lalu, dia menatap Elena. Yang bangkit dari lantai dan berjalan ke arah dapur.

Rion terdiam sebentar dan memperhatikan buku tulis Elena, yang nampak rapi dan tulisannya sendiri cantik. Pemuda itu bangkit berdiri, dengan sadar ... Rion berjalan ke arah dapur. Mengikuti Elena yang kini dia temukan sedang membuat teh hangat untuk dirinya sendiri.

RIONEL (Telah Terbit)Where stories live. Discover now